Tuesday, March 11, 2008

Stagen Penutup Aib

Rumahtangga pasangan Ngabdul - Jimah memang sedang goyah. Penyebabnya sangat multidimensi, dari soal materil hingga onderdil. Gara-gara suami loyo setelah pensiun, Jimah, 40, nekad main selingkuh. Uniknya ketika ketahuan suami, malu juga. Untuk menebus dosa-dosanya, bukan minta maaf pada Ngabdul, 58, tapi justru bapaknya anak-anak itu dijerat stagen hingga wasalam.

Ini kisah klasik yang sering dialami kaum pensiunan. Setelah purna tugas, dia kehilangan jabatan, obyekan, kesibukan, sementara penghasilnannya jadi menurun drastis. Orang-orang yang dulu sangat membutuhkan tanda tangan dan pengaruhnya, kini hanya melirik dengan sebelah mata. Yang paling repot, setelah pensiun masih juga dikejar-kejar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mempertanggung-jawabkan kebijakannya ketika menjabat dulu.

Ngabdul memang tidak sampai berurusan dengan KPK itu. Meski demikian kini dia sutris berat. Sebab saat pendapatannya tiap bulan kini tinggal sepertiga dari ketika masih aktif dulu, anak-anak justru makan biaya banyak untuk urusan sekolah. Yang di SMA, yang di perguruan tinggi hampir tiap hari minta duit untuk urusan pendidikannya. Uang semester baru dibayar kemarin, sudah datang lagi peringatan untuk membayar semester berikutnya.

Diam-diam Ngabdul suka menyesali nasib, salah program dalam membina rumahtangga. Kenapa dulu kawin ketika usia sudah di atas kepala tiga? Coba kalau menikah usia 25-an, pasti anak-anak selesai ketika bapaknya sudah pensiun. Tapi bagaimana lagi, jodoh Ngabdul datang ketika dia sudah bujang lapok. “Bukan datang, tapi diamprokin, wong lakunya juga karena dijodohin....,” kata hati nurani meluruskan.

Urusan Ngabdul setelah pensiun memang menjadi semakin banyak. Ngurus keluarga sendiri saja sudah kedodoran, keluarga di kampung masih juga minta bantuan. Maka lengkaplah sudah kepusingan suami Jimah ini. Dan yang paling gawat, gara-gara sutris tersebut, Ngabdul ada tanda-tanda bakal jadi pasien dokter Naek L. Tobing. Setidaknya, satu barisan dengan Rudi Salam, harus banyak mengonsumsi Irex!

Akhir-akhir ini, Ngabdul memang tak lagi bisa membahagiakan istri di ranjang. Ibarat proyek bangunan, bila sebelum pensiun masih bisa ngecor seminggu tiga kali, kini setelah purna tugas seminggu lebih bisa Jimah tak dijimak. “Ya Allah, rejeki untukku telah Engkau kurangi, tapi jangan pula Engkau kurangi keperkasaanku,” begitu Ngabdul pernah berdoa dan mengadu.

Tapi apa mau dikata, Allah memang menghendaki demikian. Maka yang kasihan tentu saja Jimah istrinya. Dalam usia 40 tahun kini, sebagai wanita dia mestinya masih dalam kondisi puncak. Namun kini dia sudah jarang memperoleh kehangatan itu. Maklum, usia suaminya juga tekor banyak, selisihnya saja 18 tahun. Itu berarti, ketika Ngabdul sudah remaja dulu, Jimah baru selesai cetak.

Itu sesungguhnya problem multidimensi dalam keluarga Ngabdul-Jimah. Sebagai wanita yang sedang haus-hausnya, diam-diam Jimah lalu mencari kepuasan di tempat lain. Dia adalah Kawid, 45, bekas kekasihnya dulu. Pada saat-saat tertentu dia pergi dengan alasan ke pasar atau bezuk orang sakit. Padahal dicelah-celah waktu tersebut, dia memanfaatkan waktu untuk mereguk kepuasan badani di hotel .

Kegiatan mesum Kawid-Jimah semakin berani saja. Buktinya, belum lama ini karena kemalaman Kawid berani mengantar doinya hingga pager rumah. Meski tak sampai masuk halaman, Ngabdul yang dari tadi menunggu kepulangan istri, memergokinya. Begitu tahu yang mengantar adalah bekas pacarnya dulu, langsung dia marah-marah. “Mentang-mentang aku sudah letoy, kamu selingkuh sama bekas kekasihmu ya?” kata Ngabdul lelaki dari Desa Karangkembang Kecamatan Babat (Lamongan) itu.

Aduh, malunya Jimah atas sikap suaminya yang ngarani waton nyata (nuduh asal terbukti) itu. Celakanya, dia bukan lalu minta maaf, tapi menjadi dendam. Dulu kebahagiaannya bersama Kawid terampas gara-gara Ngabdul, sekarang tiba saatnya untuk membalas. Maka ketika suaminya tengah tidur mendengkur, langsung saja dijerat stagen hingga tewas. Untuk alibi, dia mencoba mengorbankan tukang pijit tetangganya. Untung polisi jeli, meski nampakya Ngabdul mati setelah dipijit, tapi bekas jeratan di leher memaksa tuduhan berpindah ke Jimah. Dan wanita harus ranjang itupun mengaku.

Haus ya minum dong, biar bekas punya Kawid kan juga nikmat.

No comments: