Tuesday, March 18, 2008

Di Balik Jebolnya Engsel

Jebol engsel pintu di rumah Marsad, 40 tahun, jebol pula kegadisan Dini, 18 tahun, selaku adik ipar. Apa hubungannya? Jelas ada, sebab rusaknya engsel itu sebagai akibat pintu dibanting-banting melulu, karena bininya selalu menolak diajak kelon. Nah, sementara istri mogok ranjang, Marsad pun tega menyikat sang adik ipar hingga berkali-kali. Paham?

Urusan ranjang bagi seorang lelaki, memang selalu masuk dalam skala prioritas. Islam pun memberi keistimewaan dalam hal ini. Sejumlah hadist Nabi menggariskan, apa bila suami mengajak tidur, seorang istri harus bergegas melayani. Bila seorang istri menolak ajakan suami, akan dikutuk malaikat hingga pagi hari. “Istrimu adalah ladangmu, boleh kamu datangi dari mana saja…,” begitu bunyi salah satu ayat dalam Quran.

Agaknya Fatimah, 36, warga Desa Pejaten Kramatsewu, Serang (Banten), belum pernah dengar dalil semacam itu. Atau kalau mengikuti pengajian ibu-ibu, malah ngobrol sendiri di belakang, sehingga ceramah ustadz tidak nyangkut. Buktinya, dia tak bisa memahami libido suaminya yang menaik tinggi dalam usia kepala empat, atau puber kedua. Asal Marsad mengajak, selalu beralasan: lagi males ah!

Repot dan capeknya mengurus dapur, selalu menjadi alasan utama Fatimah. Didekati malem Senin beralasan capek, disenggol-senggol malem Kamis, beralasan besok mau puasa nyenen kemis. Dicolek malem Sabtu, beralasan besok mau lomba senam HUT RI tingkat kelurahan. “Apa papa nggak suka kalau mama menang lomba,” kaya Ny. Fatimah yang sudah siapkan seragamnya merah-merah.

Ampun deh, begitu ratap Marsad yang kepalanya nyaris mengepul keluar asap. Istri yang rajin senam poco-poco, suami yang kaco gara-gara gagal “senam malam” yang jadi hobinya. Beberapa kali Marsad banting pintu kamarnya sampai jebol engselnya, tapi Fatimah tetap tak bergeming. Dia tetap tak mau memahami aspirasi urusan bawah suaminya. Dia tak mau tahu bahwa manusia menderita puber akan menganggap seks sebagai panglima.

Ngenes betul Marsad. Kalau senam yang dijadikan alasan, memangnya hanya istrinya saja yang ikut kegiatan senam HUT RI itu? Itu Bu Neneng di RT 10, demi suami dia mau saja pagi-pagi mandi, baru berangkat latihan senam. Demi keharuman kampung pula, dia rela Serang-Jakarta mondar-mandir ngurus orang sakit. Jadi seimbang. “Lha istriku ini apa? Alasan melulu. Kalau di toko ada tempatnya jual, sudah kutukar tambah dia,” kata Marsad kesal.

Ide konyol Marsad pun muncul, mau “jajan” saja di luaran. Tapi bila ingat resiko kesehatannya, ngeri juga dia. Kalau kena Aids atau spilis, itu kan sama saja enaknya seminggu sakitnya sewindu. Nah, dalam kegalauan mencari pelepasan nafsu, kok tiba-tiba khayalan Marsad nyangkut pada Dini, adik iparnya yang selama ini ikut dalam keluarganya. “Tak ada rotan, akar pun berguna, Bleh….,” kata setan membujuk.

Hari-hari selanjutnya Marsad mulai mencermati penampian si adik ipar. Wah, ternyata gadis kelas III SMA itu termasuk juga yang enak dikeloni dan perlu. Bodinya seksi, betis mbunting padi. Kulitnya putih bersih lagi. Kalau Dini mengenakan celana pendek, pahanya yang putih sungguh menantang gairah lelakinya. Kantor RW-nya saja begitu, apa lagi “balaikota”-nya!

Yang namanya setan, paling rajin mengajak manusia dalam kedzoliman. Maka seminggu setelah mencermati Dini, suatu malam dia betul-betul melabrak “balaikota” sang adik. Awalnya gadis itu menolak, tapi setelah diancam takkan dibiayai sekolahnya, akhirnya dia bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Marsad. Dan sejak saat itu, engsel pintu di rumah Marsad aman-aman saja, tak pernah jebol lagi.

Enak buat Marsad, tapi penderitaan bagi Dini. Maka setelah berbulan-bulan dikencani kakak iparnya, pelajar SMA itupun khawatir bila nantinya jadi hamil karenanya. Daripada malu di belakang hari, beberapa hari lalu dia nekad lapor ke kakaknya, tentang perilaku genit Marsad suaminya. Tentu saja Fatimah naik pitam, sehingga dia melaporkan suaminya ke Polresta Serang.

No comments: