Wednesday, March 26, 2008

Demi Istri Kedua


Kalau kantongnya ngepres, jangan coba-coba koleksi bini sampai tiga biji. Lihat nasib Enjang, 40 tahun, dari Tasikmalaya ini. Kedodoran ngempani istri tiga ekor, sampai-sampai jadi pencuri motor. Ketika ketangkep polisi apa alasannya? “Kalau aku nyuri motor, bakal punya duit. Sedang kalau ada duit, tak mungkin biniku ada yang sampai selingkuh demi uang,” begitu katanya, yakin benar.

Orang lelaki cenderung pembosan, selalu mau mencari yang baru. Urusan wanita juga begitu, kalau agama membenarkan, dia akan selalu ganti-ganti pasangan untuk penyegaran. Untung Islam membatasi sampai empat saja. Kalau tidak, Enjang sudah punya bini selusin, ngkali. “Banyak istri banyak rejeki,” begitu kata Enjang sok gaya niru Puspa Wardoyo juragan ayam bakar Wong Solo.

Lucunya, Enjang hanya mengacu semboyannya saja, sedangkan kerja keras ala Puspo Wardojo tak diikutinya. Tapi bagaimana mau mengikutinya, orang dia hanya karyawan PT Tempo, maksudnya tempo-tempo kerja, tempo-tempo di rumah. Jadi kalau mau tau penganggur banyak maunya, lihat saja ke kampung Tlagasari Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya.

Apa sebabnya Enjang disebut lelaki banyak maunya? Ya bayangkan saja, pekerjaan tidak jelas, berani-beraninya dia punya bini sampai tiga. Herannya lagi, kok ya ada wanita-wanita yang mau menyerahkan kehoramatannya pada lelaki macam Enjang. Sepertinya Kawalu ini sudah kehabisan stok kaum lelaki, sehingga mau dibuat “three in one” seperti jalanan di Ibukota saja.

Ketika bininya sudah tiga, kondisi ekonomi Enjang makin susah saja. Untungnya istri pertama dan ketiga punya usaha sendiri, sehingga mereka tidak bergantng benar pada si suami. “Di rumah memang suamiku, kalau di luar Enjang silakan menclok di mana saja,” begitu prinsip istri ke-1 dan ke-3 yang punya suami sekadar cari status.

Dari ketiga bininya ini, bini kedua memang yang bergantung benar pada Enjang. Sialnya, suami tak bisa memasok materil secara cukup, kecuali onderdil yang sampai overstock. Maklum, bini keduanya yang bernama Endah ini memang indah benar. Cantik, putih, khasnya wanita Tatar Galuh.

Oleh karenanya, Endah paling disayang oleh Enjang. Cuma, sayang-sayang kalau tanpa diberi uang ya percuma saja. Maka mengingat suaminya tak bisa memberi dana cukup, diam-diam dia melayani kepuasan lelaki lain dengan imbalan uang. Ibaratnya kendaraaan, Indah ini sedang ngompreng. Kelihatannya plat item, tapi jika ada “penumpang” kehausan pasti ditarik.

Nyeseg dada Enjang begitu tahu bini keduanya menjadi milik public. Dia lalu berpikir sebab akibat secara sederhana saja. Bini selingkuh karena butuh duit, kalau dicukupi duit pasti tidak selingkuh. “Bagaimana caranya mengumpukan duit buat istri tercinta? Ya jadi maling donk…,” begitu kata Enjang.

Kesimpulan jahat itu betul-betul dilakukan. Ketika da motor orang meleng, langsung dibawa pulang. Tapi sial, motor belum laku dijual, polisi sudah mengendus tempat tinggal Enjang. Meski dia ngumpet di dalam almari, ketahuan juga. Maka beberapa hari lalu dia digelandang ke Mapolsek Tasik untuk bertanggungjawab di depan hukum. Pelajaran pahit bagi poligamitor!

No comments: