Tuesday, March 11, 2008

Buruk Nasib Janda Digebuk

Kalau sudah bercerai, apa saja kelakuan bekas istri mestinya tak perlu ambil peduli. Tapi Momon, 35 tahun, ini lain. Dia cemburu berat ketika Anisa, 28 tahun, dipacari oleh sahabatnya sendiri. Sayangnya, dia bukan ngamuk pada si sahabat, melainkan Anisalah yang dijadikan sasaran. Dia digebuki dengan alasan rumahtangga bubar karena terpikat pada Darto, 32 tahun, yang sahabatnya itu.

Enaknya enak memang orang pacaran atau selingkuh. Ketika sesuatu belum menjadi milik, baru nyenggol saja rasanya sudah greng dan serrrr. Itu karena barang colongan! Tapi ketika sudah menjadi suami istri, strom itu sudah tidak ada lagi. Ibarat listrik, voltase pasangan yang semula 240 volt, kini 110 saja sudah tidak nyampai. Dulu diempet kekasih indahnya selangit, kini dipepet pasti diusir: sonoan ah, bikin gerah aja!

Momon yang tinggal di rumah kontrakan kawasan Pintu Hek, Kebon Besar kota Tangerang, rupanya begitu juga. Setelah hidup seatap dengan Anisa melalui nikah siri, kini mulai bosen. Itu dibuktikan dengan lenyapnya sanjungan dan rayuan pada pasangan. Dulu selalu yang-yeng dan mah meh, kini Anisa salah sedikit main kemplang. Bahkan Anisa hamil pun dilarang, sehingga pasangan ini selama ini tak pernah “terjun bebas” ketika bercinta, selalu menggunakan alat kontrasepsi.

Anisa pun akhirnya begitu. Dulu dia sangat menyayangi Momon, kini jadi sebel dan mangkel. Masa iya sih, ketika pengantin baru selalu banjir ciuman, kok kini malah banjir pukulan. Memangnya bini sekadar untuk dijadikan sansak tinju, apa? Begini salah, begitu salah, tapi tiap malam mengajak begituan terus. “Saya tak sudi dijadikan budak nafsu,” begitu tekad Anisa yang non Banowati tersebut.

Niatnya sudah bulat, dia harus berpisah dari Momon. Karena nikahnya hanya lewat kiai, cerainya pun juga hanya melalui kiai. Jadi mudah sekali, tanpa sidang berkali-kali seperti halnya melalui Pengadilan Agama. Begitu kalimat talak diucapkan, mereka sudah tak boleh begituan lagi. Tinggal kini Momon yang begita-begitu (baca: nyap-nyap) karena sebetulnya dia belum ikhlas melepas “kendaraan” miliknya tersebut.

Anisa pun hengkang dari rumah kontrakan Momon dan kembali pada orangtuanya di Belendung, Kecamatan Benda. Merasa sudah bebas merdeka berdaulat penuh, dia mulai menebar asmara menggaet lelaki lain sebagaimana kodratnya. Celakanya, yang masuk justru Darto non Helm, teman dekat Momon. Rupanya lelaki ini selama ini nginceng saja. Ibarat kucing nggondol kepala ikan, rupanya Darto memang sudah ngancam: kapan dilepas gua tubruk lu!

Sahabat atau bukan, memang tak ada larangannya untuk mengambil bekas jandanya. Maka Anisa enteng saja menanggapi aspirasi arus bawah Darto. Mereka pun pacaran dengan gegap gempita. Sampai kemudian Momon mengetahuinya. Karena dia masih cinta pada Anisa, pemandangan ini betul-betul bikin sakit mata. “Sialan Darto, diam-diam dia mau jadi “generasi penerus”.....,” maki Momon kalang kabut.

Anehnya, Momon tak berani melabrak atau bikin perhitungan dengan Darto. Justru dia yang mengejar-ngejar Anisa untuk segera meninggalkan sahabatnya itu. Fitnah dan intrik pun mulai digelar bahwa Darto orangnya begini begitu. Jadi sebelum terlambat, sebaiknya tinggalkan saja lelaki itu. Padahal dalam hatinya Momon melanjutkan: lalu kamu kembali ke pangkuanku lagi, he he he.....!

Jelas Anisa tak mau melayani propaganda bekas suami yang penuh intrik tersebut. Dia terus saja pacaran dengan Darto, sehingga hal ini membuat cemburu Momon makin berkobar. Melihat Anisa rambutnya basah habis mandi pagi, dia sudah kelimpungan membayangkan mantan istri itu pasti semalam habis dikeloni Darto habis-habisan. Padahal sesungguhnya, Momon tak ada hak lagi untuk cemburu.

Akhirnya kesabaran Momon habis. Sepulang Anisa kencan dengan Darto, Momon membuntutinya. Begitu bekas istri itu turun dari angkot langsung disergap dan dibawa paksa ke rumah kontrakannya pakai motor. Di sana Anisa digebuki, karena tetap tidak mau diajak rujuk. Dalam kondisi babak belur janda malang itu lalu mengadu ke Polsek Batuceper. “Tolong Pak, tangkap si Momon, dia telah menganiayaku habis-habisan,” kata Anisa tersedu-sedu.

No comments: