Tuesday, March 11, 2008

Kejar Daku Kuhamili Kau

















Pejajaran sungguh kelakuan Kamal, 25 tahun, dari Bantul DI Yogyakarta ini. Gadis tetangga dibawa lari berminggu-minggu, dan digauli bersama Iwan, 26 tahun, sahabatnya. Giliran Rini, 22, hamil dia tak mau tanggungjawab. Alasannya, yang menghamili bukan dirinya seorang, maka harus ditanggung renteng. Tapi mana mungkin satu wanita bersuami dua pria?

Ini kisah paling konyol se Kecamatan Srandakan. Mulanya dia memang tertarik berat pada Rini, tetangga sendiri di kampung Poncosari. Selain ceweknya cakep, bodi seksi dan betis mbunting padi. Bila mengenakan baju rumahan daster biru misalnya, sungguh menawan sesuai dengan kulitnya yang putih bersih. Tapi sayangnya bila diamati Kamal saat main ke rumah, dia pergi tergesa-gesa. “Baru ninggal masakan di rumah,” begitu dia berkilah.

Sesungguhnya, Rini malu dan risih karena dipelototi oleh lelaki yang naksir pada dirinya. Tapi pada lembah hatinya yang paling dalam, dia juga bisa menanggapi aspirasi arus bawah pemuda tetangganya itu. Meski masih menganggur, Kamal memang cakep. Tapi sebagai wanita yang tak mau dianggap gampangan, tak mau Rini serta-merta menerima. Harus jual mahal sedikit, atau jinak-jinak merpati begitulah.

Agaknya Kamal juga tahu rahasia wanita bahwa hati dan mulutnya sering tidak seirama. Mulut bilang ogah, tapi gerak geriknya ....yah, yah, yah! Makanya Rini selalu ditelateni terus. Setiap ketemu hanya dicandai, digodai dengan kata-kata sedikit nakal. Dalam telepon misalnya, Kamal suka mengajak cium udara. Tapi jawab Rini tidak juga ketus, kecuali hanya ngomong: nggak boleh tuh, haram!

Nasib bagus memang sedang berpihak pada Kamal, sebab beberapa waktu kemudian Rini siap menjadi pacarnya secara definitip. Hanya celakanya, ketika orangtua gadis itu mencium hubungan mereka, serta merta beliau menolak Kamal sebagai calon mantu. Masalahnya jelas, soal kepengangguran Kamal yang tak berujung itu. “Memangnya cinta bisa dinikmati dengan perut kosong?” kata ayah Rini berapi-api.

Galaknya ortu Rini memang nyaris seperti asu manak (anjing beranak). Tahu Kamal masih ngglibet saja, pernah dia diusir mentah-mentah saat main ke rumah. Nah, hal ini yang membuat pria penganggur itu nekad dan tertantang. Rini pun diberi opsi, loyal pada orangtua atau milih kabur bersamanya. Ternyata gadis cantik itu memilih pergi bersama Kamal. Maka hari itu juga Rini dibawa lari.

Gegerlah keluarganya, tapi Kamal sudah bahagia bersama Rini. Bagaimana tidak bahagia? Selama dalam pelarian dia diizinkan “mbelah duren” yang mestinya belum jadi hak. Dari Parangtritis, Pantai Patehan di Sanden, sampai rumah kosong di kampung Turgen, semua telah menjadi saksi bisu perbuatan mesum mereka. Pendek kata, Rini diperlakukan bak istri sendiri. Kalau tak dikasih? “Banting pintu saja, gitu saja kok repot,” kata Kamal yang cintanya berkibar.

Oleh Kamal ternyata Rini tak hanya diperlakukan sebagai istri, tapi juga “dikomersilkan”. Bagaimana tidak? Karena selama dalam pelarian banyak dibantu materi oleh Iwan sahabatnya, dia harus berterima kasih memberi imbalan. Celakanya, imbalan itu bukan berupa barang, melainkan kehormatan Rini juga. Artinya, selain melayani Kamal, duren Rini harus pula siap dibelah oleh Iwan. Maklum, di dunia ini tinggal kentut saja yang masih gratis.

Rini ternyata mau saja. Maka jadi seperti judul filmlah, semalam dua cinta. Habis melayani Iwan, Rini harus memenuhi hasrat Kamal. Begitu selalu, sehingga lama-lama perut gadis itu menggelembung. Sadisnya, dalam kondisi begitu, gadis malang itu baru dipulangkan kepada orangtuanya. Benar-benar seperti pepatah, habis manis sepah dibuang.

Enak di Kamal dan Iwan, tentu saja menyakitkan bagi keluarga Rini. Kamal yang sedang kabur itu terus dicari dan ketemu. Sebetulnya niatnya hanya biar dia segera menikahi Rini saja, habis perkara. Tapi ternyata Kamal tak tahu berterima kasih. Sudah tidak dituntut saja sudah bagus, kini malah berlagu tak mau tanggungjawab. “Yang menghamili kan bukan hanya saya. Iwan juga harus tanggungjawab,” katanya sok benar.

Ngaco! Memangnya wanita boleh bersuami dua? Karena Kamal tetap tidak mau tanggungjawab kecuali ditanggungrenteng, akhirnya pemuda penganggur itu dilaporkan polisi dan ditangkap. Sedangkan Iwan yang jadi penyandang janda dan asmara, tak urung juga masuk agenda kepolisian untuk dibekuk.

Gila si Rini. Tadinya jinak-jinak merpati, akhirnya nelur sendiri.

No comments: