Tuesday, March 11, 2008

Pagar Anti Guna-guna

Apa betul orang berkulit putih gampang diguna-guna? Lebih jelasnya, tanya saja pada Syahroni, 34 tahun, dukun cabul dari Tangerang ini. Dia baru saja dibekuk polisi gara-gara mencabuli pasiennya dengan dalih penangkal guna-guna. Fatimah, 20 tahun, sang pasien yang sempat dipaksa “main karaoke” itu memang cakep, putih bersih dan berbetis mbunting padi pula! Di situlah Syahroni jadi lerrrrr!

Terapi pengobatan dukun yang disalahgunakan itu bermula dari musibah yang dialami keluarga Fatimah, asal Neglasari Kecamatan Batuceper. Seminggu yang lalu, ayah tercintanya meninggal mendadak. Kata orang, kematian ayah Fatimah tidak wajar. Dia wasalam akibat perbuatan guna-guna atau santet. Tapi siapa pelakunya, tak satupun bisa menjelaskan.

Ibu Fatimah jadi makin penasaran atas kabar tersebut. Untuk mengetahui kepastiannnya, dia lalu mencari dukun yang kira bisa menjawab rasa kepenasarannya. Setelah tanya sana sini, masuklah nama Syahroni, dukun muda dari Sepatan. Konon dia ahli pengobatan yang tidak kasat mata itu. Mengobati orang disantet atau ditenung, bagi dia sudah menjadi makanan sehari-hari.

Ke situlah keluarga Fatimah minta petunjuk. Setelah menceritakan keluhan yang dideritanya, Syahroni ternyata membenarkan bahwa almarhum ayah Fatimah meninggal akibat guna-guna. Katanya pula, pelaku belum puas melampiaskan niat jahatnya. Bukan mustakhil, anggota keluarga almarhum menjadi sasaran tembak berikutnya. “Mereka yang berkulit putih, lebih mudah dimakan santet,” kata Syahroni sambil melirik Fatimah.

Anak yatim berkulit putih itu pun menyadari maksud dukun Syahroni. Dia menjadi panik dan minta pada ibunya agar minta penangkal atau ajian tolak bala bagi dirinya. Ibu cap apapun pasti tak rela musibah itu beruntun menimpa keluarganya. Oleh karenanya dia dengan sangat minta agar Syahroni memberikan penangkal itu bagi keluarga, khususnya untuk si Fatimah putrinya yang putih bersih itu.

Hal ini memang yang ditunggu-tunggu si dukun. Dengan cepat Syahroni menyanggupi. Cuma agar terapinya lebih manjur, pengobatan harus dilakukan di rumah keluarga Fatimah, karena untuk “pagar” anti guna-guna harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan sekitar rumah dan sumur sumber pengairan. “Wah, kebetulan kami ndak punya sumur, adanya pompa kodok tuh?” kata ibu Fatimah kecewa.

Itu nggak masyalllah, kata Syahroni. Hari berikutnya dia lalu mendatangi rumah Fatimah di Neglasari tersebut. Bak dukun ahli beneran, dia lalu memeriksa segala sudut rumah, mencermati atap rumah dan posisi pintu depan. Selanjutnya, bersama sang ibu Fatimah mulai diterapi Syahroni dalam sebuah kamar. Mulutnya komat-kamit macam dubur ayam mau nelur.

Dua hari kemudian Syahroni datang kembali, tapi kali ini malam hari. Katanya pengobatan akan lebih dikhususkan pada Fatimah yang rawan kena santet, karena jenis kulitnya yang putih bersih itu. Cuma saja, kali ini terapinya tak boleh ditemani oleh siapa saja, meski itu ibu kandung sendiri. “Ibu cukup menunggu di luar saja. Percayalah, Fatimah takkan hilang, dia akan kembali utuh,” kata Syahroni ceritanya mau melucu.

Orangtua tentu akan selalu mengutamakan keselamatan putrinya, sehingga apa kata dukun Syahroni, dituruti saja. Begitulah kemudian, Fatimah dibawa masuk kamar sendirian. Ternyata, selain menirukan mantera-mantera, gadis itu juga diminta melepas baju yang dikenakannya. Tadinya Fatimah enggan, tapi karena diancam demi kesembuhan dia menurut saja. Ketika memijat, tangan Syahroni lebih efektif bermain di sekitar dada dan daerah rahasianya. Padahal wanita memang banyak mainannya!

Lagak Syahroni makin menjadi-jadi. Usai memijat Fatimah diminta meng-”karaoke” burung miliknya. Lagi-lagi gadis itu diancam ketika hendak menolak. Baru setelah Syahroni klimaks karakoke non Mangga Besar itu dianggap selesai. Tapi sepeninggal dukun sekitar pukul 04.00 pagi, Fatimah segera cerita apa yang terjadi. Praktis ibunya marah. Ketika lain hari Syahroni datang lagi hendak mendulang sukses, dukun cabul itu dihajar sampai babak belur baru diserahkan ke Polsek Batuceper.

Anti santet malah memasuki wilayah anti porno aksi.

No comments: