Tuesday, March 18, 2008

Lakban Penangkal Selingkuh

Sebagai perempuan, pembalut wanita merupakan kebutuhan vital yang tak pernah ditinggalkan. Tapi Ny. Indri, 42 tahun, dari Kelapagading Jakarta itu lain. Di samping intex atau softex, dia tiap hari pasti memakai lakban di bagian tubuhnya paling rahasia tersebut. Kata Fauzan, 48 tahun, suaminya, perangkat lunak bininya terpaksa diplester setiap hari untuk jaga-jaga menangkal selingkuh!

Indri memang cantik, sehingga tak mengherankan bila bisa diterima menjadi pramugari maskapai penerbangan nasional utama itu. Di sela jam-jam terbangnya dia kemudian terlibat asmara dengan seorang pilot rekan terbangnya. Buntutnya bisa ditebak. Bila dalang kawin dengan sinden, apa salahnya pilot kawin dengan pramugari. Maka Fauzan- Indri pun menikah. Sungguh pasangan yang serasi, suami ganteng, istri cantik. Seperti Kamajaya-Ratih dalam kisah pewayanganlah.

Tak bisa dihindari, setelah menjadi bu pilot, Indri tak lagi terbang sebagai pramugari. Meski dia tetap bekerja di maskapai tersebut, tapi dia bekerja didarat, dan pada hari-hari tertentu siap “didarati” pilot Fauzan. Namanya juga penerbang, jika kangen bini dia selalu memberi isyarat pada istrinya, apakah landasan siap didarati? “Landasan siap mas, tapi tolong rodanya dikeluarin dulu….,” begitu kata Indri dari menara pengawas.

Indri-Fauzan memang bahagia dalam rumahtangganya. Tapi setelah setahun kemudian, mas pilot itu mencium bahwa banyak lelaki yang suka menggoda istrinya. Namanya juga mantan pramugari, mesti kecantikannya patent lah. Betis mbunting padi dan kulit putih bersih, pasti itu tradisi seorang pramugari. Tak ayal Fauzan menjadi cemas, kuatir bila bininya larut dalam rayuan dan selingkuh di sela-sela kerja suaminya.

Agar bininya tak digoda lelaki lain, awalnya Fauzan minta Indri berhenti bekerja saja. Tapi istrinya keberatan, karena dia tak mau jadi wanita yang hanya mamah dan mlumah (makan dan meleyani ranjang). Indri ingin selalu ada kesibukan, dia ingin ada kegiatan untuk pengisi hidupnya. “Kalau aku di rumah saja, bisa mati sutris aku mas,” begitu kata Indri ketika meyakinkan suaminya.

Terus terang saja, Fauzan sangat takut kehilangan Indri. Hidup tanpa mantan pramugari itu di samping dan bawahnya, dunia terasa hampa. Maka untuk menyiasati sekaligus demi keamanan istrinya dari angin-angin selingkuh, dia mempergunakan kiat spektakuler. Awalanya dia mau memesankan celana besi di tukang las sebagaimana kisah-kisah kuno. Tapi niat itu diurungkan, karena Fauzan takut bila kuncinya hilang kan dia yang merugi sendiri.

Ide paling gila pun kemudian dimunculkan, yakni memplester “perangkat lunak” bininya dengan lakban setiap Indri hendak berangkat ke kantor. Sebetulnya sang istri menolak, tapi demi rasa cintanya pada suami, dia terpaksa menerima saja perlakuan aneh tersebut. Sebab Indri sadar sesadarnya bahwa cinta selalu membutuhkan pengorbanan. “Untuk dispensasi, ya adalah lobang sedikit buat pipis….,” mungkin begitu kata Fauzan.

Kebijakan edan itu berlaku permanent. Artinya tak pernah dicabut dan dipertahankan hingga 13 tahun usia perkawinan mereka. Lakban celaka itu hanya dibuka di malam hari, ketika Indri di rumah dan suami membutuhkan kapan saja dan di mana saja. Pernah memang Indri membukanya tanpa izin prinsip Fauzan, tapi kontan setibanya di rumah dia dipukuli ketepak ketepuk. Indri betul-betul merasa hidup dalam jaman jaman jahiliyah.

Akhirnya kesabaran dan pengorbanan Indri ada batasnya juga. Meski dia sudah rela “perangkat lunak”-nya selalu diplester, ternyata suaminya masih juga suka berbuat kasar. Beberapa hari lalu dia nekad kabur dari Kelapagading dan kembali pada rumah orangtuanya di Jakarta Pusat. “Merdeka! Aku kini hidup bebas tanpa plester, horeee…!” begitu mungkin kata batin Indri.

Hari berikutnya dia mengadu ke Polda Metro Jaya, melaporkan kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang suka dilakukan Fauzan suaminya tersebut. Kalau tindakan ini beresiko perceraian, Indri sudah siap. Mantan pramugari ini memang ingin memulai kehidupan barunya, yang tanpa kecemburuan lelaki dan tanpa lakban lagi.

No comments: