Tuesday, March 18, 2008

Balada Polwan Nan Malang

Ada polisi tidur, itu sangat menyebalkan. Tapi kalau Ada polwan tidur dalam posisi seronok, itu sangat menggairahkan. Itu pula agaknya yang membuat oknum TNI ini mau menikahi polwan Iptu Ipuk. Tapi itu cerita duluuuu.

Sekarang setelah karirnya makin kinclong, Letkol Ambardi, 46 tahun, malah menyia-nyiakan istri perdananya dengan main selingkuh. Saat Ny. Ipuk memprotes, tinju pun melayang!

Tiga pelita lalu, pangkat Ambardi belum Letkol, mungkin masih kroco. Dalam statusnya sebagai tentara bujangan, sudah jamak bila dia tertarik pada seorang Polwan yang kala itu juga masih berpangkat kroco. Di luar kepangkatannya, waktu itu penampilan Ipukk memang masih serba kinclong. Dalam seragam dinas harian, sang polwan sungguh sensual. Tubuh sintalnya yang dikemas rok span, ditambah celdamnya yang membayang dari belakang, membuat serdadu muda Ambardi kliyengan dibuatnya.

Incaran Ambaldi tak sia-sia, dalam arti Ipuk menerima aspirasi arus bawahnya. Keduanya pun lalu jadian kemudian disusul menjadi suami istri. Kerjasama Polri dan TNI lewat jalur rumahtangga ini sungguh kompak, kombinasi antara prajurit saptamargais dengan bayangkari negara. Baik Ambardi maupun Ipuk secara seimbang menapaki dunia kemiliteran dan kerumahtanggaan.

Ketika beberapa anak telah lahir dari hasil kerjasama asmara tersebut, perubahan mulai terjadi. Seiring dengan karier militernya yang makin melejit, wawasan Ambaldi yang kini berpangkat Letkol itu semakin luas, termasuk dalam urusan wanita. Bila dulu polwan Ipuk dianggapnya paling cantik di jajaran Polri, kini lho….lho…kok duplikatnya Siti Nurhaliza banyak bertebaran di Jakarta ini.

Ambardi mulai erosi iman. Polwan Ipuk yang dulu dianggapnya juga seperti Siti Nurhaliza, sekarang kelihatannya malah sudah seperti Mpok Siti (pemain lenong Betawi-Red). Tua, peyot, kentut melulu lagi! Oleh karenanya, demi refreshing sebuah rumahtangga, dia nekad selingkuh dengan perempuan lain. “Sebab mau ganti “kendaraan” juga susah balik namanya,” begitu kira-kira alasan Letkol Ambardi.

Hari-hari selanjutnya, pamen TNI yang tinggal di Komplek Kodam Pesanggrahan (Bintaro) itu jarang “mengunjungi” istrinya. Dia asyik dengan selingkuhan barunya yang bernama Desi, 30 tahun, yang non Ratnasari itu. Bila dibanding dengan bininya, memang selingkuhannya jauh lebih menjanjikan. Ibarat mobil, Desi itu Kijang Inova 2006, sedangkan Iptu Ipuk Corolla 73. Diisi pertamax malah ngelitik!

Istri Ambardi pada awalnya tak tahu perselingkuhan itu. Dia mulai curiga ketika uang gaji suaminya tak diterima utuh lagi, sementara Letkol Ambardi juga mulai jarang tidur di rumah dengan alasan dinas luar kota. “Jalan bertiga ke Tanah Abang, naik biskota dari Rambutan. Begitu tega jarang pulang wahai abang, jangan-jangan sedang punya gebetan,” batin Ipuk andaikan berpantun.

Dalam sebuah kesempatan, Ipuk memperoleh info bahwa suaminya memang punya gebetan baru di Puri Beta, Cileduk Kabupaten Tangerang. Penasaran dengan kabar tak sedap itu, polwan Ipuk mengecek ke sana. Ternyata betul, dia melihat sendiri suaminya duduk mesra dengan wanita yang bernama Desy tersebut. Untung dia masih sadar. Untuk menjaga martabat suami hari itu tak ada pelabrakan hanya karena urusan “martabak”.

Otak dan hati Letkol Ambardi isinya kini hanya Desy saja. Ketika di rumah didonder soal selingkuhnya, bukan minta maaf tapi malah main tempeleng. Untuk kesekian kalinya Ipuk mencoba bersabar, tapi aksi selingkuh suaminya dengan si Desy tak juga berhenti. Maka sejak saat itu keributan selalu terjadi, dengan hasil akhir selalu Iptu Ipuk babak belur dihajar.

Lama-lama habis sudah kesabaran Ipuk. Dia melaporkan suaminya ke Pomdam. Tapi tak kapok juga. Setiap diingatkan, malah Ambardi mengancam akan membunuhnya. Lebih dari itu, si letkol juga mengancam akan mengambil anak-anaknya. Nah, ancaman terakhir ini yang sangat menakutkan bagi Iptu Upik, sehingga dia akan melaporkan suaminya ke polisi.

Anak memang di atas segalanya. Sedang bagi Ambardi, “martabak”-lah yang utama.

No comments: