Friday, March 28, 2008

Berebut Daging dan Cinta WTS


Sebagai WTS agaknya kecantikan Parni, 20, selangit. Buktinya Nardi - Wahyu sampai berani bacok-bacokan demi "daging" tak lebih dari seperempat kilogram itu. Cuma karena Nardi jauh lebih muda dan perkasa, Wahyulah yang terkapar kena bacokan. Yang repot tentu saja polisi Polsek Bawen. Dagingnya tak kebagian mereka harus repot mengantar hidung belang muda itu ke RSU Ambarawa.

Antara Nardi, 22, dan Wahyudi, 27, sebetulnya sudah lama berkenalan, karena keduanya sama-sama tinggal di Desa Harjosari Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Tapi belakangan keduanya jadi bermusuhan, bagaikan kucing ketemu anjing. Apa yang jadi penyebabnya, ternyata hanya urusan cewek. Mereka bersaing memperebutkan cinta dan daging Parni, persis Indonesia-Malaysia dulu, ketika berebut pulau Ligitan.

Yang bikin orang terheran-heran, apa sih kelebihan Parni sehingga keduanya “jatuh bangun aku mengejarmu” seperti Megi Z saja. Soalnya, semua orang tahu bahwa wanita yang tinggal di Kompleks Tegal Panas itu sudah terlanjur jadi milik publik. Asal ada uang, siapa saja boleh bawa. Memang, Parni tak lebih seorang WTS di komplek pelacuran tersebut.

Agaknya pelayanan Parni lah yang membuat mereka sukar melepaskannya. Di ranjang, PSK satu ini memang punya daya cengkeram luar biasa macam ban Goodyear. Dia bisa melayani permintaan dan gaya apa saja. Baik Wahyudi maupun Nardi, asal sudah kena servis Parni, jadi merem melek dan lali purwaduksina (lupa segalanya). Lucunya, meski mereka sama-sama sering pakai, awalnya tak tahu bahwa sudah sekian lama ikut proyek Salome (satu lobang rame-rame).

Nardi baru sadar kalau Parni langganan Wahyudi, ketika WTS itu curhat tentang lelaki dari Harjosari yang cengkiling atau suka main pukul. Begitu sebut nama dan ciri-ciri, ternyata Wahyudi itu adalah tetangganya sendiri. "Trembelane, ternyata kita sama-sama putra daerah…," kata Nardi agak malu-malu.

Keluhan dan curhat Parni ternyata membuat Nardi prihatin dan simpati. Di lembah hatinya yang sangat dalam, dia tak rela bila WTS yang sudah terlanjur dicintainya itu disia-siakan oleh lelaki lain macam Wahyudi. Bagi Nardi, Parni adalah sosok wanita yang perlu disayang sekaligus digoyang. Di samping wanita itu dia merasa bahagia, di atas perempuan itu pula Nardi merasa berada di surga dunia.

Ada tradisi dan filusufi Jawa yang mengatakan: sadumuk batuk sanyari bumi. Artinya bahwa urusan perempuan harus dibela sampai mati. Berangkat dari soal itulah Nardi ingin menjaga martabat dan "martabak" kekasihnya dari kesewenang-wenangan lelaki lain. Nardi ingin Wahyudi menjaga dan memperlakukan Parni secara baik-baik sebagaimana dirinya. "Saudaraku, kita kan sama-sama sekampung dan satu sarung, betul tidaaaak", batin Nardi saat merancang kata-kata bagi Wahyudi tetangganya.

Tak menunggu hari lain, Nardi segera mencari Wahyudi. Bak seorang penganjur kebajikan, Nardi lalu menasihati tetangganya tersebut agar memperlakukan Parni secara manusiawi. Jika sudah tidak sayang sama dia, terus terang saja, karena Nardi siap merawat WTS itu secara baik-baik, bermartabat dan bebas dari pelanggaran HAM. Dan maukah lelaki itu menerima segala nasihat Nardi? Ternyata tidak!

Ihik, ihik, mau tertawa Wahyudi mendengar ceramah anak kemarin sore, yang buat kencing saja belum lempeng. Oleh karenanya dia terus saja nggebuk dan "nuthuk" Parni. Jika pelayanan wanita itu tak memuaskan, pukulan dan tinjunya mendarat. Tinggalah Parni menangis. "Dasar lelaki, asal sudah dilayani langsung ngorok dan main tonjok," kata Parni sekali waktu.

Kembali dia mengadu pada Nardi. Lagi-lagi mendengar tangisan kekasihnya, sehingga batas kesabarannya pun habis. Dia segera mengasah golok dan kemudian dibawa pergi untuk mencari Wahyudi. Pikir Nardi, kalau bisa dinasihati baik-baik, sukurlah. Kalau tidak, golok yang konon pernah makan korban pendita sanga itu siap pula memakan Wahyudi.

Agaknya Wahyudi tetap tak bisa menerima nasihat Nardi. Keduanya pun lalu berantem, saling pukul dan gebuk. Tak sabar lagi atas kelakuan rivalnya, Nardi mengambil golok di balik punggungnya. Dengan target untuk sekadar memberi pelajaran, bagian punggung golok tersebut lalu digetokkan ke kepala Wahyudi, pletakkk. Tak sampai mati, kecuali hanya luka-luka. Namun demikian Wahyudi segera lapor polisi dan Nardi pun ditangkap.

Hanya soal perempuan kok berantem. Lha mbok sudah, dikeloni bareng!

No comments: