Tuesday, March 11, 2008

Selingkuhnya Bini Komersil

Agus, 40 tahun, memang kaya, karena tinggalnya saja di Pluit, Penjaringan (Jakarta Utara). Tapi betapapun kayanya dia, kalau bini setiap diajak kelon minta Rp2 juta, ya bangkrut! Dan kenapa Ny. Lilik, 32 tahun, jadi tegaan dan komersil pada suami sendiri? Karena dia sedang kasmaran pada lelaki tetangganya, sehingga pada suami sendiri dia kehilangan cinta dan cita rasa!

Tetangga yang baik harus mau tolong menolong dalam suka dan duka, begitu kata orangtua. Ny. Lilik yang punya toko onderdil motor di Pluit itu begitu juga. Dia selalu mencoba bersikap baik pada tetangga di kanan kirinya. Lilik menyadari, saudara kita paling dekat adalah tetangga juga. Sebab bila terjadi apa-apa, kita selalu akan minta tolong pada mereka. Tak mungkin kan, rumah kebakaran teriak-teriak memanggil adik atau kakak kita yang di Jerman atau Ciputat!

Ironisnya, hubungan baik antar tetangga sering pula tergelincir dan salah urus. Nah, tetangga Ny. Lilik yang bernama Danu, 45, termasuk lelaki yang bikin orang tergelincir. Betapa tidak? Mendapat sikap ramah dan baik dari istri Agus, lama-lama kok malah jadi naksir. Padahal di Pluit, Danu juga sama-sama pedagang onderdil motorl. “Yang benar aja, pedagang onderdil kok mau nyelingkuhi istri pedagang onderdil,” begitu kata hati nurani Danu.

Kalau Danu bisa jatuh cinta pada Lilik, itu karena dia masih lelaki normal. Lelaki yang tak tahan pada wajah cakep, bodi seksi, kulit putih bersih, tumit merah jambu dan betis mbunting padi. Dan itu semua memang ada pada Ny. Lilik. Memangnya istri Danu sendiri tidak cantik? Ya cantik sih, tapi kan rumput tetangga akan selalu nampak lebih hijau. Ooo...dasar!

Amat riskan sebetulnya jatuh cinta pada bini tetangga. Bagaimana tidak? Kalau ketahuan, malunya bisa sampai ke kampung-kampung. Selain itu bisa menjadi persoalan hukum. Itu kalau suami Lilik tahu hukum. Kalau tidak, ya crossss.., main bacok. “Makanya kalau takut, mendingan selingkuh sama janda saja. Resikonya paling tinggi ke meja KUA, bukan meja hijau..,” begitu saran setan.

Hal-hal seperti ini yang membuat Danu suka ragu. Tapi setiap melihat Ny,. Lilik belanja ke warung, lalu mengenakan daster kuning kembang-kembang hitam, pendulum Danu langsung kontak. Bini Agus itu begitu sensual di matanya. Lengannya yang putih lembut berisi, sangat membangkitkan gairah lelakinya. Kalau tak ingat dosa dan etika, ingin Danu langsung menyergapnya: hipppp.., dan wes hewesss hewesss!

Itu teorinya. Prakteknya nol selalu, karena Danu masih penuh pertimbangan. Meski nampaknya Ny. Lilik memberi angin, dalamnya hati wanita siapa tahu, bisa melebihi dalamnya sumur minyak! Maka kalaupun Danu berani sedikit nakal, paling-paling remas tangan dan towel pantat. Itupun kalau situasinya sangat memungkinkan, atau menurut menteri orde baru dulu: mantap terkendali!

Dasar milik, “rejeki” bisa datang setiap saat. Sekali waktu Ny. Lilik mencari anak keduanya yang bermain tak pulang-pulang. Datang ke rumah Danu kebetulan sedang sepi, kecuali Danu sendiri. Anak Lilik tak main di sana, istri Danu dan anak-anaknya juga tak di rumah. Maka masuknya istri Agus itu tak ubahnya ikan masuk bubu. Sebab begitu tahu situasinya mantap terkendali, Lilik langsung disergap, digelandang ke kamar. Selanjutnya ya hewes-hewes seperti pernah diangankan Danu!

Oiii.., sepak terjang Lilik di ranjang ruarrrr biasa, begitu juga Danu. Sama-sama puas, sama-sama berkeringat. Tapi sejak itu, Lilik pun jadi ketagihan. Asal pengin, dia mengajak Danu ke hotel dan kencan. Paling konyol, sejak itu dia tak mau melayani suami sendiri di ranjang. Kalau Agus nagih, dia harus bayar dulu Rp 2 juta. Untuk apa uang tersebut? Ya untuk kencan kembali bersama Danu yang sodokannya luar biasa itu tadi.

Lama-lama Agus tentu saja curiga. Masa kelon sama bini sendiri bayar, kok jadi seperti wanita panggilan saja. Dia pun lalu mengadakan penyelidikan, kenapa bininya jadi komersil pada suami sendiri? Apa karena sekarang BBM mahal, apa hubungannya? “Gila betul, mau “nggesek” istri sendiri kok harus nggesek debet BCA...,” omel Agus.

Akhirnya misi Agus membawa hasil. Dia berhasil memergoki istrinya di hotel. Celakanya, teman kencannya justru Danu sesama pedagang onderdil motor. Saat mereka masuk kamar, Agus manggil Satpam hotel. Digerebeklah pasangan itu. Tapi sial, meski kepergok sedang “hewes-hewes”, Danu-Lilik bisa mengelabui Agus. Buktinya, begitu suaminya meleng, Lilik berhasil pergi bersama Danu dan hingga kini tak kembali.

No comments: