Wednesday, March 26, 2008

Cintaku Kandas di Babu


Alah…alah, hanya pembantu saja dibelai sampai mati. Tapi memang begitulah jalan hidup yang ditempuh Ujang, 33 tahun. Daripada ditolak cintanya oleh Minah, 26 tahun, pembantu rumahtangga dekat kantornya, mendingan mati saja. Padahal di kampung, dia sudah punya anak bini. Lagi-lagi, dasar kaum lelaki, sudah punya satu masih kurang lagi!

Tak bisa dipungkiri, kaum lelaki tak bisa hidup tanpa perempuan. Bahkan yang sudah punya jatah satu saja, suka nambah-nambah sampai empat. Padahal, para kolektor bini tak selamanya adil membagi cinta kasihnya pada keluarga. Kebanyakan, hanya kuat di onderdil tapi kedodoran di materil. Maka sering terjadi, antar para madu berantem sampai bunuh-bunuhan.

Ini Ujang yang tinggal di Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, lagaknya seperti orang bonafid saja. Bekerja hanya sebagai pegawai biasa, coba-coba mau berbini dua. Lebih ironis lagi, yang ditaksir belakangan adalah Minah, seorang pembantu rumahtangga dekat kantornya di bilangan Kramat Jati Juga. “Biar pembantu, yang penting rasanya Bung!,” begitu tangkis Ujang bila diledek teman-temannya.

Kalau Ujang sampai jatuh cinta pada si Minah, banyak penyebab dan alasannya. Pertama, ya itu tadi; Ujang tak bisa hidup tanpa wanita. Sebab sejak jauh dari bininya di kampung, dia sering kesepian di malam hari. Kalau masuk angin, tak ada yang ngeroki. Kalau “kepingin”, tak ada yang meladeni. Kepengin itu apa, tunggu penjabarannya sampai ramadhan selesai.

Adapun yang kedua, biar pembantu si Minah ini penampilannya lumayan cantik. Biar pembantu dia badannya tak gembrot pendek, biar TKW domestik dia kakinya tida njeber (melebar). Maka di mata Ujang, dia sangat layak dijadikan “termos” kedua, sebagai cadangan termos pertama yang jauh di kampung. “Mana kala saya haus, kan tinggal minum glek glek glek, gitu…..,” pikir Ujang.

Halunasi (khayalan) Ujang memang indah, tapi begitu diaplikasikan pada fakta, berantakan. Soalnya, ketika Minah didekati dalam rangka mau dikawini dan dijadikan istri kedua, sang TKW domestik ini langsung lari tungganglanggang. Prinsip si Minah, mendingan seumur-umur tak tak kesentuh lelaki daripada hanya dijadikan bini kedua. Memangnya stok lelaki sampai Lebaran nanti sudah habis, apa?

Ketika Ujang mendengar sikap penolakan Minah, dia kontan sutris. Rupanya cintanya sudah berurat berakar seperti kanker di stadium empat. Dikemo, dibestral, tak juga bisa hilang. Malah kulitnya jadi item karena cinta yang mendarah daging itu. “Aku tak bisa hidup tanpa Minah di sampingku,” kata Ujang seperti yang pernah didengar rekan-rekannya.

Ujang dikiranya hanya bercanda, tapi ternyata serius dengan putus cintanya itu. Buktinya, kemarin malam ketika dibangunkan teman-teman untuk makan sahur sekitar pukul 03.00 dia tak juga menjawab. Kasihan bila sampai kesiangan, seorang teman menerobos masuk ke kamarnya. Tapi…., la illah hailalloh, tubuh Ujang ditemukan tergantung di plafon kamarnya. Badannnya sudah dingin, sementara nyawanya sudah wasalam entah ke mana.

No comments: