Friday, March 28, 2008

"Olahraga" Bersama Pembantu


Kalau ada yang bilang lelaki itu seperti kucing, agaknya ada juga benarnya. Setidaknya untuk Daljono, 46, warga Semarang (Jateng). Di rumah sudah ada istri yang cantik, kok masih juga ngeloni pembantu. Ketika istrinya pergi, guru olahraga ini lalu mengajak Kasmi, 18, TKW domestiknya "olahraga" di ranjang. Saat pembantunya hamil, janjinya mau mengganti rugi Rp 35 juta, tapi ternyata hanya wacana dan retorika belaka.

Enak sebetulnya nasib Daljono sebagai kaum lelaki. Sebagai PNS, dia berprofesi menjadi guru olahraga di SMP. Sebagai kepala rumahtangga, dia memiliki istri yang cantik dan setia. Pintar mengatur belanja, bergaul baik dengan masyarakat sekitarnya. Karenanya orang suka ngalem (memuji) Daljono, mujur betul dia beristrikan Ratih, 42. "Andaikan itu sebuah kendaraan, aku mau kok tukar tambah," kata para tetangga.

Padahal, buat Daljono sih, biasa-biasa saja. Biar cantik putih bersih, karena tiap hari menunya itu melulu, ya ibarat orang makan ketemu sayur asem terus. Bosen. Pengin sebetulnya dia ada diversifikasi menu, setidaknya lalu mengikuti jejak Puspo Wardoyo. Tapi sebagai pegawai negeri, kan tidak boleh berbini dua. Lagi pula, gajinya jelas tidak mencukupi untuk mengasapi dua dapur sekaligus. Dus karena itu, biar hanya "sayur asem" ya harus dinikmati dengan senang hati.

Untuk membantu istrinya agar tidak kecapekan sebagai ibu rumahtangga, Daljono sejak 6 bulan lalu mengambil TKW domestik alias pembantu di rumahnya. Dia sengaja mengambil pembantu yang asal sekampung. Selain untuk memudahkan pengawasan dan pengamanan, Daljono juga ingin agar posisi "putra daerah" tak hanya diduduki oleh calon bupati dan gubernur. "Apa salahnya babu juga putra daerah, yang penting dia bisa diterima semua pihak," katanya saat meyakinkan pada istrinya.

Nah, jadilah Daljono mengambil TKW domestik tanpa melalui fit and properties, apa lagi persetujuan dewan, karena ini juga mutlak hak prerogatip dia sebagai presiden rumahtangga. Dan pilihan Daljono tidak meleset. Kinerja TKW domestik bernama Kasmi ini memang bagus. Dia tahu bagaimana melayani keluarga majikan. Dia sadar akan fungsnya sebagai pelayan dalam rumah tangga, bukan malah minta dilayani.

Celakanya, sebagai pembantu kenapa Kasmi ini berwajah cakep. Kulit juga putih bersih sebagaimana istrinya, bodi seksi menggiurkan. Tinggi sekitar 160 cm, berat badannya kira-kira 55 Kg netto, tanpa sepatu, baju dan dalemannya. Hanya ibarat buah-buahan, jelas Kasmi menang renyah, ada asem-asemnya sedikit, sehingga cocok sekali buat rujakan. "Memangnya kamu mau lotisan, Bleh? Silakan saja, biar pembantu kan yang penting rasanya, Bung!", kata setan mulai mengompori Daljono.

Andaikan mau jujur, sejak lihat pertama si Kasmi pendulum pak guru olehraga ini memang langsung kontak. Dia ingin sekali bisa menikmati "menu" baru yang bebas formalin itu. Dan sesuai dengan petunjuk bapak setan, Daljono pun mencoba mendekati pelan-pelan. Ketika istrinya bersama ibu-ibu PKK tetangga ke villa di Bandungan selama 2 hari, dia justru nyetel VCD porno saat Kasmi ngepel ruang keluarga.

Kasmi langsung terpana menyaksikan pemandangan yang jarang ada itu. Melihat TKW-nya menggeliat-menggeliat, Daljono segera memanfaatkan peluang itu. Kasmi langsung dibimbing ke ranjang. Awalnya menolak, tapi karena majikannya nyosor terus, dia tak bisa menolak. Walhasil, siang itu pak guru olahraga ini berhasil mengajari "senam istimewa" bagi pembantunya. Awalnya Kasmi mringis (kesakitan), tapi akhirnya mrenges (senyum). Kasmi kemringet, Daljono gemrobyos (mandi keringat).

Mulai saat itu, Daljono punya menu cadangan. Asal bini pergi Kasmi langsung ditarik ke kamar. Begitu selalu yang terjadi. Ironisnya, ibarat ban cadangan, justru ban serep itu yang sering dipakai sampai nyaris gundul. Entah berapa kali mereka berbuat, tahu-tahu perut pembantu itu melembung. Keluarganya tentu saja menuntut. Atas desakan Pak RT-nya di Ungaran tempat tinggal Daljono, dia siap menikahi TKW-nya tersebut. Repotnya, Kasmi tak mau disiri dan Ratih istrinya juga rak mau dimadu.

Agar semuanya enak, keluarga Kasmi akhirnya siap tak dinikahi asalkan diganti rugi Rp 35 juta. Bu Ratih memilih opsi ini. Hanya saja, karena Rp 35 juta bukan uang sedikit, hingga jatuh tempo perjanjian istri Daljono tak bisa memenuhi. Lantaran sudah dilobi tetap saja janji itu hanya wacana dan retorika belaka, terpaksa keluarga Kasmi mengadu ke Polres Semarang.

Habis enak-enakan, akhirnya Daljono pusing sendiri.

2 comments:

FROM INDONESIA said...

Olahraganya enak ya

FROM INDONESIA said...

Ceritanya bagus, kunjungan balik dong ke blog saya www.tonggos.com