Wednesday, March 26, 2008

Cuma Ditipu Luar Dalam



Kalau ada orang paling goblok se Kabupaten Karawang mungkin hanya Salimah, 30, lah orangnya. Sudah tahu suaminya cuma sanggup mengawin siri, kok minta apa saja dituruti. Dari sepeda motor sampai uang tunai. Padahal begitu kenyang mengobok-obok luar dalam, Matseh, 40, enak saja kabur meninggalkan Salimah merana seorang diri.

Antara jodoh dan rejeki, tidaklah selalu berjalan seiring. Maklum, garis peruntungan seorang perseorang memang tidaklah sama. Ada yang lancar jodohnya, tapi seret rejekinya. Ada pula yang lancar rejeki, tapi seret di jodoh. Yang paling mujur tentu saja, lancar di perjodohan, lancar pula dalam mencari rejeki. Tapi kalau rejeki seret, jodoh juga seret, mendingan mati saja. Hussy!

Wanita muda dari Karawang bernama Salimah ini rupanya begitu. Soal rejeki dia lancar-lancar. Dalam usia segitu dia sudah memiliki usaha yang lumayan maju, sehingga bisa membiayai keluarga dan adik-adiknya. Tapi soal jodoh, ya begitulah. Hingga usia kepala tiga, belum ada satupun lelaki yang sudi menjadi pamajikan (suami). Maklumlah, wujud lahiriahnya memang kurang menjual. Ibarat kertas, yang dicari lelaki kan yang jenis HVS, sedangkan Salimah ini jenis kertas koran, yang ditulisi mblobor!

Akan tetapi, di era gombalisasi begini tak semua lelaki mencari wanita berkelas kertas HVS. Jika motifnya sekadar mengejar materi atau takut miskin, banyak juga lelaki ganteng mau kawin dengan gadis kelas kertas koran tersebut. “Ditulis mblobor biarin, yang penting kita bisa numpangi dan numpang hidup…,” begitu prinsip lelaki penganut paham kebendaan.

Lelaki berpendirian macam begitu salah satunya adalah Matseh dari Telukjambe, Karawang. Maka ketika dia berhasil kenal dengan Salimah yang bertampang amburadul, ya nggak masyalah. Yang penting wanita itu beunghar (kaya), bisa digerogoti uangnya untuk kesejahteraan keluarganya di rumah. Bagi Matseh, cantik dan jelek kan sama saja. Semua itu hanyalah “angkatannya” saja, setelah ke sononya ya sama saja lah iyauwww….!

Sebetulnya Matseh di rumah juga sudah punya anak istri. Tapin setelah tahu Salimah begitu mbebeki mencari jodoh, untung-untungan dia tampil ke gelanggang. Sayang bila wanita kaya dan punya usaha mapan itu lepas dari genggaman. Maka begitu berhasil kenal dengan Salimah, belum-belum dia sudah mendeklarasikan statusnya. “Saya perjaka tua dari Telukjambe, juga sedang mencari jodoh,” demikian pengakuan Matseh.

Untungnya Salimah langsung percaya. Cuma untuk sekadar penjajagan dia juga bertanya: kenapa seganteng dia kok belum laku kawin? Tapi jawab Matseh gampang saja. Katanya, jaman sekarang cewek memandang lelaki bukan karena onderdil, tapi materil.Jadi meski ganteng seperti dirinya, jika tak punya nilai ekonomi yang hanya dilirik dengan sebelah mata.

Akhirnya Salimah iba jadinya. Lantaran dia sendiri juga kebelet punya suami, tanpa malu-malu dia menawarkan diri, mau nggak kawin dengan perawan tua tapi kaya? Siapa dia? “Ya aku ini. Tapi sampeyan kawin sama aku, tak usah kerjalah. Yang penting rajin minum madu dan telur mentah saja, cukup….,” kata Salimah sedikit ngabodor (melawak), dan Matseh langsung mafhum.

Matseh-Salimah akhirnya sepakat, untuk segera menikah. Uniknya silelaki hanya bersedia dengan kawin siri saja, alasannya biar praktis. Katanya, kalau kawin KUA kan bertele-tele. Sedangkan kawin siri meski belum ada STNK/BPKB, “kendaraan” itu kan sudah sah dan halalan tayiban dinaiki. Makanya, siri itu kan kepanjangan: sidikit risikonya!

Ide konyol Matseh pun diterima dan keduanya menikah siri di depan pegawai KUA. Sejak hari itu mereka sudah sah jadi suami istri secara agama, bisa “mbelah duren” kapan saja dan di mana saja. Cuma anehnya, beberapa hari setelah menjadi suami istri, Matseh sudah merengek-rengek minta dibelikan sepeda motor. Karena Mumum memang kaya, maka langsung dibelikan saja.

Namun anehnya, baru seminggu sepeda motor itu disuruh menjualnya lagi. Demi suami tercinta, Salimah pun menuruti saja. Lucunya, melihat duit Rp 8 juta kontan, kembali Matseh merayu. “Pergi kondangan hijau bajunya, makan salad bareng suami. Bini pujaan pinjamilah uangnya, tak sampai seabad pasti kuganti…” begitu Matseh berpantun.

Istri baru Matseh memang nurutan, sehingga duit itupun diberikan. Tapi lain minggu sudah kumat lagi, bahkan mau pinjam duit Rp 50 juta, katanya untuk modal usaha. Karena tak ada uang tunai sebanyak itu, demi suami Salimah pun meminjam pada bank dengan jaminan sertifikat tanah. Celakanya, setelah menggondol duit setumpuk Matseh minggat dari rumah istrinya di Desa Arjasari, Kecamatan Rengasdengklok. Sedangkan ketika dilacak di Telukjambe, ternyata Matseh sudah punya anak bini.

Habis manis sepah dibuang, habis harta suami tunggang-langgang!

No comments: