Wednesday, March 26, 2008

Iseng Bikin Puyeng



Semula Herdi, 40 tahun, menjawab SMS nyasar itu sekadar iseng. E ternyata berlanjut. Ketika ketemu langsung pengirimnya, kok cantik juga ya. Lupa anak istri di rumah, gadis Winda, 20 tahun, itu pun dipacari dan digauli bahkan dibawa lari. Dari Yogyakarta hingga Jakarta selama 12 hari, kenyanglah Herdi menikmati kemulusan tubuh Winda. Tapi tiba-tiba keluarga si gadis menuntutnya, tinggalah Herdi menikmati kepuyengan itu.

Ini kisah iseng lelaki puber kedua. Dalam usianya yang lima windu, dorongan atay libido Herdi sebagai lelaki memang meningkat tajam. “Jatah” di rumah yang biasanya dialokasikan 3 kali seminggu, dia suka menambah sendiri. Bahkan pernah pula kejadian, bini sudah dandan cantik mau kondangan, diseret ke kamar hanya untuk memenuhi hasratnya. “Nanti mandi lagi ya nggak apa-apa,” begitu kata Herdi yang kesetanan.

Tapi penambahan jatah itu pun rupanya tidak cukup bagi Herdi.Hal ini dimulai ketika di HP-nya masuk SMS dari seseorang yang tak dikenal. Tahu bukan SMS untuknya, dia iseng mencoba menjawab. Ee, ternyata terus nyambung juga. Bahkan ketika Herdi melempar SMS sedikit nakal, penerima SMS di seberang sana menjawab pula dengan kata-kata yang nakal. Sama-sama penasaran jadinya.

Informasi-informasi lewat SMS itu menunjukkan bahwa pengirim SMS nyasar itu adalah seorang cewek. Saking penasarannya, Herdi mengajak berkenalan langsung di darat alias temu muka. Ternyata cewek itu tak keberatan. Jadilah mereka amprok di Semarang . Ternyata tak salah, pengirim SMS nyasar itu gadis cantik bernama Winda, tinggal di Pondok Raden Patah, Sayong, Demak. Herdi pun langsung kesengsem.

Agaknya bukan dia saja yang kesengsem. Sigadis yang usianya terpaut separuhnya itu ternyata juga tertarik pada penampilan Herdi. Meski pegawai Kecamatan Tembalang, Semarang ini sudah buka kartu bahwa sudah punya anak istri, bagi Winda itu bukan masyallah. Buktinya, ketika diajak jalan ke mana-mana, dia nurut saja. Bahkan ketka tubuhnya disenggol-senggol dan diraba-raba, Winda sama sekali tak menolak.

Tali asmara Herdi-Winda agaknya sudah makin menguat saja. Terbukti keduanya merencanakan perjalanan jauh dari Semarang-Yogyakarta-Jakarta. Dengan tanpa pamit ayah bunda tentu saja, Winda pun meninggalkan Sayong, bergandengan tangan bersama si doi menuju Yogyakarta . Di kota gudheg ini, Winda mulai “diuleg”. Maksudnya, dalam sebuah losmen tempatnya menginap, untuk pertama kali dia menyerahkan kegadisannya pada Herdi.

Indahnya malam pertama bersama Herdi yang sudah kaya pengalaman, membuat Winda ketagihan. Lain waktu ketika diajak berhubungan intim, mau saja dia. Bahkan ketika sudah dibawa ke Jakarta , hubungan intim mereka sudah selayaknya suami istri saja. Kapan saja Herdi minta, Winda langsung memberikannya. Pendek kata seperti resep dokterlah, tiga kali sehari sesendok makan, tanpa kocok dulu sebelum pakai!

Ketika Winda-Herdi sudah glegeken (baca: kenyang) mereguk asmara haram selama 12 hari, keduanya kembali ke Semarang . Pegawai kecamatan itu kembali ke keluarganya, dan Winda pun juga kembali ke rumah orangtuanya di Pondok Raden Patah. Dia tetap tenang saja, sepertinya tanpa merasa berdosa. Begitu pula Herdi, dia santai saja, karena hubungan suami istri tersebut dilakukan mau sama mau, tanpa tekanan pihak manapun, kecuali memang harus ditekan-tekan!

Asyik bagi Herdi-Winda, tentu saja nyeseg bagi keluarga si gadis. Mereka amat marah demi putrinya mengaku dibawa ke Yogyakarta-Jakarta dan selalu disetubuhi di sana . Keluarga Winda segera mengadu ke Polres Semarang Timur. Walhasil Herdi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, tahu-tahu digelandang polisi atas tuduhan melarikan anak gadis orang.

Heran dan terkaget-kagetlah Pak Camat dan teman-temannya. Herdi yang sedang mengambil cuti itu ternyata telah membuat karya cipta yang spektakuler. Tapi kata Pak Camat, mengingat Winda sudah punya KTP, berarti sudah gadis dewasa. Dengan demikian, karena sudah dewasa dan mau sama sama mau, meski tetap kena sanksi, tapi hukumannnya tak seberat yang melarikan anak gadis di bawah umur.

No comments: