Thursday, March 27, 2008

Sopir Truk Nggragas


Sudah gemuk, pendek, item, doyan selingkuh; itulah kelakuan Kenthut, 40 tahun, dari Boyolali (Jateng). Bagaimana tidak? Sudah tahu Indri, 33 tahun, ini masih bini famili sendiri, lha kok “ditelateni” juga. Tapi untuk ke-nggragas-annya itu dia harus membayar mahal. Saat sopir truk pasir ini sibuk menyetubuhi bini Bagyo, 37 tahun, kepergok langsung oleh pihak berwenang (baca: suaminya). Segera saja dia ditarik dari ranjang, lalu dihajar bersama warga. Pak ketepuk, pak, gedebug, bresss!

Ini kisah perempuan kendho tapihe (rawan selingkuh). Kecantikan yang dimiliki Ny. Indri ternyata bukan hanya monopoli suami. Lelaki lain bila berminat dan pandai melobi, bisa saja menikmati tubuh mulus bodi seksi wanita dari Sumber Kecamatan Banjarsari, Solo tersebut. Padahal Bagyo suaminya juga cukup ganteng, pinter mencari duit lagi. Jadi apa sebetulnya yang kurang, sehingga Indri cari kepuasan di luar rumah?

Tapi namanya orang bermasyarakat kan hanya sawang sinawang (saling melihat) saja, tak tahu kondisi jerohan sesungguhnya. Seperti Bagyo misalnya, mesthi tampan dan pinter cari duit, tapi dia kurang mampu berbicara dalam percaturan ranjang. Dia menafkahi batin istri sekadar kewajiban saja, bukan lantaran hobi. Jadi pelayanannya sangat monoton, itu-itu melulu. Yang paling bikin Indri sebel, asal sudah terpenuhi kebutuhannya Bagyo memunggungi dan tidur mendengkur.

Ini yang sering membuat Indri tersinggung, sepertinya wanita hanya dibutuhkan untuk urusan begituan semata. Di ranjang mestinya selalu ada dialog, konsultasi, solusi, ada pencerahan dan keterbukaan, bukan sekadar buka-bukaan. Bagyo memang bukan lelaki romantis. Dia pikir wanita asal sudah dicukupi materi cukuplah. “Alah, wong wedok kuwi tugase rak ming mamah karo mlumah (perempuan kewajibannya kan makan dan melayani suami di ranjang),” begitu pendapat Bagyo.

Adalah Kenthut, warga Desa Tambung Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Sebagai sopir truk pasir, dia tak hanya tahu pasir urug, pasir kwarsa, pasir Tangerang dan pasir Galunggung, tapi juga tahu gelagat wanita yang harus asmara akibat cintanya yang mengering bak di padang pasir. Dari kaca mata lelakinya Kenthut tahu persis bahwa sebetulnya Indri bini familinya ini kesepian di tempat ramai, seperti ayam mati di lumbung padi.

Tak peduli bahwa Indri bini familinya, Kenthut mencoba menawarkan solusi. Di kala main ke rumah Bagyo, rayuan-rayuan kecil ala pulau kelapa dilancarkan. Lewat tembang Jawa ala ketoprak mataram, dia menyindir-nyindir kesepiannya Indri. “Bedhug tiga dhatan arsa guling, padhang bulan kekadhar neng latar, thenguk-thenguk lungguh dhewe (tengah malam tak bisa tidur, terang bulan bengong duduk sendirian di halaman),” kata Kenthut dalam sepenggal tembang Dandanggula.

Indri rupanya lumayan ngerti bahasa-bahasa sastra Jawa tinggi itu, sehingga tahu pula bahwa nada tembang itu diarahkan kepadanya. Dia senyum tersipu-sipu. Di samping merasa tersindir, Indri memang mengagumi suara bagus Kenthut. Rupanya orang gemuk pendek itu suaranya bagus. Sopir truk pasir ini memang suka loap-laop (nyanyi) mengikuti irama hati. Kaset di dashboard truknya saja isinya kaset-kaset Jawa melulu.

Kelanjutannya lebih seru. Bila situasinya aman terkendali, Kenthut suka mak-mek (pegang-pegang) tubuh Indri, khususnya di daerah nan rawan. Celakanya Indri hanya menepiskan secara lembut, sehingga bisa diartikan memberi peluang. Tentu saja si Kenthut jadi makin berani. Istri Bagyo ini digelandang ke kamar, lalu sebagaimana truk yang biasa dibawanya: di ranjang segera masuk perseneling satu, digas, pindah ke gigi dua dan tiga, digas lagi werrrr…. Kenthut-Indri sampai ke surga dunia!

Agaknya pelayanan supir truk ini memang luar biasa, buktinya Indri jadi ketagihan. Biar pendek item, tapi ngangeni. Maka lain hari dia mengacu system jemput bola, artinya: Indri yang mendatangi rumah kontrakan Kenthut yang sama-sama si Sumber. Di situ kembali keduanya berlaga, main persneling satu hingga empat, Kenthut menggeliat-geliat, sedang Indri merem melek biji matanya seperti mau loncat!

Hanya saja, asmara bawah tanah ini tak berlangsung lama. Bagyo yang curiga perilaku istrinya belakangan, diam-diam menguntit kepergian istrinya.Tahu-tahu kok masuk ke rumah Kenthut familinya. Ketika diintip, ya ampun, sopir truk itu tengah menyetubuhi Indri dengan nafsunya. Bagyo tentu saja emosi. Si gemuk pendek diseret dari ranjang dan dihajar. Sementara Indri melarikan diri, warga yang mendengar keributan itu mencoba melerai. Tapi begitu tahu duduk perkaranya, mereka malah berpastisipasi dalam gebuk. Untung saja polisi Polsek Banjarsari segera turun tangan.