Tuesday, March 18, 2008

Amarah Si Modal Tampang

Aming, 35 tahun, memang lelaki tak pandai bersyukur di muka bumi. Hidup hanya modal titit saja tapi lagunya bukan main. Bayangkan, sudah dimodali oleh janda kaya yang mau jadi bininya, eh malah kios pemberian Ny. Ema, 42 tahun, itu dijadikan medan selingkuh. Sudah begitu dia tak merasa bersalah. Ketika dipergoki tengah berpacu dalam birahi bersama selingkuhannya, janda malang itu malah dihajar hingga babak belur.

Tampang Aming sebetulnya cukup lumayan. Tapi karena dia tak punya pekerjaan tetap, dalam usia kepala tiga belum juga ada cewek yang mau dinikahinya. Gadis sekarang memang lebih realistis. Hidup tak bisa hanya makan tampang ganteng,cinta tak bisa dinikmati dengan perut kosong. “Biar tampang jelek, yang penting pinter cari duit,” begitu prinsip gadis-gadis penganut paham kebendaan.

Imbas paham demikian langsung jatuh ke Aming itu tadi. Setiap dia mendekati cewek, enyak dan babenya selalu menanyakan sudah bekerja di mana, pangkatnya apa. Tapi ketia Aming mengatakan sejujurnya, kebanyakan orangtua selalu menarik dukungannya. Secara diam-diam dia mempengaruhi anak-anaknya, agar mencari cowok pengganti yang lebih ideal, bisa dinunuti keluarga dari pihak istri.

Konsekuensinya, Aming terus hidup solo karier. Dia punya burung cocakrawa tak pernah berkicau, kecuali buat kencing doang! Teman seangkatannya sudah pada gendong anak, dia terus tenggelam dalam kesendirian. “Beginilah, nasib bujangan, umur kepala tiga kok belum pernah goyang….,” begitu ledekan plesetan lagunya Kus Plus yang suka didengar Aming.

Aming mengalami kemujuran ketika ketemu janda kaya bernama Ny. Ema. Bagi wanita itu masalah materil memang tak dibutuhkan lagi, sehingga soal onderdil yang jadi pertimbangan utama. Karenanya janda dari Lopang, Serang (Banten) ini mau saja menerima Aming sebagai calon alternatif. Agar perjaka tua itu mau dengannya, dia mencoba menebar pesona dengan berbagai cara.

Hati kecil Aming sebetulnya kurang sreg ditaksir janda usia lebih tua darinya. Tapi bila terus mencari gadis yang di bawah usianya, alamat tak laku sepanjang usianya. Maka Aming mencoba mempertimbangkan proposal janda kaya tapi lumayan tua itu. Ternyata kalkulasi politiknya masih lumayan menguntungkan. “Kamu kawin sama dia, tak usah kerja. Yang penting rajin makan telur mentah dan madu, Bleh….,” kata hati nuraninya.

Pilihan itu akhirnya diambil Aming. Jadilah dia menikah dengan janda usia terpaut 7 tahun tersebut. Dan benar prediksa hati nurani. Menjadi suami Ny. Ema yang dibutuhkan bukan materil, tapi onderdil. Karenanya tugas Aming sebagai suami hanyalah menjaga stamina tubuh, agar setiap saat diminta menggiring bola non piala dunia, hasilnya selalu prima bagi Ny. Ema.

Untuk mengisi kesibukan, mantan janda kaya itu membelikan Aming kios di Pasar Pasar Induk Rawu. Siang hari dia disuruh jaga toko, malam hari pulang untuk menemani tidur si mantan janda haus asmara. Mencari untung memang bukan target Ny. Ema, tapi sekadar untuk memberi status sosial pada suaminya, agar tidak nampak lontang-lantung tanpa juntrung.

Lama-lama Aming jenuh juga dengan kehidupan monoton. Siang jaga toko, malam hari melayani Ny. Ema di ranjang. Bila dia tak bisa memberikan pelayanan prima akibat kecapekan, Ny. Ema suka memarahi dan menyindir-nyindir gak malu dengan gagahnya. Huuh, sepertinya kehidupannya kok mirip ayam jago saja, cuma jadi pejantan dengan dicukupi jagung sebagai menu sehari-hari. “Hina benar perjalanan hidupku, tiap malam hanya disuruh berkokok kukuruyukkkk…..,” keluh Aming.

Aming ingin melepaskan diri dari cengkeraman Ny. Ema, tapi tak ada kekuatan dan keberanian. Maka ketika ada gadis usia 25 tahun selalu ngglibet di tokonya, dia mencoba mendekati. Jadilah Aming pacaran dengan Anita. Selain lumayan cantik, ada rasa cinta menyelinap di kalbu si “pelayan toko” tersebut. Maka ketika sama-sama kelon, bersama Anita si Aming merasa lebih indah dan mesra, karena tak merasa sebagai ayam jago.

Namun celakanya, sejak kenal Anita Aming jarang pulang ke rumah. Malam hari dia ngendon di kios untuk berkelon ria dengan kekasih barunya. Tentu saja yang rugi Ny. Ema, malam kedinginan, barang-barang ditoko ludes buat memanjakan selingkuhan suaminya. Mantan janda kaya itu pun menduga-duga, jangan-jangan suaminya punya gendakan baru sehingga malas pulang ke rumah.

Gondoknya Ny. Ema bukan main. Pagi-pagi dia nekad melabrak ke kiosnya. Tak meleset dugaannya, dalam kios itu dia melihat Aming suaminya sedang nangkring di tubuh selingkuhannya. Dia marah betul. Tapi suami penganggur itu juga tak mau kalah. Merasa nafsunya dihambat, dia segera menghajar bininya hingga babak belur. Sementara Aming kabur bersama gendakannya, Ny. Ema melapor ke Polres Serang.

No comments: