Tuesday, March 11, 2008

Nafsu Tak Sampai Bayi Dibantai

Kerjaan sehari-hari Usman, 25 tahun, memang jadi jagal sapi di abatoar (pejagalan). Tapi apa karena tiap hari motong sapi, dia harus tegaan jadi orang? Bayangkan, hanya bini tak tanggap ajakan kelon tengah malam, bayi sendiri yang baru usia 7 bulan langsung disembelih macam sapi-sapi di tempat kerjanya. Gegerlah warga Desa Munjul Jaya, Purwakarta (Jabar).

Ekonomi yang sulit, sementara ijazahnya hanya SMP, membuat Usman menerima pekerjaan sebagai tukang jagal di abatoar kota Purwakarta. Padahal dengan pekerjaan itu dia tiap hari harus menyaksikan darah-darah sapi dan kerbau tumpah. Ketika hewan ternak itu nyawanya belum benar-benar lepas, sudah ditarik ke gantungan lalu dibeset kulitnya dan kemudian dipotong-potong. Sadis, memang.

Lelaki pendiam macam Usman, sebetulnya merasa tak cocok dengan profesi itu. Kalau bisa memilih, daripada memotong sapi, mendingan memotong gaji pegawai negeri. Eh jangan ding! Lagi pula, apa hak dia wong dia bukan bendahara atau bagian keuangan kantor pemerintah. Kantornya bukan ditemani cewek-cewek cantik, tapi kerbau dan sapi yang mau dipotongnya. Aromanya pun khas di sana, bau kotoran sapi!

Orang boleh meremehkan pekerjaan Usman, tapi uang jerih payahnya sebagai tukang jagal cukup buat ngempani istri dan anaknya yang masih bayi. Dia memang belum memiliki rumah sendiri. Selama ini masih tinggal di kompleks Mertua Indah, di Desa Munjul Jaya, Purwakarta. Usman juga sayang dan hormat pada kedua mertuanya, sebab berkat jasa mereka dia bisa merasakan kenikmatan hakiki sebagai seorang suami.

Neneng, 22 tahun, istrinya, adalah wanita paling dicintai setelah ibunya. Dia sosok wanita yang penurut, tak pernah menuntut macam-macam dari suaminya. Berapa penghasilan suaminya, diterimanya dengan syukur. Tak pernah dia bilang: kok hanya segini, mana cukup! Neneng memang sangat sadar akan posisi suaminya, yang hanya karyawan rumah potong hewan.

Inkam perkapita atau nafkah lahir Usman yang tak seberapa besar itu diatur secara cerdik oleh Neneng. Sebagai ibu rumahtangga pekerjaan Neneng memang jadi seperti tukang balon, diulur-ulur biar cukup. Dan ternyata bisa cukup. Bahkan bila ada rejeki sedikit lebih Usman bisa menyenangkan mertuanya, dengan membelikan oleh-oleh atau rokok kegeamrannya.

Apa lagi nafkah batin, whoooooo, Usman paling rajin memasok. Orang pendiam seperti dia dia ternyata paling hobi. Hampir setiap malam dia minta dilayani. Hanya yang suka bikin kesal Usman, meski sudah ada kamar sendiri, Neneng lebih suka ngeloni bayinya bersama ibu mertuanya. Ini yang suka bikin “kaco” acara dia sebagai suami. Apa mungkin nyusul tidur bertiga dengan ibu mertua, kan nggak lucu.

Tapi nyatanya soal kewajiban menjalankan sunah rosul, selama ini tak ada masyalah. Ada kode-kode tertentu manakala Usman membutuhkan kehangatan dari istrinya. Dan ketika si orok usia 7 bulan itu sudah tidur, baru dia menyusul ke kamar suami untuk menjalankan tugas mulia. Sementara Usman kemudian tidur mendengkur setelah dapat pelayanan all ini, baru Neneng kembali ke kamar ibunya ngeloni si upik.

Isyarat atau kode-kode tertentu, beberapa waktu yang lalu ternyata tidak manjur. Meski Usman sudah memberikan “tengara” ketika jam menunjuk pukul 22.00 waktu Purwakarta, Neneng istrinya tetep asyik ngeloni si bayi. Padahal kalau diperhatikan benar, bunyi jam dinding di rumah Usman sangat lain. Jam 22.00 jam-jam lain di rumah tetangga bunyi konstan: neng, neng, neng, jam di kamar tukang jagal itu malah: Neeeeeng......., Neeeeeng,.......Neng!

Karena tak ada reaksi, Usman lalu menyusul ke kamar. Who, Neneng sudah tidur pules. Bayinya segera dibopong ke kamarnya dengan maksud agar bininya lalu menyusul dan kemudian “disergap”, hip! Eee, ternyata tidak juga. Pintu lalu dibanting keras, jderrrr! Eh nggak bangun juga. Di sinilah kemudian muncul watak asli Usman. Saking keselnya pas “nagih” bini malah tidur, dia lalu cari kambing hitam. Bayi tak berdosa itu dengan tega hati disembelih pakai pisau jagal miliknya.

Anak kandung tak berdosa itu matilah sudah. Sementara Usman kabur, mertua Usman dan Neneng geger demi mendapatkan bayinya mati nyaris putus lehernya. Sementara bayi malang itu dimakamkan, sebulan kemudian Usman yang kabur baru berhasil dibekuk di rumah kakeknya masih satu kampung juga. Sejak kemarin Usman si tukang jagal itu mendekam di Polres Purwakarta.

Hih, sadisnya! Syahwat tak sampai, anak sendiri yang dibantai!

No comments: