Ihwal permusuhan calon menantu dan calon mertua ini bermula dari budaya di daerah Jember yang begitu melekat. Sebagai calon menantu yang baik, berbakti tak hanya diwujudkan dengan sungkem di kala Lebaran. Si calon mantu harus pula mengirim kue-kue sebelum malam takbiran. Bila hal ini tak dilakukan calon menantu, bisa calmer menilainya sebagai calon mantu yang tidak loyal.
Titik adalah anak Pak Parto warga Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Sudah beberapa tahun ini dia menjalin asmara dengan Jayus, pemuda tetangga desa. Kebetulan orangtuanya juga sudah mengetahui dan menyetujui.Indikasinya, kurs dolar di Panduman langsung menguat begitu Pak Parto menyetujui hubungan putrinya dengan Jayus. Pemuda itu rupanya bisa diterima pasar, karena hobinya juga jajan di pasar.
Istri Pak Parto juga sangat senang bakal bermenantukan Jayus. Karena pemuda itu sangat mengerti akan kegemaran Pak dan Ibu Parto. Selain selalu membawa oleh-oleh setiap habis mengajak putrinya jalan-jalan, setiap Lebaran juga selalu kirim kue-kue. Meski tidak tertulis, ini memang sudah menjadi aturan baku warga sekitar Desa Panduman. “Kirimlah selalu kue-kue buat calmer, karena nanti kamu juga bakal dapat “kue” yang legit...,” begitu kata orang setempat.
Akan tetapi entah kenapa sebabnya, tradisi kirim kue Lebaran tersebut pada Idul Fitri 1426 H kemarin tak dilakukan oleh Jayus. Apakah gara-gara BBM jadi Rp 4.500,- seliter dia tak mampu lagi beli kue-kue untuk calon mertoku? Tak diketahui jelas. Yang pasti, kealpaannya tersebut tidak menjadikan masalah bagi Jayus. Buktinya dia tak pernah minta maaf pada keluarga Titik tentang absennya kue Lebaran itu.
Ternyata hal itu menjadi titik perhatian bagi Pak Parto, dan ini sangat serius. Meski tak pernah menanyakan langsung, tapi mereka mulai menganggap bahwa Jayus tidak perhatian lagi pada calon mertuanya. Baru soal kue saja sudah merasa sayang, apa lagi yang lain-lain. “Mumpung belum terlanjur, batalkan saja pacaran mereka,” kata Pak Parto pada istrinya, tembusan langsung pada Titik.
Ini sebuah rencana yang tak pernah dibayangkan oleh Jayus. Maka dia sangatlah shock ketika diberi tahu oleh Titik bahwa rencana untuk menikah beberapa bulan mendatang ada kemungkinan batal total. Apa penyebab sesungguhnya, Titik juga tak mau bercerita. Yang pasti harapan keduanya untuk membentuk keluarga sakinah, bakal kandas di tengah jalan.
Kecewa sekali Jayus. Dia kemudian mencoba klarifikasi pada Pak Parto. Ternuata jawabnya tak jauh beda, Jayus memang dicoret atau kena reshuffle dari kabinet Parto Bersatu. Siapa calon penggantinya juga tak diberi tahu, begitu pula alasan pencopotannya. “Pokoknya kamu cari istri yang lain saja, karena Titik belum jodohmu,” kata Pak Parto sedikit berdiplomasi.
Akhirnya Jayus tahu juga akan alasan sesungguhnya. Dia jadi dongkol sekali, hanya soal kue Lebaran saja masak dia batal menikmati “kue”-nya Titik kelak. Demikian dendamnya si mantu gagal, Jayus lalu menyebar isyu bahwa Titik kini sedang hamil. Yang paling bikin geger, kehamilan itu terjadi akibat dihamili ayah kandungnya sendiri. Warga Desa Panduman terpana, masak iya Pak Parto tega berbuat sekeji itu.
Hanya hitungan hari, berita Pak Parto menghamili anak kandungnya menjadi wacana umum. Begitu seriusnya kabar itu, Pak Kades sampai perlu memanggil bapaknya Tatik. Tak sekadar menyangkal, tes laboratorium dilakukan pula di Puskesmas, hasilnya memang negatif. Pak Parto yang akhirnya tahu sumber isyu adalah calon menantunya yang gagal, segera melaporkan Jayus ke Polsek Jebluk, dan “teroris” itupun ditangkap.
“Habisnya, kue absen aja dijadikan masalah...,” kata Jayus kesal pada petugas.
No comments:
Post a Comment