Ini pelajaran berharga bagi para suami yang punya bini cantik. Janganlah dia dibiarkan bebas lepas tanpa pengawasan melekat ala pak Darmono dulu. Sebab wanita cantik banyak godaannya, sering diganggu para bramacorah asmara. Apa lagi banyak pula wanita yang suka menerima keisengan itu. Padahal kenyatannya, bila iseng itu menjadi serius, bukan mustahil bisa jadi…..meteng alias hamil.
Tiga pelita lalu, Dahri menikah melawan Dewinta. Pasangan yang sungguh serasi. Lakinya ganteng, perempuannya cantik. Apa lagi keduanya juga sama-sama sarjana, sehingga pasangan intelek bila beda pandapat sarat dengan istilah-istilah ilmiah. Maklum, istri model Dewinta tak bisa menerima begitu saja setiap kata suaminya. Jika dia tak berkenan, pastilah mendebat dengan segala argumentasi.
Ingin sebetulnya si Dahri ini, begitu telah menjadi ibu rumahtangga, Dewinta cukup di rumah saja, istilah kata tinggal mamah-mlumah (makan dan melayani suami di ranjang). Sebab Dahri merasa cukup penghasilannya untuk membiayai keluarga. “Kamu cukup di rumah, mendidik dan mengasuh anak-anak,” begitu kata Dahri warga Kemayoran kala itu.
Akan tetapi Dewinta tak bisa menerima saran suaminya tersebut. Baginya, diam duduk manis di rumah, sama saja ilmu yang dituntutnya di bangku kuliah jadi mubadzir. Sungguh Dewinta tak bisa menjalani kehidupan seorang istri yang tahunya di dapur. Kalau keluar rumah paling arisan, pengajian ibu-ibu, bezuk orang sakit, melayat atau kondangan dan senam tiap Sabtu. Kehidupan macam apa ini?
Terpaksa Dahri tak bisa menghambat keinginan istri. Dibiarkan istrinya terus bekerja dengan pesan, jangan lupa kodratnya sebagai istri. Dan yang lebih penting, bisa menjaga diri dari anasir-anasir lelaki iseng. Dahri memang sadar sesadarnya bawa istri cantik macam Dewinta suka menghadirkan setan lewat. Banyak lelaki yang mengisengi. Lihat saja penjaga pintu tol itu, kalau yang cantik setiap sore tangannya “ancur” habis diremas-remas para sopir se DKI.
Istri Dahri selalu ingat akan pesan suaminya. Sampai sekian tahun menjadi wanita karier, rumahtangganya aman-aman saja bahkan nampak mantap terkendali. Prahara itu baru muncul justru setahun belakangan ini, ketika di kantornya datang pegawai baru yang penampilannya sungguh memukau. “Ah, kenapa kamu baru hadir sekarang ini, bukan ketika aku masih sendiri….,” batin Dewinta kali pertama kenal pria bernama Adam.
Kontak batin Dewinta ternyata dirasakan pula oleh si Adam non Jurdan tersebut. Diam-diam dia juga mengagumi kecantikan istri Dahri. Orang kok cantiknya seperti peri. Sudah putih, betis mbunting padi, bodi seksi pula. Seperti Dewinta pula, dia juga menyesali, kenapa sosok wanita seperti ini baru terbit sekarang, bukannya 15-20 tahun lalu ketika dirinya masih bebas merdeka.
Andaikan itu aliaran listrik, muatan listrik positif dan negatif memang sudah ketemu, maka nyetrumlah jadinya. Bila ketemu di tempat yang sepi dari sorotan mata lain, Adam-Dewinta suka bicara hal-hal yang di luar dinas, sampai kemudian yang panas-panas. Ternyata nyambung juga. Nah, daripada nanggung, akhirnya keduanya pun masuk “sarung”. Dalam sebuah kesempatan di hotel, Dewinta-Adam pernah melakukan hubungan intim bagaikan suami istri.
Hebat memang pelayanan Adam, begitu kata Dewinta. Begitu pula kata Adam, pelayan Dewinta ruarrr biasak, daya cengkeramnya seperti ban radial. Maka agar cengkeraman ban radial itu halalalan tayiban wa asyikan, keduanya pun nekad nikah siri. Sejak saat itu pula, Dewinta secara tak langsung punya dua suami. Pada saat tertentu dia benar-benar dibuat gempor. Sebab sana minta, di sini minta. Ampun deh.
Kasus poliandri itu akhirnya terkuak juga. Tentu saja Dahri marah besar, begitu tahu istrinya diobok-obok lelaki lain. Dewinta ketika diinterogasi mengakui apa adanya. Maka skandal ini segera dilaporkan ke Polres Jakarta Pusat. Dalam hati kecilnya dia juga berfikir, apakah istri model Dewinta ini mau dipertahankan atau direshufle nanti bulan Oktober depan.
Untuk apa dipertahankan, wong kenerjanya begitu jelek kok.
No comments:
Post a Comment