Agaknya kasus Siti Nurjazilah yang mukanya rusak disiram air keras oleh suami, mengilhami Warti, 40 tahun, untuk berbuat serupa. Kesal suami selingkuh dan berlaku kasar, warga dari kota Malang (Jatim) ini nekad menyiram muka Partono, 45 tahun, pakai minyak goreng mendidih. Meski akhirnya harus masuk tahanan, dia merasa lega berhasil melampiaskan dendam kesumatnya yang tertahan.
Tanda-tanda keretakan rumahtangga Warti-Partono selama ini memang tak pernah nampak. Di mata para tetangga, mereka adalah pasangan yang guyub rukun, bahagia sejahtera hingga kaken-ninen kelak. Mereka tak pernah nampak berantem, atau padu. Kalau pun ada padu, hanyalah yang dalam arti: sikil papat diedu alias (kaki empat beradu) alias menjalankan sunah rosul!
Itu semua ternyata, sandiwara yang bertahun-tahun diperankan oleh Warti. Semua yang disaksikan sejuta mata tetangga, hanyalah rekayasa politik semata, agar rumahtangganya tidak memalukan di mata orang. Padahal sesungguhnya, sudah lama Warti merasa berjodoh salah dengan Partono. “Kalau tidak ingat anak-anak, entahlah,” begitu kata Warti sekali waktu.
Kalau Partono nampak mesra pada istri, itu hanya pengamatan salah para tetangga. Aslinya, dia lelaki paling sadis se kota Malang. Bagaimana tidak? Kalau sedang marah, dia tak segan-segan menempeleng. Bahkan bukan sekali dua Warti dicekiknya hingga nyaris kehabisan napas. Padahal napas kan selamanya hanya lewat hidung dan mulut. Belum ada ceritanya dicekik lehernya, napas bisa pindah haluan ke bawah!
Anehnya, bila pas butuh menjalankan “sunah rosul”, Partono menjadi lelaki paling lembut dalam sejarah. Hilang kegarangannya, tersembunyi wataknya yang bagaikan singa di padang pasir. Partono lalu merayu-rayu istrinya, ditambah kata-kata yank dan mah. Padahal usai dilayani, dia malah tidur mendengkur sambil memantati bininya. Dimintai duit setelah itu malah menghardik. “Kamu ini seperti WTS saja!”.
Huh, lelaki apa ini? Bonggol selalu dipasok, tapi benggol jarang-jarang memberi. Maka Warti suka menyesal, kenapa dia dulu mau kawin sama dia. Tahu bakal begini jadinya, mendingan kawin sama pemujanya yang lain. Tapi Warti juga menyadari, penyesalan di belakang tiada guna. Mendingan nikmati saja apa yang sudah terjadi. Gerak wanita kan sangat terbatas, jadi pasrah sajalah.
Dasar Partono. Tiap hari disabari dan dikalahi, tak merasa juga. Malah belakangan diperoleh kabar, bapak dari 3,5 anak ini kini sedang main selingkuh. Ibarat kucing, meskipun di rumah Warti selalu memberikan dendeng yang digemari suami, di luaran Partono masih juga makan ikan peda. Padahal ikan yang di luar itu dijamin tidak halalan tayiban sebagaimana yang di rumah.
Edan memang suamiku, begitu Warti pernah mengeluh. Bini sedang hamil bukannya ikut prihatin, malah main perempuan di luaran. Maunya Warti, mbok iyao sadarlah sebagai suami. Setelah kandungannya menginjak 7 bulan, dia memang tak selalu melayani ajakannya. “Aku hamil begini, maunya tiap malam masih minta juga,” curhat Warti pada wanita tetangganya.
Warti tak percaya istilah “nyepuh” yang katanya untuk memperkuat janin. Mbelgedes, itu semua hanya slogan yang sengaja dipertajam kalangan lelaki. Itu sih bukan memperkuat, hanya nafsu lelaki saja yang terlalu kuat. Kalau memperkuat janin, mestuinya ibu bayi makan menu penuh gizi, yang empat sehat lima sempurna, bukan lalu melayani suami tiap malam!
Isyu selingkuh yang berhembus itu lalu diklarifikasi Warti pada suaminya. Tapi lelaki warga Desa Gadingkembar Kecamatan Jabung (Malang) ini tak mau mengaku. Ketika dicecar terus dengan pertanyaan yang menukik, Partono malah lalu main pukul dan cekik. “Mau macem-macem, tak bunuh kamu,” kata Partono seakan niru Kadir.
Kesabaran Warti pun habis. Tengah malam seusai dilayani, Partono tidur. Warti lalu ingat akan nasibnya yang selalu disia-siakan. Segera saja dia memanaskan minyak jelantah dalam wajan. Begitu telah mendidih langsung dibawa ke kamar dan diguyurkan ke muka suaminya. Byurrrrr...., atoooooo, atoooo!
Wajah Partono langsung mlonyoh tak berbentuk. Dia dilarikan ke RS. Saeful Anwar Malang, sementara Warti diamankan ke kantor polisi. Dalam pemeriksaan polisi Polsek Jabung dia mengaku, puas setelah berhasil membalas sakit hatinya. “Saya sudah mencoba sabar dan memendam deritaku sendiri, dia tak mau tahu juga,” katanya.
No comments:
Post a Comment