Tetangga kadang bisa menjadi ajang persahabatan yang hakiki. Itu bila terjadi tenggangrasa dan saling pengertian sebagai adab bermasyarakat. Maka tak mengherankan bila kemudian ada pendapat, tetangga adalah saudara paling dekat. Sebab memang hanya pada merekalah kita kali pertama minta tolong bila terjadi sesuatu.
Ironisnya, tetangga sering pula jadi sumber malapetaka. Ini bila kasusnya diaplikasikan pada kelakuan pamong desa Lasiman yang tinggal di Desa Hargosari Kecamatan Tirtomaya Kabupaten Wonogiri. Bagaimana tidak? Ada suami tetangga sering pergi ke luar kota justru dimanfaatkan untuk berbuat hil-hil yang mustahal, demi keuntungan sepihak dan kenikmatan sejenak.
Kardi, 50 tahun, yang tetangga Lasiman selang beberapa rumah, memang sering pergi keluar kota untuk waktu cukup lama. Maklum dia bekerja di Jakarta. Anak isrinya dibiarkan tinggal di kampung, karena dia merasa belum mampu memboyong keluarganya ke Ibukota. Hanya sebulan sekali Kardi pulang, dalam rangka setor benggol (uang) dan tentu saja bonggol!
Akan kebiasaan Kardi yang demikian, diam-diam Lasiman berusaha mencari “benang merah”-nya. Dalam hatinya dia berfikir, alangkah kasihan dan kesepiannya Ny. Kardi punya suami seperti itu. Malam hari biasanya bisa bersembunyi pada dada bidang suami, dia hanya ngeloni bantal/guling tanpa makna. “Padahal aku jadi gantinya guling mau banget,” batin pamong desa Lasiman.
Harap diketahui, istri Kardi yang bernama Wiwik ini masih nampak cantik dan seksi dalam usianya yang sembilan pelita. Bodinya masih sekel nan cemekel (enak dipegang), kulitnya putih bersih pula. Apa lagi betisnya, woo….mbunting padi. Ada bulu-bulu halus di tangan dan kakinya. Baru kantor RW-nya saja begitu, bagaimana pula dengan “balaikota”-nya?
Iman Lasiman selama ini memang tipis. Maka setelah melihat peluang tersebut, makin tipis saja jadinya. Diam-diam dia berusaha mendekati Ny. Wiwik, dengan cara main ke rumahnya ketika situasi demikian mantap terkendali. Maksudnya, istri Pak Pamong itu tak di rumah, karena sedang ke pasar atau sibuk senam poco-poco dengan ibu-ibu yang lain. “Ini kan hari Sabtu, aman deh….,” begitu setan mengkik-kilik mental.
Dasar milik, Ny. Wiwik senang-senang saja didolani tetangganya satu RT ini. Meski sambil tengak-tengok mengamankan situasi, Lasiman terus melancarkan rayuan gombal, dengan menembakkan kata-kata mendayu-dayu. Dan ketika Ny. Wiwik ini hanya ketawa-ketiwi atas segala guyonannya, tangannya mulai beroperasi dari nyemol lengan sampai nowel pantat.
Operasi tangan Lasiman ternyata tak mendapat penolakan, maka pak pamong desa itu jadi makin berani saja. Sekali waktu dia nekad menggelandang Wiwik ke kamar dan terjadilah perbuatan haram, penuh mudzarat tapi nikmat itu. Ny. Kardi yang hanya sebulan sekali ketemu menu tradisionalnya, menyambut gegap gempita ajakan setan tersebut. Ibarat lumpur panas Porong Sidoarjo, silakan Lasiman ngebor terus sampai kedalaman sekian mil di dasar bumi.
Lasiman memang keasyikan, sehingga lain hari diulang kembali. Tapi kali ini sial banget, ketika keduanya tengah berpacu dalam birahi, tahu-tahu digerebek penduduk. Dalam pakaian awut-awutan keduanya dibawa ke balai desa, untuk disidangkan. Sementara Lasiman bikin pernyataan kapok, Kardi yang di Jakarta segera dipanggil pulang untuk menindaklanjuti skandal istrinya.
Agaknya Ny. Wiwik malu skali dengan kejadian itu. Sebelum suaminya tiba dari Ibukota, malam harinya dia nekad menenggak racun serangga hingga wasalam. Ketika suami tiba, dia hanya mendaptkan jasad kaku bininya. Sedangkan pamong desa Lasiman yang jadi biang selingkuh kini ditahan di Polsek Tirtomaya. Kesalahanya ganda, selain mengganggu bini orang juga dianggap jadi penyebabnya Wiwik bunuh diri.
No comments:
Post a Comment