Enak nggak enak, hidup menjanda memang tidak enak. Lebih-lebih janda STNK macam Rastuti ini, banyak wanita lain yang merasa terancam akan posisinya. Mereka takut bila suaminya kecantol dengan sijanda cantik itu. Maklumlah, lelaki itu kucing ibaratnya. Biar di rumah selalu diberi sarden dan kornet, ketemu ikan peda di jalan ya ditelateni juga. “Difersivikasi menu,” begitu yang jadi alasannya.
Lima tahun lalu Rastuti memang ditinggal mati suaminya, dengan meninggalkan anak usia 10 tahunan. Sebetulnya, sejak itu janda yang tinggal di Kampung Dukuh, Kramat Jati tersebut bertekad akan menyendiri sampai akhir hayat kelak. Dia konsentrasi akan membesarkan anaknya yang semata wayang. Apa lagi sebuah hadist menjanjikan, janda yang bertekad tak menikah demi anak-anaknya, surga balasannya.
Ujian tekad mulia Ny. Rastuti ternyata datang silih berganti. Maklum dia masih nampak cantik dalam usianya 35 kala itu. Ada saja lelaki yang mendekati, ingin menjadi pendamping hidupnya. Tapi kala itu Rastuti masih bisa beralasan, ingin ngemong badan dulu, nggak mikir kawin lagi. Lagi pula, belum tentu lelaki mau dirinya tapi mau pula dengan anaknya. “Ini kan sama saja hanya mau cari enak bukan anak,” kata Rastuti.
Menginjak tahun kelima kejandaannya, tiba-tiba muncul lelaki yang tabiat dan perangainya mirip almarhum. Meski ditolak, pria duda bernama Bondan itu terus ngeyel mendekati. Tak hanya melobi dirinya, juga anak semata wayangnya. Lama-lama Rastuti terenyuh juga, apa lagi anaknya juga mendorong untuk menerima Bondan sebagai bapak pengganti.
Mulailah Rastuti meninjau kembali atau mengamandemen prinsip hidupnya. Kawin lagi dalam usia 40 tahun, why not (kenapa tidak)? Kan juga masih hot! Dengan ada teman hidup kembali, kan berarti ada tempat curhat, tempat berbagi duka dan suka. Lebih dari itu, masa-masa dingin dan sepi itu akan berakhir. Ibarat orang merokok, seminggu tak ketemu rokok saja sudah pusing, apa lagi sampai 5 tahun tak isep-isep jisamsu atau gudang garam.
Untuk membahagiakan anak yang sudah rindu bapak pengganti, akhirnya Rastuti kawinlah dengan Bondan non Kejawan itu. Sejak saat itu, di malam hari ibu beranak satu ini tak lagi kesepian dan kedinginan. Dia sudah menemukan lagi “jisamsu”-nya yang tanpa filter dan bebas tart. Apa lagi Bondan ini meski sudah usia 50 tahun, masih prima juga dalam urusan ranjang. Seumpama permainan bulutangkis, smash-nya masih tajam dan menukik, bolanya tak pernah nyangkut di net!
Jaminan sosial bagi keluarga barunya, Bondan juga memberikan semuanya. Untuk tempat berkeluh kesah dan mengadu, mantan duda itu juga selalu bisa memberikan solusi dan menghibur. Cuma sayang, masa-masa indah itu hanya seumur jagung. Sebulan setelah menjalani kehidupan baru, mulailah neraka rumahtangga itu bergelayut dalam keluarga Ny. Rastuti. Bondan ternyata tak seiindah warna aslinya!
Uang belanja yang selama beberapa bulan dipasok ajeg, pada bulan ketiga mulai berkurang sampai 50 persen. Kondisi pisik Bondan juga hanya 50 persen hadir di rumah, karena kalau malam hari ngilang entah ke mana. Kembali Rasututi dalam kedinginan. Yang paling mengejutkan, ada info bahwa Bondan punya selingkuhan baru di Condet, sekaligus dikontrakkan rumah segala.
Rastuti tentu saja berang. Berdasarkan alamat yang diperoleh, beberapa hari lalu dia melabrak ke Vayama, Condet. Benar sekali, dia memergoki sendiri suaminya tengah nangkring di tubuh selingkuhannya. Gila benar, orang sibuk lomba panjat pinang, Bondan malah sibuk “manjat” selingkuhan. Tapi apes, Bondan yang merasa terganggu keasyikannya, jadi naik pitam. Rastuti pun dihajar sampai babak belur. Dengan wajah bengep biru lebam dia mengadu ke Polsek Kramat Jati.
No comments:
Post a Comment