Siapa bilang berbini dua mengasyikkan? Awalnya memang begitu, tapi setelah jalan beberapa bulan, tunggulah…..konflik vertical dan horizontal pasti menyapanya. Lihat saja pengalaman Moses, 40 tahun, dari Kampung Makasar (Jaktim) ini. Baru beberapa bulan poligami sudah ketahuan bini tua. Dan konflik dalam segala lini itu terjadilah. Murni, 35 tahun, selaku bini tua melabrak dan menghajar Asmia, 25 tahun, bini muda Moses hingga babak belur.
Awalnya Moses merupakan lelaki teladan dalam rumahtangga. Maksudnya, sepanjang kehidupannya dia tak pernah macem-macem. Kerja banting tulang siang malam, semuanya untuk keluarga. Tak pernah sebersit pun terpikir, akan menjadi pendukung barisan poligami yang dipimpin Puspo Wardoyo itu. “Bini satu saja tak habis dimakan rayap, kenapa mesti berbini lebih dari satu?” begitu ujarnya kala itu.
Yang namanya lelaki memang tak selalu setia pada prinsip. Salah satunya ya si Moses ini. Ketika dalam kesibukan kerjanya kemudian kenal dengan gadis Asmia, dia mulai mengandemen prinsip hidupnya. Katanya sekarang, agaknya berbini dua juga bukan pilihan yang salah. Asalkan bisa berlaku adil dalam kedua rumahtangganya, apa salahnya program “slendro-pelog” itu dicoba? Berbagi kenikmatan pada sesama kan merupakan fitrah manusia.
Asmia memang sosok wanita yang sayang untuk dilewatkan. Dalam usianya baru 25 tahun, dia menawarkan sejuta pesona bagi setiap lelaki. Wanita dari bilangan Ciracas Jakarta Tumur ini memang lumayan cantik. Bodi seksi, betis mbunting padi. “Latihan baris di dekat rumah, dua putaran kok sudah berhenti. Adik manis bikin gairah, kuingin mencipok apakah sudi?” begitu kata Moses ketika merayu.
Nekad benar langkah pekerja swasta ini. Masa kenal baru beberapa minggu sudah berani menyampaikan aspirasi arus bawahnya. Padahal sebagai lelaki dia kartunya kan sudah mati, karena sudah ada anak bini. Tapi dasar milik, ditembak dengan pantun demikian Asmia hanya senyum-senyum dikulum. Padahal kalau si gadis bilang “ngaca dulu lah” juga sah-sah saja.
Karena lampu hijau sepertinya sudah menyala, Moses pun mengeluarkan jurus-jurus barunya, bagaimana supaya Asmia benar-benar bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Berpijak pada prinsip bahwa wanita menyukai kejujuran, pada gadis itu kemudian dia mengaku bahwa sudah punya anak bini. Apakah menyesal? Ternyata jawab Asmia sangat melegakannya. “Sudah punya istri juga tak apa, yang penting bisa berlaku adil,” jawab wanita dari Kampung Asem, Ciracas itu.
Alamak, kejatuhan gunung emas rasanya Moses hari itu. Ternyata Asmia siap dimadu, berdampingan dengan Murni istri pertamanya. Cuma, dia sendiri yang tak berani buka kartu pada istri di rumah. Dia sudah memastikan, jika Murni tahu suaminya mau macem-macem, pasti palang pintu di rumah telah menanti. Hiii…., Moses suka merasa ngeri bila benar-benar pentungan pletakkk mampir ke jidatnya.
Tak mungkin menikahi Asmia secara resmi, Moses akhirnya mengambil jalan pintas menikah secara kiai atau kawin siri. Secara hukum negara memang tak diakui, tapi secara hukum Tuhan atau agama, itu sudah sah. Ibarat motor, mesti tak ada SIM resmi dari Polda Metro Jaya, tapi Moses sudah halalan tayiban untuk mengendarai Asmia kapan saja dan di mana saja.
Ironisnya, Asmia mau saja dikawini secara demikian. Maka perkawinan diam-diam pun terjadi antara dua anak manusia itu. Dan sejak saat itu kehidupan Moses makin endah saja. Dua kendaraan telah dimiliki. Yang satu Kijang lama, yang satunya lagi jenis Inova. Bila biasanya hanya naik Kijang 96-nya, kini sudah bisa gantian nyetir yang Kijang 2005-nya. Namanya juga kendaraan baru yang masih bau dealer, Moses lebih sering mengendarai “inova”-nya tersebut.
Konyolnya, kemampuan poligami Moses tak didukung oleh kekuatan ekonomi yang mapan. Gaji kantornya yang baru kepala tiga, sekarang harus dibagi untuk dua dapur. Asmia sih asyik-asyik saja, tapi Murni si bini tua yang ngedumel. Ke mana saja sebagian gaji suaminya kini? “Kamu pasti punya selingkuhan baru ya…?” tuduh Murni langsung to the point.
Agaknya Moses memang belum bakat poligami. Dicecar pertanyaan oleh istrinya, dia kemudian mengaku dengan kata pating pecotot bahwa sudah beberapa bulan ini memang punya bini muda tinggal di Ciracas. Dia pikir dengan keterus-terangannya itu Murni bisa memahami dan mengampuni atas segala pengkhianatan ranjangnya. Padahal sejak itulah istri tua bertekad ingin melibas pengganggu rumahtangganya.
Hari nahas pun tiba buat Asmia. Beberapa hari lalu dia dilabrak Murni. Dia dijambak, dijedotin tembok dan dimaki-maki habis-habisan. “Memangnya Jakarta ini sudah kekurangan stok lelaki, sehingga suami orang kamu sosot juga,” omel Murni setelah puas bikin perhitungan dengan madunya. Tinggalah Asmia mengadu ke Polsek Ciracas dengan wajah simpang siur.
No comments:
Post a Comment