PACAR tak punya, pusing. Tapi pacar kebanyakan, juga pusing. Bagaimana Ketut, 25 tahun, tidak pusing. Dua pacarnya sekaligus menuntut kawin. Padahal kalau menurut skala prioritas, mestinya pacar keduanyalah yang harus dinikahi karena kadung hamil. Tapi Made, 22 tahun, selaku pacar pertama juga tak mau dilepas. Saking pusingnya menghadapi buah simalakama, Made dan Ketut sepakat bunuh diri dengan cara minum pil KB over dosis.
Enak memang jadi pemuda yang “laris manis” macam Ketut. Meski sudah punya pacar Made yang tinggal di Sampelan Kelat, Klungkung, Bali, masih ada juga cewek lain yang mau digoda. Dia adalah gadis tetangga sendiri, namanya Wayan. Herannya Ketut, gadis itu sebetulnya tahu bahwa dirinya sudah punya pacar Made, tapi kok mau saja digombali. Bahkan sepertinya Wayan lah yang mengacu system jemput bola, suka ngglibed ke rumah Ketut.
Lelaki normal macam Ketut mesti tertarik juga pada Wayan. Soal wajah memang kalah cakep dengan doi pertamanya. Tapi dalam segi bodi, gadis pendatang baru itu sangat menjanjikan. Dalam ketinggian tubuh 160 Cm, berat badannya 55 Kg bagaimana tidak seksi menggiurkan? Maka kalau Wayan suka main ke rumah sambil mengantar kue-kue untuknya, otak Ketut langsung bekerja. “Gadis model begini memang enak dikeloni dan perlu...,” begitu kata batinnya.
Untuk mengungkapkan perasaannya, Ketut pun jadi suka nakal. Ketika dia menerima kue-kue hantaran tersebut, tangannya lalu iseng mentowel lengan Wayan. Gadis itu tidak cemberut atau marah, paling hanya bereaksi dengan bisikannya:... hiiiihhh! Nanti ketika Wayan kembali ke rumah, Ketut selalu mengikuti dengan ekor matanya, dari gerak langkahnya sampai goyang pantatnya ketika menapaki jalan menuju rumahnya. Sekali-sekali Wayan pun melirik ke belakang, dan dua matapun beradu. Oh, indah sekali!
Kelakuan Wayan sehari-hari membuat Ketut menyimpulkan bahwa gadis tetangga itu bisa diolah sesuai kebutuhan. Maka di kala dia tak sempat apel ke rumah doinya di Sampelan, Wayanlah yang dijadikan ban serep. Karena gadis tetangga tersebut sangat menyukai Ketut, maka ketika diajak jalan-jalan ya mau saja. Maka dua sejoli itu pergi berdua-dua, bahkan sampai masuk hotel segala. Kalau sudah masuk ke sini mau apa lagi? Duren yang belum resmi jadi miliknya itu pun lalu dibelah Ketut. Reketekkk, reketekkkk....!
Antara duren montong dengan duren Lampung memang jauh beda. Menang tebel, menang harum. Maka si Ketut yang kadung ketagihan menikmati “duren montong” milik Wayang, akhirnya jadi lupa akan duren Lampung-nya. Dia belakangan jarang apel ke Made, tapi lebih getol memacari gadis tetangga sebelah rumah. Maklumlah, posisi Wayan memang menang medan dan menang kesempatan. Bayangkan, ketika Made baru wacana, Wayan sudah sering buka celana!
Terlalu sering keduanya kencan, seperti lazimnya Wayan pun halim non PK. Seperti lazimnya pula, dia lalu mengadu dan minta tanggungjawab Ketut untuk menikahi segera. Bagi Ketut sih, oka-oke saja mengawini. Tapi masalahnya, bagaimana hubungannya dengan Made yang sudah terlanjur meneken MoU-nya tersebut? Apa mungkin ditinggalkan begitu saja? Tidaklah mungkin itu, karena sebetulnya Ketut juga sangat mencintai gadis tersebut.
Iktikad baik Ketut diwujudkan dengan cara mendatangi Made. Dia terus terang bahwa telah terjadi kecelakaan ranjang dengan Wayan gadis tetangganya. Demi kebaikan dan kemaslahatan bersama, dia minta izin prinsip untuk menikahi gadis yang hamil nganggur tersebut. Bagaimana reaksi Made? Ternyata dia menolak opsi itu. “Sebelum menikahi dia, kamu harus menikahi aku dulu dong,” kata Made ngotot.
Ketutlah kini yang pusing. Bagaimana mungkin menikahi dua gadis sekaligus. Onderdil sih kuat-kuat saja, tapi materil? Meski dia beralasan soal skala prioritas, kekasih pertama tak mau mengerti juga. Bahkan kata Made kemudian, daripada Ketut menikah dengan mendingan mati bersama saja sebagai bukti cinta kasih yang abadi.
Amat sulit pilihan yang diberikan Made. Mau menolak, takut dianggap tidak jantan, karena hanya punya alat kejantanan. Sedangkan mau menerima ajakannya, Ketut juga masih berat karena belum kenyang hidup di dunia fana. Paling tidak dia masih ingin menyaksikan, kapan Indonesia bisa ikut main di Piala Dunia. Sungguh pilihan bak buah simalakama.
Hati Ketut sungguh bingung. Di rumah, dikejar-kejar Wayan yang nuntut nikah. Di luar juga dikejar-kejar Made dengan tantangannya. Saking bingungnya, akhirnya dia memilih opsi kekasih pertamanya. Dengan minum pil KB tiga masing-masing tiga butir yang dioplos dengan minuman suplemen, mereka ditemukan klenger di kali kawasan Klungkung. Saat dibawa ke rumahsakit, nyawa mereka sudah tak tertolong lagi.
No comments:
Post a Comment