Sopir angkot nyerobot penumpang, itu soal biasa. Tapi kalau sopir angkot nyerobot bini teman, itu baru Namid, 34 tahun, dari Bogor. Yang paling tragis, saat dia utak-utek “main kopling” bersama Ny. Watik, 40 tahun, di kamar, diintip oleh ketiga anak wanita itu. “Maliiiing, maliiiing…,” teriak ketiga bocah itu dan kaburlah Namid lewat jendela mencari selamat.
Asmara berlumur dosa di kota talas ini bermula dari pertemanan yang akrab antara Namid dengan Juned, 49. Maklum, mereka rekan seprofesi dalam bisnis angkutan umum, dengan posisi masing-masing jadi sopir. Kadang kendaraan yang dibawa Juned, dibawa oleh Namid. Kadang pula angkot yang dikemudian Namid dilanjutkan oleh Juned. Pendek kata, mereka bahu membahu dalam mencari rejeki.
Yang agak luar biasa, belakangan Namid jadi sering main ke rumah Juned di kampung Sindangbarang Jero Kelurahan Bubulak, Bogor Barat. Bagi Juned, senang-senang saja ketamuan rekan seprofesi. Sebab sebagai orang beriman, dia yakin bahwa banyak tamu berarti banyak rejeki. “Jangan kapok ya, sering-sering saja ke sini.” Kata Juned manakala kedatangan sahabatnya.
Apakah sebetulnya yang menjadi motif, sehingga pulang balik Namid rajin ke rumah Juned? Ternyata diam-diam dia sedang mengincar istrinya, yang masih kelihatan “mateng puun” meski usia sudah kepala empat. Sehari tak ketemu Ny. Watik si bini sahabat, Namid merasa ada sesuatu yang hilang. Dia selalu kangen, dia selalu rindu, sebab sepertinya memang ada sorot cinta di mata wanita itu.
Ny. Watik memang cantik. Meski sudah kepala empat usianya, nampaknya masih seperti usia 30-an saja. Lebih-lebih dia pintar merawat tubuh, sehingga penampilannya selalu oke punya meski sudah 3 kali turun mesin. Sebulan sekali selalu pijat, senam juga tak pernah dilupakan. Maka tak mengherankan, berat tubuhnya tetap 55 Kg saja, sangat ideal dengan ketinggiannya yang 160 cm itu.
Ketika Watik memberi angin, Namid jadi makin berani berbuat kurang ajar. Bukan saja berkunjung di kala Juned sedang narik angkutan malam hari, tapi juga sudah berani colak-colek. Ironisnya, Watik tidak marah atau menghindar atas kenakalan teman suaminya itu. Kalau ada reaksi, paling-paling kata: hiii-iiiii….;tapi sambil senyum. Praktis Namid jadi makin mabuk kepayang dibuatnya.
Akibat diberi peluang, Namid jadi semakin berani pada wanita yang berusia 6 tahun lebih tua darinya. Ny. Watik sendiri sangat merespon ulah mitra suaminya itu, karena Juned sendiri belakangan sudah kurang bisa bicara dalam urusan ranjang. Maklum, karena selalu kecapekan habis kerja ngalong, dia suka menderita penyakit “edi tansil” ketika menjalankan sunah rosul.
Tatkala suami kerja jadi sopir kalong, ketika anak-anak sudah tidur semua, sekitar pukul 22.00 Namid suka mengendap-endap ke kamar Ny. Watik. Di dalam kamar itu keduanya lalu menuntaskan gairah dan nafsunya. Benar dugaan bini Juned. Namid sebagai sopir angkot memang luar biasa. Dibawanya bini sahabat itu ke puncak “surgawi”. Nanjak terus, nanjak terus dengan main setengah kopling!
Istri Juned benar-benar sudah dimabok kepayang. Setiap situasinya mantap terkendali dia lalu mengundang Namid ke kamarnya. Tapi yang terjadi beberapa hari lalu agak lain. Mungkin karena sudah beberapa hari tak ketemu, gairah cinta mereka meledak-ledak. Watik merintih, melenguh, karena tak kuasa menahan serbuan sopir angkot berusia muda itu.
Kamar ibunya yang demikian berisik di tengah malam, tak urung membuat seorang anak Ny. Watik terbangun. Saking penasarannya, bocah usian 8 tahun itu lalu mengintip apa yang terjadi di kamar emaknya. Ya ampuuuun, dengan mata kepala sendiri dia melihat ibunya bertelanjangria melayani napsu sopir angkot yang suka main ke rumahnya. Dia pun bergegas membangunkan kakak-kakaknya.
Anak-anak Juned 3 biji itu lalu bersama-sama mengetuk kamar ibunya. Ny. Watik pun menghentikan rintihannya, sementara si sopir angkot Namid segera injek rem dan oper ke gigi satu seperti lazimnya kalu lewat depan kantor polisi. Ketika ibunya keluar, tiga anak itu langsung demo, menuduh ibunya telah berselingkuh dengan lelaki lain. “Husy, gila apa ibu sampai berbuat begitu,” kata Ny. Watik berlagak sok suci.
Hardikan ibunya tak membuat mereka gentar. Ketiganya masuk kamar ibunya, mau menggeledah lelaki yang baru saja ngencani ibunya. Tapi Namid yang tahu gelagat keburu kabur duluan lewat jendela. “Maling, maliiiiing,” teriak anak-anak Juned. Dan wargapun berdatangan. Tapi sopir angkot penyerobot bini orang itu sudah hilang ditelan kegelapan malam.
No comments:
Post a Comment