Siapa bilang wanita makhluk lemah yang biasanya hanya mlumah (telentang) ? Buktinya si Kania 40 tahun, dari Banjarmasin (Kasel) ini. Tak sudi diekpolitir materil dan onderdilnya. Dia nekat membunuh suami gelapnya tersebut di saat kencan di ranjang. Maka kasihan sungguh nasib peselingkuhj bernama Andiran 45 tahun, ini lepas gairah nafsunya, tapi lepas pula nyawanya dari badan.
Ini pelajaran berharga bagi kaum lelaki yang mata keranjang. Kalau sudah punya bini satu, ya sudah jangan memikirkan yang lain-lain. Bila kesiapan onderdil dan materil tak seimbang, bisa bikin stress. Kalau kekayaannya sudah seperti Puspo Wardoyo juragan ayam bakar Wong Solo, baru boleh punya istri wong loro (dua) atau lebih. Sebab bila memaksakan diri, bakal menimbulkan penderitaan multi dimensi. Paling tidak, jadi tukang ngibul.
Tapi Adrian dari Banjarmasin ini agak lain. Dia punya simpedes non BRI justru untuk memperkuat ekonomi keluarganya. Maka meski selingkuh, dia memilih yang cantik dan kaya. Janda nggak masalllah, yang penting simpenannya di bank berlipat ganda. Dengan cara demikian, Adrian bisa menggoyang orangnya tapi juga bisa menggoyang isi koceknya. “Sambil menyelam minum air, gitu...” demikian dia berprinsip.
Inkam perkapira Adrian sebagai kepala keluarga memang tidak banyak, padahal dia harus ngempani anak istri. Cari terobosan usaha di era SBY ini semakin susah saja, sehingga Adrian nekat menghalalan segala cara. Biar sebetulnya nipu, tapi diusahakan yang ditipu malah ikut senang, setidaknya merem melek. Sedangkan dia, dari hasil selingkuh itu bisa menangguk uang banyak untuk dibawa pulang ke rumah.
Adalah janda Kania warga Brongos, Kecamatan Barito kota Banjarmasin. Dia janda yang cantik kaya pula. Ke situlah sasaran tembak Adrian. Dengan mengaku sedang ada masalah dengan istrinya, dia mencoba menaklukkan hati perempuan yang sudah sekian lama “nganggur total” itu. “Aku menyesal kawin dengan ibunya anak-anak,” begitu Adrian mulai ngibul.
Tongkrongan Adrian sendiri memang cakep, ditambah pinter ngomong pula. Maka lama-lama janda cantik itu menaruh simpati pada penderitaan TTM (Teman Tapi Mesra)-nya. Bahkan kelanjutannya, dia tak sekadar memberikan nasihat, tapi juga sejumlah uang. Lagaknya sih Adrian menolak, tapi batinnya bilang: kuras semua kantongmu aku siap menampungnya.
Ilmu tipu-tipu Adrian terus dikembangkan. Di samping dapat uang juga dapat goyangan dari janda yang kesepian itu. Bahkan kelanjutnnya keduanya pun nikah siri. Maksudnya, meski belum diakui oleh negara, tapi secara agama sudah sah bila targetnya sekadar untuk goyang-menggoyang saja. “Tapi percayalah, kalau aku sudah cerai dari istriku nanti statusmu akan kusamakan,” kata Adrian ngumbar janji.
Karena dijanjikan akan dinikah resmi, Kania pun makin memanjakan segala permintaan Adrian. Minta materil, silakan, minta onderdil hayo. Bahkan ketika dibujuk untuk menjual rumah miliknya, Kania menurut saja. Padahal hasil penjualan rumah itu bukan untuk buka usaha, melainkan diberikan pada istri pertama Adrian.
Akhirnya Kania taju juga bahwa selama ini Adrian hanya membohongi dirinya. Katanya mau cerai dengan istri, nyatanya dia makin mesra saja. Dan yang paling membuat dia dongkol dan dendam, harta miliknya yang telanjur habis diporoti, ternyata juga diberikan pada istrinya itu. “Jangan-jangan mereka memang kerja sama,” kata batin Kania yang berencana mau balas dendam.
Hari-hari naas Adrian pun tiba. Beberapa hari lalu Adrian ke rumah Kania untuk minta “jatah” selaku suami. Kania pun berusaha melayani sebaik mungkin. Tapi di saat tukang kibul itu “sibuk” menyelesaikan tugas mulia, diam-diam Kania mengambil gunting di bawah bantal, lalu diayunkan ke dada Adrian. Suami gelap itu pun roboh. Kania belum puas. Untuk meyakinkan kematiannya, dia ambil stagen dan dijeratkan ke leher Adrian hingga benar-benar wasalam nyawanya. Setelah itu dengan gagah berani dia menyerahkan diri ke Polres Banjarmasin.
No comments:
Post a Comment