Tuesday, July 29, 2008

Ternyata Hidung Belang


Dinarsih, 38, sungguh menyesal. Gara-gara menangkap basah SMS mesra dari seorang WTS, dia baru tahu bahwa Bagus, 32, suami yang sangat dicintai itu ternyata bekas lelaki hidung belang. Tapi mana sesungguhnya yang lebih baik, bekas lelaki hidung belang atau bekas ustadz?

Tapi sesungguhya, semua ini berawal dari sebuah keterpaksaan. Dia menikah dua tahun lalu dengan Bagus yang lebih muda 6 tahun darinya, karena kepepet saja. Bagaimana tidak kepepet. Ketika usia sudah menjelang kepala 4, kok belum juga ketemu jodoh. Takut dikatakan perawan kadaluwarsa, kriteria calon suami pun diturunkan. Bagus yang lebih cocok jadi adiknya, diterima juga sebagai suami. Toh kemudian, Dinarsih jadi sayang sekali pada suaminya tersebut. Karena meski lebih muda, sang suami tidaklah mbocahi atau kekanak-kanakan.

Cuma, ketika menentukan Bagus sebagai pendamping hidupnya, Dinarsih memang melupakan pesan Lembaga Konsumen di TVRI dulu: teliti sebelum membeli. Apa lagi mengujinya lewat fit and propertest segala, sama sekali tidak. Bagaimana mau ditest macam di DPR itu, lha wong calon hanya satu-satunya. Ditolak satu, ya habislah semua. Apa lagi kelas Bagus ini memang jauh di bawah Raden Pardede, Martowardoyo ataupun Budiono. Maklum, calon suaminya itu memang bukan ahli ekonomi, kalau ekonomi morat-marit memang iya.

Bagus memang lelaki yang pekerjaannya belum menentu, sedang Dinarsih adalah guru SD Negri di Pemda Lumajang. Jelas lebih mapan. Karenanya, Bagus mau jadi suami wanita yang lebih tua, salah satu pertimbangannya adalah agar bisa numpang hidup, di samping “numpangi” sebagai kuwajiban seorang lelaki. Dan ternyata, jadi suami Dinarsih memang dimanjakan. Segala kebutuhannya selalu disediakan oleh istri. “Sampeyan yang penting rajin minum susu, madu, telur mentah dan ginseng,” kata Dinarsih sekali waktu, dalam rangka memberi petunjuk pada bapak Bagus suaminya.

Tapi teori tabula rasa mengatakan, dasar lebih kuat dari ajar. Meski kini sudah hidup enak dan tenang sebagai suami Dinarsih, Bagus tetap tak bisa melupakan habitat lamanya sebagai lelaki hidung belang, yang melabuhkan cintanya pada WTS satu ke WTS lainnya. Makanya, meski sudah menjadi seorang suami, dia masih suka berhubungan dengan Mery, WTS yang menjadi langganannya dulu. Dia pula yang kali pertama mengajari permainan ranjang sistem 50 jam karya setan ora iman. Karena itulah, meski sudah dapat jatah ajeg di rumah, Bagus masih suka nyengklengke (menyempatkan diri) melayani nafsu Mbak Mery.

Celakanya, Mery ini tak bisa membatasi diri. Meski tahu bahwa Bagus sudah punya istri, dia masih sering kirim SMS mesra berbasis selingkuh. Sekali waktu SMS itu terbaca oleh Dinarsih. Isinya full dengan kata-kata jorok, yang isinya berupa janjian dan kencan memadu kasih. Tentu saja Dinarsih jadi panas dan cemburu. Tapi sayangnya, ketika Bagus diklarifikasi dan interpelasi, dia berkelit. Saat terdesak pertanyaan yang memojokkan, Bagus jadi emosi. Dinarsih langsung ditempeleng, hingga terbanting ke lantai. “Wong wedok kuwi nek kakehan cangkem (itulah perempuan kalau banyak mulut),” omel Bagus sambil ngeloyor pergi.

Tentu saja Dinarsih warga Dawuhan Lor Kecamatan Sukodana Lumajang ini tidak terima. Dia melapor ke Polsek Sukodana dan Bagus pun ditangkap dengan tuduhan pasal KDRT. Tapi dari sini pula, Dinarsih menjadi malu sekali, karena ternyata selama ini suaminya adalah mantan lelaki hidung belang. Sebab ketika diperiksa petugas, dia blak-blakan mengakui bahwa Mery itu adalah wanita planyahan (pelacur) yang mengajari dirinya bagaimana menjadi lelaki piawai di tempat tidur. Celakanya, meski sudah jadi suami Dinarsih, dia masih “latihan” terus pada Mery.

Kaya pilot saja, harus selalu rajin mengikuti simulasi terbang.

No comments: