Wednesday, July 9, 2008

"Angkat" Suami Tetangga


Bir itu nikmat, seks lebih nikmat lagi. Tapi kenapa Munawi, 40 tahun, lebih asyik dengan botol-botol memabukkan itu? Karena dia memang impotent, tak bisa lagi membahagiakan istri. Oleh karenanya ketika sang istri memungut anak tetangga, dia merelakan saja. Tapi nggak tahunya, selain mengangkat anaknya, Farida, 32 tahun, “mengangkat” pula Darma, 36, ayah si Upik ke atas perutnya. Keruan saja Munawi yang impotent itu mencak-mencak dibuatnya.

Istri Munawi ini sebetulnya cukup cantik. Bodi dapat, wajah juga memenuhi syarat. Tumitnya saja merah jambu. Apa lagi kulitnya, putih bersih sampai ke mana-mana. Sayangnya segala nilai plus Farida itu tak pernah didayagunakan oleh Munawi selaku suami. Soalnya ya itu tadi, dia lelaki paling malang di dunia, impotent secara permanent. Jadi meski bini cantiknya selangit, nasibnya bagaikan baju bagus tapi bulukan karena hanya tergantung dalam almari.

Nyeseg sungguh dada Farida yang dari Merak (Banten) ini. Soalnya waktu pacaran dulu sepak terjang Munawi tak seperti itu. Kala itu gerakannya lincah luar biasa, kepot sana kepot sini. Meski baru pacaran sudah berani “studi kelayakan” ka mana-mana. Hanya satu yang belum terjamah, karena Farida memang punya sikap dan prinsip yang tak bisa ditawar. “Kita memang saling mencinta, tapi sebelum resmi jadi suami istri, aku tak mau melakukan yang satu itu,” kata Farida serius.

Iman Munawi juga cukup kokoh, sehingga sampai resmi menikah di KUA, kegadisan Farida masih utuh buntelan plastik. Cuma celakanya, ketika “serangan umum” non 1 Maret digelar dalam status halalan tayiban wa asyikan, Munawi tak berkutik dalam percaturan ranjang. Sepak terjangnya yang serba lincah dan ganas ketika pacaran, kini lenyaplah sudah. Ibarat mesin mobil, meski sudah dipanasi dan olie tak pernah telat, tetap saja ngadat tiada guna. Distarter sampai accu habis, tetap saja tak mau jalan.

Itu ternyata tak hanya berlaku sehari dua hari, tapi permanent. Dari malam pertama hingga 10 tahun usia perkawinan, sama sekali Munawi tak mampu membahagiakan istri. Untung saja Farida wanita tabah dalam penderitaan. Sepertinya dia memahami segala kekurangan suami, sehingga tidak berusaha minta cerai agar bisa berburu burung lain yang mampu bernyanyi tri lili lili. “Impotent atau tidak, dia adalah suamiku,” begitu dia berprinsip.

Malu juga Munawi sekian tahun lamanya tak pernah membahagiakan istri lahir batin. Sebagai pelarian dia lalu tenggelam dalam botol-botol bir memabukkan. Awalnya bir itu memang agak pahit dan rasanya seperti air tape, tapi lama-lama kok asyik juga. Paling tidak, muka memerah akibat senyawa alkohol. Maka benar kata kidalang wayang kulit, ketika minum 4 sloki ibaratnya catur wanara rukem (bagaikan kera makan buah-buahan); jadi banyak omong, ceplas-ceplos lepas kontrol. Dan Munawi yang minum berbotol-botol, ketika mabuk melihat semua barang jadi dua, termasuk Farida istrinya. Tapi karena dia memang impotent, biarpun ada dua Farida yang cantik, ya percuma…..

Pelarian model Munawi sudah barang tentu membuat Farida prihatin. Dia kemudian menyarankan agar memungut anak saja sebagai pemancing. Kata orang dan banyak terbukti, dengan mengangkat anak, istri lalu bisa hamil. Munawi sangat setuju solusi bininya. Sebab dengan kehadiran anak angkat, keluarga akan terhibur, dan rumah itu ada warnanya. Pasangan suami istri ini memang sangat merindukan lengkingan tangis bayi dalam kamarnya.

Ide Farida lalu diterapkan. Kebetulan Darma tetangga sebelah rumah, punya anak banyak dan ekonominya sungsang sumbel. Ketika bayinya yang usia 8 bulan diminta untuk diangkat anak, mereka mengabulkan. Sejak itulah si Upik tinggal bersama Farida. Sebagai suami yang baik, Munawi juga memberikan keleluasaan pada Darma dan istrinya untuk sering mondar-madir ke rumahnya. “Biar kini statusnya anakku, tapi kan anakmu juga,” kata Munawi setelah menerima surat adopsi dari Pengadilan Negeri.

Akibat legitimasi (pembenaran) tak tertulis Munawi, Darma sering keluar masuk rumah dan kamar pribadi Farida dengan alasan kangen anak. Tapi tak tahunya, melihat bodi tuan rumah yang kenceng dalam usia kepala tiga, syurrrr juga. Ungkapan Munawi yang mengatakan “anakku anakmu juga” dikembangkan menjadi: istriku, istrimu juga. Maka Darma pun mulai berani kurang ajar. Pura-puranya megang-megang pipi si Upik dalam gendongan Farida, tapi tangannya menekan-nekan dada si penggendong bayi.

Namun ternyata Farida tak ada penolakan, sehingga Darma semakin merangsek ke segala penjuru. Bini Munawi yang sudah 10 tahun tak menikmati kegairahan semacam itu, akhirnya pasrah saja ketika diperlakukan bak istrinya. Jadilah kemudian, anak Darma diangkat anak, sedangkan Darma sendiri “diangkat” Farida ke atas perut untuk menuntaskan dahaga asmara yang sekian tahun tertunda. “Bersama Darma semuanya bisa….,” kata lelaki dari Merak itu sambil terus berpacu dalam birahi.

Keasyikan laki perempuan bukan suami istri ini ternyata tak berlangsung lama. Setelah sekian kali bapak kandung si Upik masuk dalam sarung, Munawi sekali waktu memergoki perselingkuhan tersebut. Tentu saja dia marah besar, kebebasan berkunjung bukan berarti kebebasan masuk dalam sarung. Keduanya pun lalu dilaporkan ke Polres Cilegon. Ironisnya, ketika diperiksa Farida malah membuka aib perburungan suami. Tanpa malu-malu dia mengaku, sengaja selingkuh agar punya anak yang hadir dari rahim sendiri.

Untuk mengantisipasi burung Darma yang tak bisa berkicau, to?

1 comment:

Mimi Anasthetic said...

Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
Tumpang Iklan
Ada tak abang-abang sado kat sini yang nak tambah kesadoan?
"Adik lelaki" makin garang! Grrr...aum..
>>>Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<