Wednesday, July 2, 2008

Kunjungan Yang Membahayakan



Tehnik selingkuh Samidi, 43, boleh juga. Awalnya dia mengajak anak istri ketika nyambangi gendakan barunya. Suami Rustini, 34, pun tak curiga. Tapi setelah menguasai medan, Samidi nilapke (cari lengah) keluarganya, dan bini Kamidin, 40, pun disetubuhi berulangkali dalam hotel.

Edan memang Samidi! Punya bini cakep masih saja kurang. Ketika kenal dengan Ny. Rustini yang putih mulus, nafsunya naik ke ubun-ubun. Pendulumnya langsung kontak, dan kemudian mengatur siasat untuk bisa mendekati dalam rangka menyetubuhi. Padahal, dia tahu persis perempuan idola itu masih punya suami. “Kamu jangan kalah sama Ken Arok dari Singosari, Bleh…,” kata setan memberi semangat.

Rustini memang cantik, mungkin sekelas Ken Dedes istri akuwu Tumapel dalam sejarah Singosari. Samidi tahu persis itu. Cuma, dia tak mau sekasar dan sekejam Ken Arok yang tega melenyapkan nyawa Tunggul Ametung. Soalnya, tanpa cara-cara sekotor itu dia yakin bahwa Rustini bakal bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Cuma, bagaimana caranya cari kesempatan di saat-saat Kamidin tak di rumah. Prinsip Samidi: sekali suaminya meleng, istrinya akan dibuat sampai ndengkeng-ndengkeng (keenakan).

Cara-cara halus bak intelejen pun dilakukan. Sekali waktu dia mengajak anak istrinya berkunjung ke rumah Rustini di kawasan Blimbing, Malang. Kamidin yang tak tahu isi jerohan tamunya, menyambut hangat. Mereka pun berbincang-bincang di ruang tamu. Suami sama suami, istri berhaha-hihi antar istri. Padahal, dalam hatinya Samidi mengatur siasat di mana lobang-lobang pertahanan keluarga itu yang bisa ditembus.

Ini dia! Pasangan suami istri ini memang bukan keluarga mapan. Ekonomi sehari-hari hanya pas-pasan, bahkan ada rencana Kamidin mau cari kerja di pertambangan minyak Kalimantan Timur. Wah, ini berita bagus bagi Samidi. Maka dia pun berdoa pada Tuhan, agar Kamidin cepat-cepat berangkat ke Balikpapan, sehingga istrinya bisa segera diselingkuhi. “Husy, ngawur kamu. Berdoa pada Tuhan kok untuk urusan selingkuh…,” tegur hati nurani sengit.

Nona dan nyonya memang sangat rapuh dalam urusan duit, apa lagi pepatah Jawa mengatakan; nabine jarit gusti allahe dhuwit. Maksudnya: kaum perempuan sangat mengagung-gungkan uang dan harta. Maka dari sektor itulah Samidi mencoba mendekati Rustini yang putih dan berbetis mbunting padi itu. Saat main ke situ lagi misalnya, tentu saja tak mengajak anak istri lagi, tanpa diminta dia memberikan sejumlah uang. Padahal kala itu Rustini memang sedang butuh-butuhnya duit, karena ketika suami berangkat ke Balikpapan boleh dikata tak meninggali apa-apa.

Tebakan Samidi tidak meleset benar. Karena sering diberi uang, akhirnya Rustini tak bisa menolak ketika diajak jalan-jalan keluar, bahkan kemudian dibawa ke hotel. Nah, di sinilah Samidi berhasil menyalurkan obsesi dan ambisinya. Bak istri sendiri, bini Kamidin ini disetubuhi berulangkali. Begitulah selanjutnya, berpindah dari hotel satu ke hotel lainnya, Rustini tak pernah menolak ketika dijadikan ajang pelampiasan nafsu Samidi. Maklum, dia sendiri sebetulnya juga sangat membutuhkan.

Akan tetapi, serapat-rapat membungkus bangkai, lama-lama kecium juga. Betapa marahnya Kamidin ketika dapat info bahwa istrinya di Malang sering diajak selingkuh oleh Samidi warga Mergosono. Dia segera pulang ke kampungnya dan langsung menghubungi polisi. Kebetulan pasangan mesum Samidi – Rustini sedang kencan di sebuah hotel Jalan R. Panji Suroso. Apa lacur, ketika digerebek insane mesum itu kerepotan menyembunyikan dirinya yang telanjang, sampai ngumpet-ngumpet di balik ranjang. “Awalnya aku diberi uang, lalu belakangan diajak goyang,” aku Rustini jujur di kantor polisi Polsek Blimbing.

No comments: