Thursday, July 10, 2008

Si Gadis Masuk Perangkap

Mengaku pengusaha, ternyata apa saja diusahain. Itulah kelakuan Jawawi, 35 tahun, dari Jambi. Ketika tertarik pada Mamik, 31 tahun, yang “antik” tapi cantik, dia langsung berusaha menjual mimpi; dari ngaku sarjana, pengusaha jual beli mobil, sampai kemudian berusaha menggauli si perawan tua berulang kali. Setelah usahanya sukses, menghewes-hewes gadis Klaten (Jateng) hingga stress, barulah ketahuan aslinya. Jawawi ternyata bukan konglomerat, tapi pemuda melarat yang tengah jadi kejaran aparat!

Agaknya kemewahan memang mimpi setiap wanita, sehingga orang Jawa punya ungkapan, perempuan itu agamanya duwit nabinya jarit (kain). Bila telah terlena pada urusan kebendaan, kaum hawa menjadi lupa akan kewaspadaan nasionalnya. “Harta” miliknya yang selama ini dikempit-diindit (dibawa ke mana saja), diserahkan begitu mudah. Padahal, setelah berhasil membuat si gadis mendesah-desah, sang pemuda pun kesah (pergi). Tinggalah keluarganya melempar sumpah serapah.

Mamik yang tinggal di Desa Kurung Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten, rupanya begitu juga. Karena terlalu pertimbangan materil, dia menjadi terlalu jual mahal dalam urusan onderdil. Maksudnya, dia rela menjadi perawan tua, karena menunggu arjuna kaya raya, bukan sekedar arjuna mencari cinta seperti punya Adi Masardi-Norca Marendra. “Dadi prawan tuwa ra papa, waton entuk bojo mbandha (jadi perempuan tua nggak apa, yang penting dapat suami kaya),” begitu prinsip Mamik.

Agaknya sikap hidup Mamik yang demikian tercium bajingan pemburu kenikmatan. Jawawi lelaki Jambi yang punya data-data tersebut entah dari mana, segera menempelnya. Saat perawan antik tetapi cantik itu berobat ke dukun di Boyolali, dia membuntutinya. Begitu Mamik keluar dari rumah sang paranomal, Jawawi lalu mengajaknya bersalaman. Padahal telapak tangannya sudah “diisi” ilmu-ilmu hitam jenis Jaran Guyang – Semar Mesem sebagaimana milik Pendita Durna dalam kisah pewayangan.

Sejurus kemudian Mamik langsung terlena. Lalu dia percaya saja ketika Jawawi mengaku sebagai pengusaha jual beli mobil, bertitel sarjana hukum, dan sedang melebarkan gurita usahanya ke daerah Solo – Yogya. Dan ketika terlihat Mamik sangat terpesona, makin kenceng saja Jawawi menjual mimpi. “Kalau kita sudah menikah, boleh kamu memimpin salah satu usaha saya,” kata sang pengusaha itu meyakinkan, bak jurkam sebuah partai saja laiknya.

Aneh memang, baru kenal sudah bicara perkawinan. Tapi Mamik kadung melambung ke swarga tunda sanga (surga berlantai 9). Di matanya, Jawawi adalah lelaki hebat yang dinantikan selama ini. Mamik memang telah kehilangan daya kritisnya. Padahal sedari awal mestinya curiga. Kalau pengusaha sukses, mestinya HP-nya selalu berdering. Jenisnya pasti komunikator atau PDA, simcard-nya juga Kartu Hallo, bukan Nokia 3310 yang kartunya cuma jenis As berkepala 0852.

Yakin bahwa Tuhan telah mengirim jodoh ideal untuknya, Mamik mengiyakan saja ajakan kawin tersebut. Jawawi lalu diperkenalkan pada orangtuanya. Dan setelah memperoleh legitimasi keluarga, sang pengusaha makin bebas mengajak Mamik ke mana-mana. Di antaranya masuk hotel kelas melati di Klaten. Jawawi pun lalu merayu, sebelum menikah resmi, boleh dong memberikan DP alias “goyang di muka”. Mamik yang kadung melambung, merelakan saja ketika diajak berdua-dua masuk dalam sarung!

Asyik memang “mbelah duren” sebelum dilegalisir KUA. Di situ ada perjuangan, pertentangan, deg-degan dan kemudian kepasrahan ditingkah desahan. Dan karena seks dengan cinta itu lebih berkesan, Mamik jadi tuman (ketagihan). Asal Jawawi mengajak, langsung saja yo yo yoooo! Pokoknya Mamik hanya ingat lagunya Ebiet G. Ade itu. “Kita musti telanjang, dan benar-benar bersih....”, maksudnya bagi Mamik, selain bugil juga harus siap habis-habisan demi cintanya pada konglomerat muda.

Namun bayangan itu tak sesuai kenyataan. Dua minggu kemudian Jawawi pinjam duit Rp 75 juta untuk menutup dulu pembayaran mobil yang baru saja dibelinya. Mamik percaya saja, sehingga keluarganya habis-habisan mengumpulkan duit, meski harus jual ayam dan nguruti (memetik) buah kelapa di pohon. Tapi setelah uang diberikan, ternyata Jawawi tak pernah muncul lagi. Keluarganya baru sadar telah ditipu. Lebih-lebih Mamik, dia langsung stres lantaran kadung sudah dihewes-hewes sampai bablas keprawanane!

Kepolisian Polres Klaten dilapori dan pengusaha muda abal-abal itu diburu. Ketika ketemu, Jawawi hanya bisa menunjukkan KTP asal Jambi, dan dia memang sudah lama jadi buronan polisi. Yang bikin Mamik semakin tertikam ulu hatinya, Jawawi yang ngaku sarjana hukum tersebut ternyata aslinya cuma pengangguran. Duh, duh, ya Allah ya Rabbi, bagaimana ini? Uang bisa dicari, tetapi kegadisan yang kadung bobol? Ala, tembel saja pakai tinol (penyolder radio)!

1 comment:

Mimi Anasthetic said...

Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
Tumpang Iklan
Ada tak abang-abang sado kat sini yang nak tambah kesadoan?
"Adik lelaki" makin garang! Grrr...aum..
>>>Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<