Wednesday, July 2, 2008

Burungnya Tak Lagi Nyanyi



Seguyub dan seawet apapun rumahtangga dijalin, ketika si burung “cocakrawa” tak lagi mampu bernyanyi trilili-lili, goyahlah pasangan itu. Setidaknya ini dialami oleh Ny. Maidah, 52 tahun, dari Cirebon. Gara-gara Munali, 62 tahun, suaminya tak lagi mampu berbicara di percaturan ranjang, dia memilih selingkuh dengan sopir angkot yang ngontrak di rumahnya.

Ini memang kisah wanita yang haus asmara. Meski Maidah telah mengalami menopause, itu tak berarti gairah aspirasi urusan bawahnya menjadi drop. Justru karena tak diribeti lagi oleh urusan menstruasi, dia semakin bergairah menjalani aktivitasnya di atas ranjang. Bila wanita lainnya umumnya suka pasrah pada ajakan suami, wanita dari Jalan Pesantren, Kalijaga ini yang selalu aktif mengambil prakarsa.

Bagi Ny. Maidah, kenikmatan seksual memang bukan monopoli kaum lelaki. Kaum hawa pun juga berhak memperoleh porsi yang sama, jadi bukan sekadar “termos” yang hanya diminum ketika suami dahaga. Maka bila Munali suami alpa akan kewajibannya, dia tanpa malu-malu mengingatkan dan minta jatah itu segera ditunaikan. “Ayo pa, sebentar sajalah,” kata Maidah merajuk.

Usia Munali memang tidak lagi muda, dua belas pelita lebih sedikit. Karena itulah tidak begitu maju urusan begituan. Bila kemarin-kemarin masih pegangan hidup, kini betul-betul perjuangan hidup. Oleh karenanya, dia sering mengecewakan istrinya. Ibarat main bulutangkis, maunya Maidah smash tajam menukik, eh Munali biasanya cuma main back hand dan netting.

Kekecewaan Maidah pun makin menggunung. Bila kemarin-kemarin Munali baru taraf edi tansil alias ejakulasi dini tanpa hasil, kini justru sudah kronis menjadi berhalangan tetap alias impoten. Gara-gara sudah tak bisa menafkahi batinnya, Maidah kemudian memilih pisah ranjang. Tapi Munali hanya diam saja, karena memang menyadari akan kelemahannya.

Tetapi, karena tak lagi satu ranjang itulah menjadikan Maidah memiliki banyak peluang untuk memuaskan aspirasinya yang selama ini terganjal. Diam-diam dia mulai menebar pesona pada Sodir, 43, duda yang mengontrak di sebelah rumahnya. Tegasnya lagi, Maidah mengajak sopir angkot itu mau berbagi cinta dengannya. “Biar tua, yang penting rasanya Bung,” kata Maidah berpromosi diri.

Ehm, ehm…., sebagai duda yang sudah lama non aktif, atau kalau ada “job” ya harus beli ngecer, tentu saja tawaran Ny. Maidah ini sangat memikat. Meski ibarat kue sudah bulukan (jamuran) kata orang Sunda, lama perut keroncongan ya enak dan haraman tayiban juga. Maka kemudian keduanya sering selingkuh di kamarnya. Pulang narik angkot, di rumah gantian dia “narik” Ny. Maidah sampai termehek-mehek.

Rupanya lama-lama Munali tahu juga skandal istrinya, sehingga dia tentu saja cemburu. Biar seumpama kendaraan sudah lama dibiarkan nganggur di garasi, kalau klakson dibuat mainan orang pastilah marah. Maka untuk memutus tali jaring selingkuh tersebut, Sodir pun diusir dari rumah kontrakannya. “Go to hel (pergilah ke neraka)…,” kata Munali bila pinjam istilah Bung Karno ketika melawan AS.

Untuk Ny. Maidah yang sudah kadung kecanduan permainan kopling dan injek gas ala sopir angkot Sodir, tentu saja jadi kesepian tanpa lelaki itu di atasnya. Biar sudah pindah tempat jauuuuh ke Larangan, tetap dicarinya juga. Begitu ketemu, kembali Maidah menawarkan kue bulukannya dan Sodir menikmatinya lagi sampai glegeken (sendawa).

Sementara waktu Munali memang tidak mengetahui skandal selingkuh gelombang kedua istrinya tersebut. Tapi setelah belakangan bininya kena penyakit “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi, dia kembali curiga. Istrinya pun lalu dituduhnya bahwa kembali main gila dengan si Sodir. “Kalau iya mau apa? Sadar dong, kalau sampeyan sendiri sudah impoten,” kata Maidah mengkick balik suami, garang sekali.

Mati kutulah Munali, bagaikan pemain remi tak pegang kartu joker lagi. Tapi sebagai pemegang STNK dan BPKB asli, sangat tidaklah rela bila “kendaraan”-nya dibuat enjot-enjotan pihak lain. Maka kembali dicari rumah kontrakan Sodir yang baru. Begitu ketemu, eee…. dia melihat dengan mata kepala sendiri istrinya tengah kelon bersama Sodir di Larangan. Hari itu juga Munali melaporkan dua insan dimabuk asmara tersebut ke Polres Cirebon.

Ampun dah. Tua-tua keladi, makin tua makin tak tahu diri!

No comments: