Monday, July 28, 2008

Nubruk Janda Di Gubuk


Darwis, 48, celutak (kurang ajar)-nya memang gak uwis-uwis (tak ada hentinya). Melihat janda nganggur di sebelah rumah, langsung gatel. Dalam sebuah kesempatan janda Yayuk, 22, ditubruk di dalam gubuk. Sang istri pun malu luar biasa. Meski bakal kehilangan tulang punggung keluarga, Darwis pun dilaporkan ke polisi.

Ada yang bilang, lelaki itu (maaf) anjing ibaratnya. Meski di rumah sudah disediakan menu empat sehat lima sempurna, di jalan ketemu kotoran disikat juga. Apakah Darwis juga berkategori macam segawon (anjing) itu tadi? Sangat boleh jadi. Sebab meski istri di rumah cukup cantik, di luar mata keranjangnya tak pernah habis. Mana kala ada janda nganggur dekat rumahnya, dia jadi sibuk bukan main. Darwis memang cocok jadi ketua umum Partai Karya Peduli Janda.

Srini, 44, istrinya selama ini kondang paling cantik di seputar Desa Bogem Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan (Jatim). Wajahnya ayu dan teduh, rambut panjang tergerai, betisnya juga mbunting padi bak milik peragawati. Kulit, kehitaman tidak, keputihan juga enggak. Maksudnya, terlalu putih gitu, bukan keputihan tanda penyakit kaum wanita.

Tapi ternyata, Darwis masih kurang juga. Dia menginginkan diversifikasi menu atau keanekaragaman cita rasa. Sebab dia punya tamsil: opor ayam itu lezat, tapi jika setiap hari opoooor melulu juga bosanlah iyauwww. Gudeg Yogya itu nikmat, tapi manakala tiap hari diantem gudeeeeeg terus, jenuh juga pada akhirnya. “Maka selingan dan fariasi hidup itu sangat diperlukan,” kata Darwis bila ngobrol-ngobrol di gardu ronda.

Edannya, sifat kemata keranjangan Darwis tak pernah henti meski sering diancam bini mau diculek matanya. Belakangan, dia tertarik berat pada janda baru di dekat rumahnya. Soal wajah, Yayuk sebetulnya biasa-biasa saja. Tapi bicara soal bodi, di sinilah titik tolak perburuan kaum lelaki. Sekel nan cemekel, begitu kata orang. Maka dalam selera rendahnya Darwis selalu berangan-angan, kapan bisa nyekel dan ngusel-usel si Yayuk itu tadi.

Resiko di belakang, sepertinya tak pernah dipikirkan. Ketika Darwis sudah tahu nomer HP si janda baru, dia sering kirim SMS-SMS nakal, dari kata kangen dan sayank (pakai nk), juga sering menanyakan pula pakai daster apa hari ini. Ternyata Yayuk bersedia menjawab juga, bahkan jawabnya lumayan menantang juga. “Ah ngomong doang, kapan realisasinya….?” Begitu jawab Yayuk sekali waktu.

Mendapat jawaban itu, tentu saja Darwis jadi rindik asu digitik (seketika mau). Sekali waktu Yayuk pas hendak ke pasar langsung disamperi Darwis yang juga dalam arah yang sama. Ditawari mbonceng sepedanya ternyata mau. Maka selanjutnya ya terserah Anda. Pas menemukan gubuk kosong, Yayuk langsung digelandang masuk untuk menjawab tantangannya. Tapi celaka tiga belas, belum juga tuntas tasss nafsu mereka, kepergok warga. Urusan pun jadi memanjang bak sorbannya Ajisaka.

Urusan tubruk menubruk dalam gubuk itu tentu saja bikin malu Ny. Srini istri Darwis. Dasar lelaki, di rumah sudah ada nasi raja lele yang pulen menul-menul, masih juga ngopenin nasi aking jatah kaum miskin. Tak peduli akan kehilangan sumber penghasilan buat sementara waktu, ulah suaminya tersebut segera dilaporkan ke polisi, mendukung rencana keluarga Yayuk. “Tapi kami melakukan kan mau sama mau, Pak,” tangkis Darwis di depan polisi. Mau sama mau, tapi nggak punya malu.

No comments: