Wednesday, April 9, 2008

Gantian Jadi "Pasien" Suami


Dulu Ny. Wirda, 32 tahun, merupakan pasien bidan Darwati, 37 tahun, ketika bersalin. Tapi belakangan, suami Bu Bidan yang berprofesi dokter itu malah mengambil-alihnya. Namun bukan di meja persalinan, melainkan di ranjang perselingkuhan. Bu Bidan yang tak tahan dengan ulah dr. Budi, 42 tahun, suaminya, memilih gantung diri, mati dengan membawa segala luka hatinya.

Ini kisah paralelisme profesi yang yang berakhir duka. Dalang kawin dengan pesinden, sangat ideal. Pilot menikahi pramugari, juga sangatlah sip. Begitu pula ketika seorang dokter mengawini bidan, mustinya kehidupan mereka jadi semakin bahagia. Tapi ketika hal ini diaplikasikan pada pasangan bidan Darwati – dr Budi dari Pemalang (Jateng), lha kok malah berakhir maut. Ini semua gara-gara pak dokternya mbagusi (berbuat sok) ketika melihat barang bagus!

Nama bidan Darwati sudah sangat dikenal di Puskesmas Comal. Selain bertugas di Puskesmas tersebut, dia juga praktek menolong persalinan di rumahnya. Dan usaha ini semakin maju, karena suami Darwati juga seorang dokter umum.Jadi bila ketemu pasien yang bermasalah, bidan Darwati bisa minta tolong pada dr. Budi suaminya, dan semuanya jadi beres. Pokoknya, bersama Darwati – Budi, semuanya bisa!

Dinamika rumahtangga Bu Bidan – Pak Dokter indah sekali. Sampai kemudian beberapa minggu lalu datang seorang pasien hendak melahirkan bernama Ny. Wirda, berasal dari sekitar Comal situ juga. Persalinan yang ditangani Darwati berjalan mulus. Dan sebagaimana kelaziman Bu Bidan, beberapa waktu setelah persalinan bersama dr Budi suaminya dia selalu menjenguk bekas pasiennya, menanyakan keadaannya. Bukankah silaturahmi juga memperpanjang usia dan rejeki.

Akan tetap silaturahmi kali ini justru memperpanjang masalah. Soalnya, dr. Budi yang punya bakat mata keranjang, ketika ketemu Ny. Wirda yang cantik itu justru kontak pendulumnya. Maklum, beberapa minggu setelah persalinan kaum ibu biasanya nampak segar dan bercahaya wajahnya. Nah, suami bidan Darwati begitu ketemu Ny. Wirda mendadak mengalami kejang-kejang di bagian tertentu. “Ayo Bleh, sikat saja….,” begitu setan memberi semangat.

Apa lagi ketika dr Budi memperoleh informasi bahwa suami Ny. Wirda tugas di luar kota, hanya sebulan sekali kembali ke Comal, seakan itu merupakan peluang emas yang harus ditindak lanjuti. Maka detik itu pula pak dokter mulai berkhayal, bagaimana bisa mengambil alih bekas pasien istrinya itu. Dia merasa kasihan, kenapa barang mulus begitu kok jarang disentuh. Itu kan sama saja wastra lungset ing sampiran (kain kusut hanya di gantungan).

Tanpa sepengetahuan istrinya tentu saja, lain hari dr Budi merapat ke rumah Ny. Wirda. Tekad pak dokter, sebelum suami wanita itu datang untuk bermalam pertama setelah 40 hari “berpuasa”, dialah yang harus menikmati terlebih dulu. Pokoknya jangan sampai “keduluan setan”-lah. “Tahap pertama kasih saja suntikan satu ampul pak dokter…,” kata setan lagi membujuk dan memberikan pengarahan.

Istri lelaki perantau ini awalnya tak tahu juga akan maksud kunjungan pak dokter suami Bu Bidan. Tapi sebagai wanita dewasa, lama-lama tahu juga. Kali pertama kaget juga akan aspirasi arus bawah dr. Budi, sehingga dia berusaha berkelit dan menepiskannya. Tapi karena sosoran pak dokter makin kenceng, sedangkan Wirda sendiri sudah sekian lama “cuti”, akhirnya dia bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Pak Dokter. Maka berhasilah Pak Dokter menyalip setan, siuttttt….!

Kejadian demi kejadian berjalan begitu lancar. Setiap suami Wirda kembali ke Jakarta, gantian dr. Budi menginjeksinya sekian ampul, jusss! Keduanya sama-sama puas. Dr Budi enjoy, Wirda yang letoy. Maklumlah, sebagai “pasien” baru yang operan dari istrinya, Pak Dokter sangat tekun dan telaten menggarap Wirda. “Geber terus sampai tua…,” kata setan lagi.

Akan tetapi, perbuatan batil takkan pernah langgeng. Lama-lama bidan Darwati tahu juga perselingkuhan suaminya dengan bekas pasiennnya. Ributlah kemudian pasangan suami istri itu. Ketika Bu Bidan menantang, pilih mana antara dirinya dan Ny. Wirda, lha kok dr. Budi menyatakan memilih si bekas pasien. Tentu saja Bu Bidan hancur lebur hatinya bagaikan batu split untuk ngecor beton.

Hanya ada satu pilihan bagi Bu Bidan, daripada hidup menanggung malu, mendingan mati saja. Dan tekad ini dibuktikannya dalam sebuah karya nyata. Beberapa hari lalu dia nekad gantung diri di kamar mandi. Anak-anak Darwati menjerit histeris, sedangkan dr Budi hanya terbengong-bengong. Dia sungguh tidak dhong (faham), gara-gara memanjakan “si entong”, istrinya harus masuk bong (kuburan).

1 comment:

Anonymous said...

Yg lain mana ? ..



POSTING TERBARU

Donload Film SKandal SMA posted by Admin @ 4:40 PM
Free Donload 3GP Indonesia dan Malaysia posted by Admin @ 4:40 PM
Donload Video Bokep TerGRESS Mesum posted by Admin @ 4:40 PM
Gambar-gambar senonok Anak ABG tante dan Mahasiswi posted by Admin @ 4:40 PM































.