Sunday, April 6, 2008

Galaknya Wanita Hamil


Rasanya suami model Gino, 35 tahun, perlu dikutuk mati kena flu burung saja. Bayangkan, istri hamil tua kok dia malah enak-enakan selingkuh dengan wanita lain.Ironisnya, Ayu, 23 tahun, gendakan suaminya tersebut sudah berjanji nggak mau mengganggu suami orang, ternyata hanya wacana di atas kertas. Tak tahan dengan kisah pornoaksi Gino-Ayu, Ny. Suprih nekad menghajar Ayu hingga babak belur. “Nggak saya kirim ke kuburan Karet juga sudah bagus,” begitu kata istri yang tengah emosi itu.

Ini kisah klasik dalam kemelut rumahtangga. Ketika istri hamil hati Gino campur aduk tidak keruan, antara senang dan kesedihan. Senang karena istri bakal punya anak lagi. Tapi Gino sedih gara-gara kehamilan tersebut istri jadi pelit menjalankan sunah rosul. Dulu ketika kandungan tersebut baru usia 3-4 bulan, Suprih masih bisa melandeni hasrat suami minimal 2 minggu sekali. Tapi setelah usia kandungan menginjak bulan ke 8, dia memberikan pelayanan seminggu sekali juga sudah bagus. Bahkan ketika Suprih hamil 9 bulan, Gino malah dibiarkan bengong total setiap malam.

Namanya lelaki normal macam Gino, diembargo istri untuk urusan begituan, pusing juga jadinya,.
Dia sudah berusaha minta dispensasi, tapi tak diberi juga dengan alasan bisa menganggu posisi janin. Suami ngebet tersebut lalu mengadakan penawaran. Ibarat main bulutangkis, Gino berjanji takkan main lop dan smash, cukup backhand saja. Apa jawab sang istrin? “Nggak, enggak, nanti bolanya malah nyangkut di net....,” kata Suprih serius.

Dasar Gino lelaki punya aji pengeyelan, tak dapat pemenuhan syahwati, ya berusaha mencari pemuasan di luar. Ingin sebetulnya dia kawin lagi seperti politisi dan pejabat, tapi modal hanya tampang doang, mana laku. Apa lagi kalau yang dicarinya yang cantik, putih bersih, cerdas, betis mbunting padi, dan bodi seksi, semakin susah digapai. Dan memang itulah repotnya, jika tak punya ban serep, padahal ban kempes di jalan raya.

Untungnya segera ada wanita muda yang mau dikadali. Memang tak secantik kriteria idealnya, tapi setidaknya bisalah dipakai dalam kondisi gawat darurat. Wanita itu adalah Ayu, gadis dari rumah kos-kosan di Jalan Kartini, Jakarta Pusat. Dia mau saja dijadikan arena pemenuhan biologis, yang penting ada ininya (sambil tangan digesek-gesekkan antara ibu jari dan telunjuk). “Kencing di WC umum saja Rp 1.000,- apa lagi kencing enak,” begitu prinsip Ayu.

Ayu pun lalu suka dibawa-bawa Gino, untuk melayani kebutuhan “sporing balansing” dan amplas platina. Sebetulnya hal ini sudah demikian sangat dirahasiakan, tapi lama-lama Suprih pun tahu. Maka Ayu lalu dilabrak, tapi kala itu suhu kepala istri Gino masih sedingin salju. Jadi meskipun marah tak sampai ngamuk. Untuk formalitas Ayu dipaksa bikin nota tertulis di atas segel, yang isinya pernyataan sikap bahwa takkan lagi mengganggu suami orang. Ketetapan ini ditetapkan di Sawah Besar, tanggal sekian, sekian, srett.

Tapi ketetapan di Sawah Besar ini susah dikompromikan dengan Gino yang bernafsu besar. Bahkan dia melarang gendakakannya menaati perjanjian itu. Katanya, segala omongan Suprih istrinya tak usah digubris, bila terjadi resiko itu adalah tanggungjawab penumpang, maksudnya ya si Gino yang memang selalu menumpangi Ayu. “Pokoknya kita kembali ke laptop.....,” kata Gino yang sok mbagusi macam Tukul Arwana.

Itu artinya Ayu kembali melayani kencan-kencan bersama Gino. Dan lagi-lagi Suprih berhasil mencium perselingkuhan Ayu bersama suaminya. Kali ini habis sudah kesabaran. Kurang ajar betul perempuan gatel satu ini. Bikin perjanjian segala, tapi isinya hanya retorika belaka. Maka dia pun lalu mengancam, bila persekutuan mesum itu tak dihentikan, Ayu tinggal memilih. Tangan kiri masuk RSCM, kalau tangan kanan langsung ke TPU Karet. Pilih mana?

Kenyataannya Ayu memilih opsi yang kedua. Maka ketika suaminya pas tak main ke rumah kos-kosan gendakannya. Suprih segera meluncur ke sana. Tanpa banyak bicara lagi Ayu dihajar sampai babak belur. Meski dalam kondisi hamil, sepak terjang Suprih ternyata masih sangat meyakinkan. Srat sret, was wush, lalu tahu-tahu gedubrak Ayu terjengkang dan pingsan.

Ayu digotong ke rumahsakit, Suprih melenggang mantap pulang ke rumah. Akan tetapi kepuasan batin itu tak berlangsung lama. Sebab beberapa jam kemudian keluarga Ayu melaporkan wanita itu ke polisi, sehingga Suprih langsung digelandang ke Polres Jakarta Pusat. “Orang kok nggak ada syukurnya, cuma dikirim ke rumahsakit kan masih bagus,” kata Suprih nyaris tanpa merasa berdosa.

Hati boleh panas, Mbak. Tapi jangan main hakim sendiri, lah iyayauuwww.

1 comment:

Anonymous said...

wah enak banget ya jadi suaminya,yang bejat kan suaminya tuh,udah tahu bakal jadi calon bapak,malah mengumbar syahwat...,ntar kalau nggak sama ayu,pasti ada cewek lain,...kok ada ya suami macam binatang gitu....? atau jangan-jangan banyak suami macam binatang begitu....??? jadi ngeri mau cari suami...