Wednesday, April 16, 2008

Desahan Pembawa Sial



Selingkuh itu enak ngkali, ya? Buktinya Kamisih, 23 tahun, sampai mendesah-desah ketika bergumul dengan Samijo, 27 tahun, kekasih gelapnya. Tapi gara-gara desahan tak terkontrol itulah, praktek mesumnya terendus kakak iparnya sendiri. Baru saja turun dari ranjang mesum pedagang kelontong di Pasar Minggu itu digelandang warga ke kantor polisi Polres Jaksel. Tingggalah Daryun, 30 tahun, suami Kamisih yang geleng-geleng kepala menyaksikan pengkhianatan bini.

Istri wajib setia pada suami, itu bukan sekadar dogma, tapi ajaran agama. Dengan alasan mencari pahala, boleh-boleh saja senyumnya ditebar untuk siapa saja, dari Sabang sampai Merauke juga nggak apa. Tapi khusus bibir selaku sumber senyum itu sendiri, mutlak hanya untuk suami. Orang lain tak boleh berperan serta. Karena kalau itu sudah dilanggar, hukumnya dosa dan kategorinya zina.
Tapi Kamisih yang tinggal di Kompleks AL Rawabambu, Pasar Minggu Jakarta Selatan ini, tak peduli akan semua itu. Senyum memang diberikan kepada siapa saja, tapi bibirnya diberikan juga cuma-cuma pada selingkuhannya, Samijo, yang sesama pedagang kelontong di Pasar Minggu. Jadi kalau bibir Kamisih sampai dower dibuatnya, barangkali karena itulah asal muasalnya.

Istri Daryun memang selama ini berjualan kelontong di Pasar Minggu. Kebetulan kiosnya berdekatan dengan kios milik Samijo. Dasar pedagang kelontong ini mata keranjang, meski sudah punya “kendaraan” sendiri di rumah, melihat kecantikan Kamisih masih ngiler juga. Di sela-sela kesibukannya berdagang, dia selalu berusaha untuk mengadakan pendekatan pada Kamisih.

Awalnya Kamisih tak menyadari akan aspirasi urusan bawah Samijo. Tapi karena lelaki ini nyosor terus, lama-lama dia ngeh juga. Kala itu dia tak mau menanggapi. Selain dia tak mau mengkhianati keluarganya, Samijo sendiri juga bukan manusia bebas merdeka. “Kita sesama pedagang dilarang saling selingkuhlah….,” kata Kamisih mengacu semboyan biskota dulu.

Ternyata Samijo menganggap sepi penolakan tetangga pedagang itu. Dia terus saja nyosor. Semboyannnya, takkan lari gunung dikejar, takkan surut banjir ditunggu. Targetnya, Kamisih harus bisa ditundukkan. Samijo belum puas rasanya bila wanita beranak tiga itu belum bertekuk lutut dan berbuka paha untuk dirinya. Baginya, mendapatkan bini Daryun adalah suatu kebahagiaan tiada tara.

Istri Daryun ini memang cantik luar biasa, setidaknya menurut Samijo. Betapa cantiknya wanita itu, sampai-sampai Kamisih tak diberi kesempatan istirahat. Digeber terus oleh suaminya, sehingga meski baru berusia 22 tahun anaknya sudah tiga biji. Setiap habis melahirkan, 40 hari kemudian Daryun sudah produksi lagi. Pendek kata dia tak mau keduluan setan!

Ketelatenan Samijo mendekati Kamisih membawa hasil. Buktinya belakangan dia mau diajak jalan-jalan, diajak makan-makan dan dibelikan ini itu. Ujung-ujungnya, pedagang kelontong itu juga ingin memanjakan “si entong”. Maksudnya ingin mengajak Kamisih berhubungan intim bak suami istri. Dan entah kena bakaran kemenyan dari mana, tahu-tahu istri Daryun ini melayani. Di sebuah hotel, keduanya memadu kasih berpacu dalaaaaam birahi!

Agaknya kencan terus-terusan di hotel mahal di ongkos, sehingga Kamisih kemudian mengajak kelon di rumah sendiri. Kemungkinan itu ada, karena suami dan anak-anaknya pergi ke rumah familinya. Nah di saat rumah aman secara mantap terkendali itulah, keduanya berbagi cinta sampai mendesah-desah lepas kontrol.

Hari nahas itu pun tiba, ketika Hambali kakak ipar Kamisih, kebetulan hendak bertamu ke situ. Mendengar desah-desah nikmat tersebut, dia urung masuk karena menduga iparnya tengah “melayani” suaminya. Nggak tahunya, begitu keluar kamar, yang ada kok malah orang lain. Hambali segera menghubungi warga dan Samijo yang mau beranjak dari rumah Kamisih langsung dicegat. Kelanjutannya, di kantor Polres Jaksel semuanya terungkap, memang sudah lama dia sering menggauli bini Daryun.