Wednesday, August 6, 2008

Lempar Nafsu Sembunyi Janda


Perilaku Kepala Pekon (Kades) di Lampung ini sungguh kelewatan. Meski banyak bukti bahwa Nasrun, 40, menghamili janda Tina, 36, tetangganya, tapi tak mengaku juga. Bahkan janda itu kemudian “dihilangkan” untuk melenyapkan aib. Bukankah ini sama saja dia lempar nafsu sembunyi (kan) janda?

Andaikan Nasrun ini seorang politisi, bolehlah membentuk Partai Karya Peduli Janda dan segera didaftarkan ke KPU. Soalnya, meski sudah punya anak bini dia masih hobi banget menggoda janda. Jika hanya sekadar digoda, itu masih mending. Yang terjadi, sekalian dibuat ternoda. Soalnya, nasib janda Tina tetangga sekaligus warga sendiri, juga begitu. Setelah dipacari selama 2 tahun, tahu-tahu janda tersebut hamil dan sekarang malah menghilang.

Rasio dan logika tak berlebihan kiranya, jika tuduhan itu dialamatkan pada Kades Nasrun ini. Soalnya, sebelum Tina menghilang secara misterius, warga banyak melihat Kades Sridadi Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus ini, suka beranjangsana ke rumah Tina. Jika sudah mampir ke sini, betahnya bukan main. Kalau film layar lebar, bisa sudah dua film yang selesai diputar. Atau sangat boleh jadi, Nasrun – Tina justru “main film” sendiri di kamarnya.

Etika dan moral memang kadung dinafikan oleh Pak Kades. Maklumlah, meski sudah janda dan hanya orang kampung, tapi Tina memang enak diselingkuhi dan perlu. Wajah dan penampilannya Tina tak kalah dengan Tina Talisa penyiar TV-One itu. Sama putihnya, betis sama mbunting padinya dan sama suka pakai rok kuning juga. Cuma bedanya, Tina Talisa itu dokter gigi Unpad yang mantan Putri Indonesia (Jabar), sedangkan janda Tina sering sakit gigi dan putri dari Indonesia asli.

Yang namanya lelaki, kecantol wanita bahenol pantat nonjol, pastilah siap kobol-kobol (tekor). Itu pula yang dilakukan Nasrun, ketika tahu-tahu kekasih gelapnya hamil. Diam-diam Tina disembunyikan di suatu tempat, sedangkan anggaran sehari-harinya atas tanggungan Pak Kades. Bukan itu saja, Anik, 8, anak Tina yang kini ikut neneknya, sering pula diberi uang oleh Nasrun. Bagi Pak Kades, agaknya “mengamankan” Tina lebih aman daripada harus menikahinya menjadi istri kedua.

Anehnya, meski banyak saksi yang mengetahui skandal Pak Kades, dia masih juga berkelit bahwa sama sekali tak ada hubungan istimewa dengan sijanda. Soal dia suka berkunjung ke rumah Tina, memang diakui. Tapi apa salahnya pamong desa sering mengunjungi rumah warganya? “Kalian ini jangan suka mengembangkan budaya curiga,” tangkis Nasrun, lagaknya macam pejabat Orde Baru saja.

Namun keluarga Tina tetap saja tidak percaya. Sebab apa urusannya Nasrun kok suka memberi uang pada anak Tina? Apa lagi Anik juga pernah nyolong-nyolong membaca SMS di HP Nasrun yang berbunyi: "Pa, apakah papa tega anak kita diurusin orang lain." Kata Anik, itu pasti SMS dari ibunya, yang kini entah berada di mana. Karena itu pula orang tua Tina mereka-reka, pastilah putrinya disembunyikan untuk sementara waktu. Setelah bayi itu lahir dan diambil anak oleh pihak lain, barulah Tina dimunculkan kembali.

Karena Nasrun terus berkelit, orangtua Tina pernah berusaha menggledah rumah Pak Kades. Tapi niat itu diurungkan, sebab di samping dirinya bukan anggota KPK, nanti Pak Kades jadi naik derajat macam anggota DPR saja. Oleh karenanya, jalan paling bijak adalah melaporkan Pak Kades ke Polsek Wonosobo untuk segera diusut. Tapi seperti yang sudah-sudah, Nasrun tetap bersikeras tidak tahu menahu keberadaan Tina. “Kurang kerjaan amat, menyembunyikan janda segala,” begitu dalihnya. Lalu siapa yang ngumpetin? Apa yang nulis rubrik ini, yang benar saja!

No comments: