Wednesday, August 6, 2008

Diperkosa Kok Ngawet

Untuk Minati, 27, agaknya predikat diperkosa lebih bermartabat daripada berselingkuh, meski isinya sama saja: persetubuhan di luar nikah! Tapi Ny. Warsini, 40, yang tahu persis skandal suaminya di kebun tebu itu, langsung membantahnya. “Perkosa apaan, wong nganggo ngawet barang kok ,” ujarnya di depan polisi.

Lelaki macam Basori, 45, memang boleh juga dikategorikan sebagai makhluk pemakan segala. Soalnya apa saja doyan dia, persis tikus. Nasi doyan, tiwul nggak nolak, pisang goreng nggabes ae (rakus banget), apa lagi ketan urap. Paling fatal, bukan saja makanan, orang pun Basori makan juga. Buktinya, sudah beberapa waktu lamanya terdengar sas sus dia demen “makan” bini tetangganya di Desa Tanjungkamal Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo (Jatim).

Tentu saja makan model beginian tidak bisa terbuka sebagaimana orang kenduri. Semua dilakukan secara diam-diam, tanpa setahu warga, dan lebih penting lagi: tanpa setahu suami Ny. Minati. Soalnya ya itu tadi, risikonya sangatlah besar. Jika sekedar sanksi hukum, bisa diperingan dengan kekuatan uang. Tapi kalau sanksi clurit dari suami selingkuhan? Wah, ini yang gawat; soalnya di Carefour dan Matahari pun, belum pernah dijual nyawa cadangan.

Asal ingat resiko mahal semacam itu, ngeri-ngeri juga Basori nyosori istri tetangganya tersebut. Tapi setiap melihat tubuh putih mulus Minati yang juga sangat minat dalam urusan selingkuh, lupalah segala konsekuensi. Maka dengan menafikan segala etika dan moral, diam-diam Basori terus jadi anggota aktif Front Pengkhianat Istri. Bayangkan, alasannya ke sawah mengaliri kebun tebu, sesungguhnya malah “mengaliri” Minati di antara rumpun-rumpun tebu yang mulai meninggi,

Heran juga sebetulnya. Kenapa Minati yang masih begitu muda belia, mau juga dikeloni lelaki yang sudah menjelang tua. Apa sih kelebihan Basori? Politisi bukan, pegawai negri juga tidak. Atau karena suami Ny. Warsini merupakan calon kuat sebagai penerima BLT pemerintah @ Rp 100.000,- sebanyak tiga kali? Itu sih sama saja, karena suami Minati juga sudah mendaftar pada Pak Kades. Cuma masalahnya, Pak Kades yang pusing, karena data orang miskin makin membengkak dari tahun 2005 dulu.

Yah, pokoknya adalah! Ada sesuatu yang membuat Minati bertekuk lutut dan berbuka paha manakala diajak kencan Basori, meski hanya di kebun tebu. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, sore-sore habis ashar janjian ketemu di kebun tebu. Tapi sialnya, perilaku mereka diam-diam dikuntit oleh Ny. Warsini. Maka ketika Minati – Basori tengah bergulat antara hidup dan mati, tahu-tahu Warsini muncul dan menginjak pantat suaminya. “Terus-terusna kono (silakan terus sampai puas),” maki Warsini ketus.

Alamak! Kontan keduanya bangkit dengan memendam sejuta malu. Buru-buru Minati kabur setelah kena tempeleng istri selingkuhannya. Sedangkan Basori tak berkutik “ditenteng” istrinya diajak pulang, persis adegan sinetron “Para suami takut istri”. Selain melapor ke polisi, Warsini juga berwarta berita ke mana saja tentang skandal Minati dengan suaminya itu. Pendek kata dia sengaja bikin malu perempuan gatel itu. Yang kendho tapihe (tak setia) lah, yang pelacurlah!

Nyonya Minati sudah barang tentu kehilangan muka. Dia jadi lupa akan segala konsekuensinya. Di matanya kini, diperkosa lebih bermartabat daripada selingkuh. Karena ketika diperiksa polisi, dia berulangkali menyatakan bahwa diperkosa Basori, meski itu akan memperberat sanksi hukum bagi gendakan. Giliran Warsini yang membantah, dengan bukti tamparan di pipi Minati. “Apane sing diperkosa, wong kowe nganggo ngawet barang kok (apanya yang diperkosa, orang kakimu melingkar di punggung suamiku),” kata Warsini tanpa tedeng aling-aling, sehingga Pak polisi pun terpaksa senyum dikulum.

KO nggak Minati kalau begini, gara-gara begituan!

No comments: