Tuesday, July 29, 2008
“Kaya” Guru Wisata Bakti
Kerjaan belum jelas, tapi urusan “ngerjai” cewek jago dia. Itulah Sumar, 25, guru wiyata bakti dari Banjarnegara (Jateng). Dua gadis hamil sekaligus gara-gara ulahnya. Karena dipoligami para korban juga tak sudi, hampir saja keluarga sigadis menjadikan Sumar bergedel. Untung polisi berhasil menyelamatkannya.
Umur Sumar sudah seperempat abad, tapi pekerjaan yang pasti belumlah punya. Kalau sekarang menjadi guru SD di Wonodadi Kabupaten Banjarnegara, statusnya baru wiyata bakti alias honor sekedarnya. Dia bisa magang di situ juga karena budi baik kepala sekolahnya saja. Tapi bisa diangkat atau tidak sebagai guru tetap yang PNS, sangat tergantung keuangan di Pemda. Soalnya pemerintah sendiri masih pusing menyelesaikan guru-guru honorer yang sudah puluhan tahun kerja bakti.
Ironisnya, meski gaji bulanan belum jelas, dalam urusan cewek Sumar ini maju sekali. Maklum, namanya juga anak muda. Di desa tempatnya kos, dia menjalin asmara dengan gadis Erni, 20, anak tuan rumah. Namanya juga pacaran di era gombalisasi. Jika hanya pegang-pegangan tangan dan jalan bareng, tidaklah puas mereka. Hubungan suami istri yang belum jadi hak mereka, sudah dikerjakan juga. “Sebagai guru percobaan, boleh dong nyobain yang lain,” begitu kata Sumar.
Namun kisah kasih mereka tak berjalan mulus. Ada cowok lain yang cemburu, sehingga Sumar pun terlibat perkelahian dengan sang pesaing. Demi keamanan selanjutnya, Pak Guru honorer ini memilih pindah tempat ke Desa Luwu Kecamatan Rakit. Adapun hubungannya dengan si Erni juga jalan terus, termasuk hubungan intim bak suami istri tersebut. Justru makin jauh itu mereka menjadi makin kangen, sehingga “setruman”-nya pun menjadi semakin hot.
Gilanya si Sumar, di tempat barunya dia juga terlibat affair dengan gadis setempat. Seperti si Erni juga, gadis kembang desa itu tak urung disetubuhinya juga bak istri sendiri. Maka dunia muda Pak Guru ini semakin indah saja. Dia bisa nyetrom sana nyetrom sini. Kangen pada Erni tinggal kontak-kontakan dan setrom-setroman. Rindu pada Dian, 22, apa lagi, namanya juga tinggal sekampung. Bila tempat dan situasinya mantap terkendali, keduanya pun masuk kamar menuju taman surgawi.
Inilah yang tak pernah dipikirkan Sumar. Entah sudah berapa kali dia nyetrom sana nyetrom sini, tahu-tahu Erni dan Dian kompak hamil bareng. Tentu saja orangtua masing-masing menuntut Sumar untuk bertanggungjawab. Keluarga Pak Guru sebetulnya mau saja menyelesaikan, begitu pula si Sumar. Sebab soal ngrangkep mengajar di kelas juga sudahlah biasa. Jadi merangkap dua bini apa repotnya. “Mengatasi ramainya 80 mulut anak-anak saja bisa, apalagi hanya dua mulut, encerrrrr….!” begitu dia berdalih.
Namun tentu saja baik Erni maupun Dian tak sudi dipoligami, sedangkan dari mereka mengalah salah satu juga tidak mau. Lantaran Sumar tak juga bisa menyelesaikan “hasil karya”-nya secara bijak, keluarga Dian hampir saja mengeroyok oknum guru tersebut untuk dijadikan bergedel. Untung saja polisi Polres Banjarnegara segera bertindak. Sumar yang doyan nyetrom sini nyetrom sana tersebut diamankan, kalau tak mau disebut ditahan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment