Tuesday, July 29, 2008
"Gatel"-nya Tukang Sekam
Sekam itu bikin gatel. Tapi bagi Kasman, 39, yang profesinya buruh pengangkut sekam, sehari tak mengganggu bini tetangga, gatel juga. Padahal, gara-gara “kegatelan”-nya tersebut, nyawanya nyaris tinggalkan badan akibat dibabat clurit suami Ny. Tatik, 31. Kasman masuk rumahsakit, Wisnu, 34, dicari polisi.
Enaknya selingkuh itu di mana to, kok orang-orang berlomba melakukannya? Buktinya, kolom ini tak pernah kehabisan bahan. Dari wakil rakyat hingga pejabat, terlibat urusan ranjang tidak terdaftar di KUA itu. Yang paling ironis sekaligus nylekuthis (tak tahu malu) adalah Kasman warga Desa Pohsangit Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo (Jatim). Betapa tidak, status sosialnya hanya kelas akar rumput kok ikut-ikutan segala.
Namun rupanya Kasman menganggap bahwa selingkuh merupakan hak semua anak bangsa. Setelah terlalu sering melihat tayangan orang selingkuh masuk teve, dia “terpanggil” ikut pula bergabung dalam barisan mesum tersebut. Buktinya, dia belakangan mulai lirak-lirik Tatik, bini Wisnu tetangga yang sama-sama juga orang tani. Padahal di rumah, sebetulnya Kasman juga sudah memiliki istri sendiri.
Andaikan Kasman berani melangkah lebih jauh, dalam rangka “melangkahi” Ny. Tatik, itu juga karena sinyal-sinyal hijau yang dinyalakan istri Wisnu. Bila mana ketemu di tempat penggilingan padi, Kasman suka menggoda Tatik, tapi dianya tidak marah. Bahkan sekali waktu bini Wisnu ini bercerita bahwa suaminya sudah beberapa waktu lamanya tak memberikan “jatah” rutinnya. “Kalau gitu sesuai dengan namanya. Wisnu itu memang wis ora nganu (sudah tidak mampu),” kata Kasman.
Naluri kelelakian kuli pengangkut sekam itu pun muncul. Dia ingin memberikan pertolongan pada saat yang tepat. Di kala Tatik sangat membutuhkan, apa salahnya memberikan bantuan. Bukankah ini sebuah kerjasama nirlaba yang sangat menggairahkan? Pokoknya simbiosis mutualif (kerjasama saling menguntungkan) lah. Prinsip Kasman, bila aku dan dia sama-sama setuju, kan semuanya bisa diatur.
Tapi sayang, kekuatan “si entong” tak sebanding dengan kemampuan kantong. Ingin sebetulnya Kasman segera membereskan Tatik tersebut, tapi lokasinya di mana? Jangankan membawa ke hotel berbintang, mengajak ke losmen kelas melati saja keuangan Kasman tak pernah siap mendukungnya. Apa lagi memenuhi ajakan Tatik ke kamarnya, dia sama sekali tak berani. “Konangan bojomu, modar aku (ketahuan suamimu, matilah aku),” kata Kasman.
Impian-impian indah itu akhirnya hanya dilampiaskan dengan sistem kejar tayang saja. Paling-paling senggal senggol di balik dinding mesin gilingan padi, krusak krusek berbaur gatelnya sekam yang beterbangan. Memang gelora asmara Tatik – Kasman tak bisa maksimal, tapi memang hanya itulah yang mampu dilakukan. Ibarat orang baca buku, dari Senin (21/4) dulu hingga sekarang, baru sampai “kata pengantar” melulu.
Apesnya, meski Kasman hanya baru tingkat main colek dan senggol saja, sudah ada pihak-pihak ketiga yang mengetahui, sehingga laporannya sampai pula kepada Wisnu selaku pepekujang (pejabat pelaksana kuasa ranjang). Tentu saja dia marah. Tapi sayang, Tatik istrinya ketika diklarifikasi soal perselingkuhan itu membantah keras. “Nggak ada mas, semuanya masih utuh buntelan plastik,” kata Tatik ketus.
Sangkalan istri boleh saja begitu, tapi intuisinya mengatakan bahwa Kasman memang sosok yang perlu diwaspadai. Maka setiap melihat lelaki tetangga itu cengengesan, Wisnu menjadi muak sekali. Beberapa hari lalu, dendam kesumat itu terbayarkan. Baru saja Kasman memanggul sekarung sekam, langsung diclurit. Karena kalah posisi, meski awalnya sempat melawan, akhirnya roboh juga. Dalam keadaan luka berat Kasman dilarikan ke RSUD Moh. Saleh. Sedangkan Wisnu yang kabur setelah eksekusi, kini jadi buronan polisi.
Apes amat Kasman. Makan durian baru dapat baunya, belum kena pongge-nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment