Wednesday, May 7, 2008

Tusuk Dulu Urusan Belakang


Tatkala suami tergila-gila pada perempuan lain, bagaimana istri tidak sewot? Itu pula yang dilakoni wanita dari Bojonegoro (Jatim) ini. Sementara suami mbregudul (keras kepala) dan perempuannya nyosorrr terus, Warti, 38, bertindak tegas. Musuh bebuyutan itu ditusuk pisau jusss, dan urusan belakanganlah!

Agaknya Bripka Widyo, 43, sebagai polisi tak hanya jeli pada tindak kejahatan. Pada wanita cantik berpantat gede yang menjanjikan kenikmatan, dia semakin jeli lagi. Dari gerak gerik dan sorot mata perempuan itu, Widyo bisa memastikan bahwa wanita di depannya tersebut bisa “diolah” sedemikian rupa. Tinggal masalahnya, ada keberanian atau tidak? Soalnya, keberanian di sini bukan sekedar dari sisi onderdil, tapi juga sisi materil untuk mendukung Operasi Cinta si anggota bayangkara.

Kawan kita dari Desa Pasinan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro ini memang tengah dilamun asmara. Dia terpikat pada senyum manis cewek bernama Hesti Ambarwati, 27. Cantik namanya, cantik pula orangnya. Pendek kata bisa mengingatkan pada lagunya Lilis Suryani di tahun 1960-an. “Oo….Hesti, mengapa wajahmu mirip dia, dia yang selalu menawan hatiku, kau datang di kala aku rindu. Bila kupandang wajahmu, hatiku tersayat sedih, karena teringat selalu, dia yang telah pergi….!

Pada paruh waktu perjalanan hidupnya, Bripka Widyo memang pernah jatuh cinta pada cewek mirip Hesti yang kini ada di depannya itu. Seakan gadis masa lalu tersebut kembali hadir di depannya, dan sengaja dikirimkan Tuhan untuknya. Kenapa beramsumsi demikian? Sebab lagak dan gayanya, si Hesti ini sangat pasrah. Diapakan saja mau, pendek kata: minakjingga, miring penak njengking mangga (miring enak, nungging hayo saja).

Ada cewek cantik kok dianggurkan, ora ilok (pantangan) bagi Bripka Widyo. Setelah berkenalan disusul tawaran jalan bareng, ternyata si Hesti memang tidak menolak. Selanjutnya oknum polisi ini jadi lupa pada yang di rumah. Pada kesempatan jalan bareng berikutnya, Hesti tak hanya dipandangi sebagaimana kata Lilis Suryani, tapi langsung digauli bak seorang istri. Dan karena selingkuh itu enak full deg-deg plas, akhirnya jadi rutinitas. Setiap ada kesempatan pastilah Hesti diajak kelon dengan segala dinamikanya.

Sering dikeloni oknum polisi, lama-lama perut Hesti menggelembung. Sebagai lelaki tanggungjawab Widyo segera mengawininya secara siri, bahkan ditempatkan di sebuah rumah kontrakan. Celakanya, karena hanya bertetangga kampung, dengan pede-nya Hesti sering minta uang pada Widyo di jalan. Ini dilakukan juga ketika Hesti sudah melahirkan bayinya. Lama-lama tentu saja, ada tetangga yang tahu dan praktis segera dilaporkan pada Ny. Warti selaku pihak terkait.

Tak pelak lagi Ny. Warti naik pitam, suaminya diinterogasi, dipaksa menjawab 10 pertanyaan. Tapi dia tetap tak mengaku, bahkan berani sumpah dijejeli apem (mulut disumpal apem) bila berbohong. Gagal menekan suaminya, gantian Ny. Widyo mendatangi Hesti, minta jangan sekali-kali mengganggu suaminya. “Gara-gara kamu, yang terbagi bukan hanya si entong tapi juga kantong. Tahu nggak kamu ha….?” Tegur Warti keras.

Ironisnya, Hesti tak juga gentar dengan teguran keras. Asal ada kesempatan, selalu saja minta duit pada Bripka Widyo. Jelas istrinya yang baku semakin nyap-nyap. Gila, uang bulanan tekor, suami masih juga disosor. Beberapa hari lalu Ny. Warti jadi nekad. Saat melihat gendakan suami jalan menggendong anak, amarahnya berkobar. Tanpa ampun lagi Hesti ditusuk jusss. Sementara Hesti dilarikan ke RSU Bojonegoro, istri Bripka Widyo ditangkap polisi Polsek Baurena untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ketika diberi tahu Hesti masuk rumahsakit, komentarnya pendek saja: kok gak modar sisan, wong wedok gatele eram (kepana nggak mati sekalian, perempuan kok gatel amat). Gatel ya digaruk lah iyauwwww.

No comments: