Wednesday, May 7, 2008

“Nyosor” Ibu Rumahtangga


Menyelingkuhi wanita karier memang lebih aman dari pada menyelingkuhi ibu rumahtangga murni. Tanyakan saja pada Imron, 40 tahun, dari Kemayoran Jakpus ini. Gara-gara yang dicomot Ny. Yayuk, 36 tahun, ibu rumahtangga yang jarang keluar, begitu dia dibawa ke hotel oleh Imron, suaminya pun curiga. Maklum, saat dibel ke rumah, telepon tak diangkat-angkat. Kemana saja istri? Nah, berantakan deh semuanya.

Aman nggak aman, kalau bisa jangan selingkuhlah. Sebab segala sesuatu yang model spanyol (separo nyolong), tak pernah tenang dinikmati. Bagi para pelakunya sih hepi-hepi saja, tapi sadarkah bahwa ada pihak lain yang memaki babi babi, akibat perbuatan tersebut? Siapa sih lelaki atau wanita yang rela, ketika pasangan tercintanya dikencani pihak lain?

Malangnya, peselingkuh kadang sekadar membeli sebuah sensasi. Soal “menu” sebetulnya baik yang di rumah maupun yang di luaran, rasanya sama saja. Tapi karena yang di luar diperolehnya lewat perjuangan, jadi ada sebuah tantangan. Berbeda dengan yang di rumah, menu itu bisa diambil kapan saja, sehingga tak pernah menciptakan kesan mendalam.

Agaknya Imron yang tinggal di Jalan Tembaga Dalam, Kelurahan Harapan Mulya, Jakpus, punya pemikiran serupa. Selingkuh baginya sekadar memburu sensasi. Cuma meski sudah lama malang melintang dalam dunia asmara bawah tanah, dia tak pernah mempertimbangkan segi keamanannya antara wanita ibu rumahtangga murni dan wanita karier. Asal dia naksir, langsung main sosor saja, sorrrrr!

Sepekan lalu dia kena batunya, ketika main mata dengan Ny. Yayuk, tetangganya sendiri hanya lain gang. Bini Hendra, 43, ini memang cakep. Baik perwajahan maupun perbodian semuanya memenuhi syarat. Meski sudah punya dua anak, tapi bodinya masih sekel nan cemekel. Maklum, Ny. Yayuk yang berkulit putih bersih itu sangat pandai merawat tubuh. Lenggang lenggoknya selalu membuat kaum lelaki berkhayal yang enggak-enggak.

Agak lumayan lama Imron mengincar bini tetangga tersebut, tapi peluang tak juga nemu. Setiap mau diajak jalan bareng selalu nolak dengan alasan tak mau rumahnya kosong. Memang, Yayuk pergi keluar hanyalah ketika ke warung, pasar, bezuk orang sakit, kegiatan PKK atau Jumantik di kampungnya. Di luar itu, pergi jauh-jauh pastilah bareng suami. “Orang kok kalah sama Kyai Slamet,” ledek Imron, karena tahu Ny. Yayuk ini orang Sala, dan Kyai Slamet adalah kerbau kraton yang suka kelayapan ke mana-mana.

Yayuk tak pernah peduli diledek sebagai Kyai Slamet si kebo kraton atau Kyai Kanjeng si Emha Ainun Nadjib. Yang penting cukup memenuhi kodratnya sebagai ibu rumahtangga murni. Biarkan saja disebut kerjanya hanya mamah dan mlumah, yang penting Hendra suaminya bahagia karenanya. Dan Yayuk pun sadar, karena kecantikannya pula, ibarat kata kerjanya tiap hari memang disuruh mlumaaaah melulu.

Akan tetapi sayang seribu sayang, kecantikan Yayuk tak didukung oleh ekonomi mapan Hendra. Contoh soal, ketika rumah kontrakannya nyaris habis, lelaki berbini cantik ini kelabakan cari duit. Nah sementara suami belum ketemu lobang pinjaman, Yayuk mencoba pinjam pada Imron sang pengagum. “Ada, tapi tak enak menyerahkan di rumah, gak enak sama istri,” kata Imron memasang jaring-jaring kalamangga.

Namanya juga orang kepepet, Yayuk nurut saja ketika diam-diam diajak pergi ke suatu tempat. Ee, ternyata dibawa ke sebuah bangunan mewah di bilangan Sawah Besar, yang ternyata sebuah hotel. Mau berkelit sudah terlambat. Akhirnya Imron memang mengeluarkan uang Rp 5 juta dari dompetnya. Tapi imbalannya, “dompet” Yayuk yang bukan made in Tanggulangin (Sidoarjo) itu harus diserahkan.

Gairah sekali Imron menikmati barang colongan tersebut. Cuma dia tak tahu bahwa selama Yayuk dibawa ke hotel, Hendra telepon melulu ke rumah. Ke mana kok tak diangkat. Jangan-jangan istrinya pergi. Apa besuk orangsakit, belanja ke pasar atau ikut kegiatan PKK di kelurahan? “Kok nggak ada yang beres hari ini,” gumam Hendra.

Keesokan harinya dia lalu mematai-matai bininya. Eh ternyata pergi ke hotel bersama Imron tetangga sekampung. Dia masih mencoba bersabar dengan pesan pada satpam hotel, bila lain hari Yayuk ke situ lagi dengan membawa lelaki, harap segera mengontaknya. Tentu saja satpam oke-oke saja, apa lagi diberi uang tip.

Ujung perselingkuhan itu berakhir. Beberapa hari kemudian ternyata kembali Yayuk – Imron menggelar selingkuh tersebut. Satpam segera mengontak Hendra. Dan benar juga, ketika keduanya tumpang tindih dalam kondisi bugil, suami Yayuk menggerebeknya. Pasangan selingkuh itu tak berkutik lagi, ketika digelandang ke Polres Jakpus. Imron menyesal, kenapa berani-berani menyelingkuhi ibu rumahtangga murni. “Kalau wania karier, pergi seharian juga nggak ada yang curiga, Bleh…,” kata setan.

No comments: