Wednesday, May 7, 2008

“Mengamankan” Bini Satpam


Dosa apa yang pernah dilakukan Sopan, 42 tahun, satpam dari Karawang ini? Di kala sibuk kerja mengamankan asset komplek perumahan, bini di rumah malah “diamankan” lelaki lain. Sudah 7 bulan Rahma, 37 tahun, bininya diselingkuhi Khanofi, 53 tahun, seorang PNS. Bahkan belakangan, istri yang telah memberi dua anak itu dilarikan dan dikeloni di rumah kontrakan Telukjambe.

Enak nggak enak memang punya bini cakep. Enaknya, bini cakep kan selalu nyaman dipandang dan asyik digoyang. Ibarat nasi, meskipun sebetulnya rasa sama saja, tapi ketika ditaruh pada piring kembang kan jadi lebih menarik. Akhirnya, sebagai suami, ketika menyantap “nasi” tersebut tentu menjadi lebih bergairah dan bersemangat.

Walaupun begitu, harus disadari bahwa bini cakep suka mengundang masalah. Soalnya, kecantikan istri sering kali membangkitkan selera lelaki lain. Di sini pula tidak enaknya. Jika bini telah menjadi incaran orang, suami bisa makan hati. Apa lagi bila pihak istri yang dicintai tersebut menanggapi “serangan” dari luar. Ini pertanda bakal wes hewes hewes, bablas……bojone!

Itu pula lakon yang tengah dialami oleh Sopan, seorang satpam di kompleks perumahan Bukit Indah Cikampek. Awalnya, dia bangga betul beristrikan Rahma yang cantik macan Rahma Sarita penyiar Metro TV itu. Bodi dan perkulitannya sama, bodas ngeplak (putih bersih) juga. Kalau ada bedanya, Rahma Sarita selalu muncul di tipi, sedangkan Rahma bininya Sopan selalu…..jualan kopi!

Istri Sopan sehari-harinya memang jualan atau buka warung kopi di rumahnya, kampung Rawasari, Jomin Barat, Karawang. Soalnya ya itu tadi, bini cakep bila tak didukung finansial yang memadai juga repot. Jika mau berkata sejujurnya, gaji Sopan sebulan sesungguhnya tak cukup untuk beli piranti make up istrinya, agar selalu tampil mencorong dan kinclong. Apapun alasannya, kecantikan memang butuh perawatan.

Nah, karena gaji Sopan memang tak besar, Rahma harus rela ikut banting tulang mencari duit. Sesuai kemampuan dan modal yang dimiliki, tak ada lain ya buka warung kopi itu tadi. Dan lagi lagi, berkat kecantikan Rahma, warung kopi itu laris manis. Maklum, mereka tak sekadar minum kopi, tapi bisa menikmati kecantikan Rahma. “Sekarang nyeruput kopinya, siapa tahu nanti bisa nyeruput bibir pemiliknya,” bisik para tamu ketika merenda khayal.

Salah satu pelanggan warung Rahma adalah Khanofi, seorang PNS yang tinggal di Kandiwa, Klari. Bila dia sedang ngopi di situ, lagaknya macam seniman Senen tahun 1960-an. Ngopinya hanya segelas, duduknya berjam-jam. Tapi motifnya bukan karena nunggu dibayari orang, melainkan karena Khanofi ingin berlama-lama menatap wajah si putri jelita. Ngobrol ngalor ngidul, srupat sruput minum kopi, tangan juga jowal-jawil.

Pendek kata, minum kopi hanya sekadar alat Khanofi untuk mendekati bini Sopan. Rahma sendiri awalnya juga risih dengan sikap oknum PNS itu. Habis dia kalau menatap dirinya seperti kucing lihat bandeng presto, mau dikremus sampai ke tulang-tulangnya. Bila membayar atau menerima kembalian, Khanofi selalu berusaha meremas tangan mulus Rahma. Kalau sudah begini, Rahma hanya bisa mendesis: ih….dasar!

Ih dasar, ih dasar; itulah kata-kata yang selalu dirindukan Khanofi. Maka bila situasinya mantap terkendali, dia makin getol menggoda Rahma. Akhirnya, betapapun awalnya wanita itu mencoba berkelit dari rayuan oknum PNS tersebut, ketika pendekatan itu juga sampai soal keuangan, Rahma pun menyerah. Buktinya dia mau diajak pergi, dan kemudian di sanalah dia bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Khanofi.

Rahma tak kuasa lagi atas sosoran Khanofi. Aset miliknya yang selama ini mutlak hanya untuk Sopan suaminya, kini mulai dibagi-bagi pula untuk Khanofi. Dan Rahma memang harus pandai-pandai mengatur menejemen syahwat berbasis selingkuh tersebut. Di kala suami tengah bekerja sebagai satpam, Khanofi boleh kerja lembur (lempengin burung) di rumah. Tapi bila suami di rumah, oknum PNS itu duduk manis sebagai pengunjung warung kopi.

Agaknya Khanofi makin asyik saja mengencani bini Sopan. Bahkan dia kemudian bertekad membawa lari Rahma. Konyolnya, ibu beranak dua ini menurut saja. Maka sudah beberapa minggu ini dia tega meninggalkan suami dan anak-anaknya, untuk kelonan dan berselingkuh dengan Khanofi. Di sebuah rumah kontrakan di Telukjambe, keduanya selalu berbagi cinta dan asmara. Khanofi-Rahma sudah kadung lupa diri!

Sopan sebagai suami Rahma tentu saja kelimpungan ditinggal istri tanpa berita. Selidik punya selidik, ternyata bininya memang dilarikan dan disembunyikan oleh Khanofi. Uniknya, ketika ketahuan oknum PNS itu anteng-anteng saja. Penyelesaaian secara kekeluargaan yang semula disepakati, ternyata hanya retorika dan wacana belaka. Terpaksalah Sopan kemudian membawa kasus ini ke Polres Karawang. Tuduhannya: bawa lari bini orang.

Iman Khanofi goyang gara-gara goyang Karawang!

No comments: