Tuesday, December 1, 2009
ISTRIKU BUKAN LISTRIK PLN
Ada program giliran listrik saja orang bisa marah, apa lagi ini bini digilir orang, bagaimana tidak mencak-mencak? Dan inilah yang dilakukan Kadri, 33, warga Lampung. Dia segera melaporkan Namid, 27, ke polisi, karena menyetubuhi Yatik, 27, istrinya. Padahal dulu Namid – Yatik sesama teman di sekolah TK. Teman semasa kecil, biasanya selalu membawa kenangan indah bersamanya.. Bila jumpa lagi setelah sekian lama tak ketemu, pastilah ingin bernostalgia di masa lalu. Sukur diundang mampir ke rumahnya dan diajak makan bersama, paling tidak menanyakan di mana teman-teman yang lain, lalu bagaimana pula mantan gura kita. Setelah itu baru menyakan kondisinya sekarang, sudah menikah apa belum dan punya anak berapa. Lalu tinggal di mana dan siapa suami/istrinya? Instink Namid, warga Kejawen, Kampung Totokaton, Punggur, Metro, juga seperti itu. Begitu ketemu Yatik teman lama saat di Taman Kanak-Kanak dulu, keduanya pun lalu bernostalgia. Kemudian keduanya juga menanyakan tentang keluarganya masing-masing. Cuma untuk bagian ini, sepertinya Namid hanya sekadar basa-basi, sebab berdasarkan cerita teman-teman yang tahu keseharian Yatik, dia sudah tahu isi jeroan wanita yang tinggal di Kampung Buminabung tersebut. Kata teman-teman, Yatik bukanlah wanita yang bersih lingkungan. Bukan karena terlibat G.30.S/PKI menurut istilah Orde Baru dulu, melainkan tidak bersih lingkungan tubuhnya dalam arti tubuhnya kotor lantaran banyak dijamah lelaki. Maksudnya lebih jelas, Yatik kini adalah wanita panggilan yang bisa diajak memuaskan syahwat asalkan bayarannya cocok. “Meski tak ada bukti testimoni dan penyadapan telepon, pengin aku membuktikannya,” begitu tekad si Namid yang ternyata suka celamitan itu. Akhirnya, dengan dalih sebagai teman lama Namid menawarkan diri untuk mengantar Yatik mau ke mana hari itu. Tanpa curiga akan otak ngeres sahabat lama, bini Kadir ini langsung minta dibonceng ke rumahnya. Tapi ternyata motor malah dibelokkan ke Kelurahan Purwosari, Metro Utara, melalui dam Raman dan terus ke Kampung Saptomulyo, Punggur. Di rumah penjaga pintu air yang tidak terpakai, Namid mengajak istirahat sebentar dengan alasan hendak kencing dulu. Hati Yatik kemudian terkaget-kaget setelah usai kencing Namid ternyata minta dilayani “kencing enak”. Dia sama sekali tak menduga bahwa sahabat lamanya berniat sekeji itu. Tapi belum juga dia menjawab, Namid langsung saja nyosor macam bebek dikasih keong rica-rica. Dengan beralaskan tikar plastik berdebu, jadilah mitra strategis di kala taman kanak-kanak itu menjadi mitra romantis secara paksa. Tapi bagi Namid, dari situlah dia jadi tahu bahwa Yatik memang bisa dipakai siapa saja. “Jangan cerita ke mana-mana ya,” kata Namid setelah semuanya usai. Selanjutnya Yatik – Namid kembali melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba HP di tas Yatik berbunyi, ternyata dari suaminya. Segera saja Namid minta telepon itu jangan diangkat. Tapi dari sanalah kemudian semuanya jadi terungkap. Sebab Kadri jadi curiga ke mana saja selama ini sehingga istrinya pulang telat. Yatik mencoba mengarang cerita, tapi Kadri tidak percaya, sehingga dia terpaksa menyebut nama Namid berikut kegiatannya barusan, bla bla bla…..! Alangkah kaget dan marahnya Kadri sore itu. Orang digilir listrik saja sudah nyap-nyap, kok ini bini malah digilir teman lama istri. Dia segera melapor ke Polres Metro, dan Namid yang baru nonton TV bersama keluarga malam itu langsung dicomot polisi. Dalam pemeriksaan dia mengatakan bahwa tindakan itu sekadar mencari pembuktian, apakah benar Yatik bisa diajak kencan lelaki lain. “Ternyata benar, Pak, Yatik memang bisa diajak kencan. Bapak mau buktikan….?” kata Namid polos saja. Ya jangan ngawurlah, polisi masih pusing soal Tim Delapan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment