Mungkin Dawam, 45, memberikan restu istrinya berselingkuh sekadar nglulu (izin setengah hati). Tapi Dianti, 40, yang kadung gatel, tak bisa membedakan mana yang tulus dan mana setengah hati. Akibatnya, ketika tengah kelonan bersama PIL-nya, tahu-tahu digerebek suami sendiri bersama polisi.
Kekerasan dalam rumahtangga sangat dibenci para istri. Tapi suami yang lembek dalam urusan ranjang, juga bukan idaman kaum wanita. Lihat saja pasangan rumahtangga Dawam – Dianti dari Banyuwangi (Jatim) ini. Mereka selalu ribut hanya karena sang istri tak pernah terpuaskan dalam urusan tilam rum (ranjang). Di awal perkawinannya Dawam memang keras bersemangat bagaikan Minakjinggo hendak menerkam Ratu Ayu Kencanawungu. Tapi belakangan, Dawam lembek macam kue legendar kegemaran Patih Logender.
Sudah setahun ini Dianti tak menikmati kehidupan malam yang hangat dan penuh dinamika di ranjangnya. Dawam lantaran terlalu sibuk dan capek menggapai karir, tanpa sadar telah menelantarkan kebutuhan istri. Jika dipaksakan juga, hasilnya tak pernah maksimal. Meski sudah bergelar sarjana, oleh Dianti masih juga dijuluki sebagai DRS Med alias: Dereng Rampung Sampun Medal (baca: ejakulasi dini). Padahal, istrinya kala itu semester satu juga belum!
Belakangan, semakin payah saja. Bukan saja “edi tansil”, tapi malah impoten. Praktis tambah merana saja Dianti yang masih muda nan enerjik tersebut. Ironis memang, di kampungnya Dawam jadi panitia Seabad Kebangkitan Nasional, tapi di rumah gairah pada istrinya pun tak pernah bangkit. Maka tak mengherankan, Dianti sering menyidir nyindir kelemahan suaminya tersebut. “Ya sudah, kalau mau selingkuh selingkulah, yang penting aku nggak lihat,” begitu kata Dawam kemudian.
Jika Dianti perempuan arif, pastilah kalimat suami dimaknai sebagai kata-kata nglulu saja. Tapi bagi istri yang sudah kadung gatel, restu tersebut dianggapnya sebagaimana restu jaman Orde Baru. Karena merasa dapat dukungan Dawam itulah, diam-diam dia mencari PIL (Pria Idaman Lain) beneran. Lalu dapatlah kemudian si Giono, 37, lelaki dari Rogojampi. Bagi lelaki ini, tua sedikit tidaklah masyallah, wong ibarat motor STNK/BPKB sudah diberesi Dianti, dia tinggal nangkring.
Ternyata, bersama sang PIL memang semuanya bisa. Segala “ketekoran” bersama suaminya, bisa dibayar lunas oleh Giono. Maka sejak itu, Dianti lebih memikirkan kekasih gelapnya daripada suami yang jadi hak dan kewajibannya. Bahkan demi memaskan nafsunya yang menggebu-gebu, kadang Dianti berani tak pulang ke rumah, melainkan ngendon semalaman di kamar kos-kosan Giono. Di situlah dia memuaskan libidonya, diwolak-walik (dibolak-balik) bagaikan menggoreng telur atau bikin martabak.
Sudah barang tentu Dawam tak bisa menerima ketidak-seimbangan ini. Dianti memang diancuk tenan (kurang ajar betul). Selingkuh ya selungkuh, tapi mbok iyao yang terkendali dan terukur begitu, jangan membabi buta sampai meninggalkan kewajiban pokok. Lantaran sebagai suami malah ditelantarkan, dia pernah protes keras pada istrinya. Tapi Dianti tetap saja asyik dengan selingkuhnya yang telah didisposisi sang suami. Prinsipnya mungkin: selingkuh terus sampai tua!
Habis sudah kesabaran suami dari Genteng ini. Bak seorang detektif, dia melacak di mana saja medan perselingkuhan istrinya. Lama-lama diperoleh juga data otentik alamat Giono. Maka beberapa hari lalu pasangan mesum itu digerebek. Memang tidaklah meleset informasi itu, malam itu kedapatan Dianti di rumah kos Giono berada dalam satu kamar pula. Tapi ketika dibawa ke Polres Banyuwangi, dia malah menelanjangi Dawam sekalian. “Saya nekad begini kan karena suamiku impoten, Pak!” kata Dianti tanpa tedeng aling-aling.
Impoten lapor polisi, memangnya polisi boleh mengatasi?
Wednesday, August 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment