Muhadi, 30, masih muda dan tampan, tapi dia malah lebih cocok jadi Ketua Umum Partai Karya Peduli Janda. Soalnya lelaki Sukoharjo (Jateng) ini hobinya menipu luar dalam para janda di Solo. Dengan mengaku mahasiswa dan pengusaha dia menyikat harta dan “srabi” para janda yang lebih lezat dari srabi Notosuman.
Pekerjaan sehari-hari Muhadi di Polokarto hanyalah menjadi perajin kayu dan bambu. Dengan profesi itu jelas untuk hidup sehari-hari tidaklah cukup, apa lagi dia juga sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Karena itu Muhadi harus pandai-pandai mencari peluang, menemukan sumber keuangan baru yang layak untuk menutup kebutuhan sehari hari. Bagaimana pun juga, kehidupan keluarganya harus eksis, jangan sampai jadi pengemis.
Otak pengrajin bambu ini memang briliyan. Mendadak dia menyadari bahwa bentuk tubuhnya memiliki nilai jual yang tinggi. Muhadi memang ganteng, ramah dan pintar bicara pula. Karenanya, dia bertekad untuk mengeksploitir kelebihan itu. Tetapi bagaimana caranya? Mau jadi bintang sinetron, tak ada koneksi di Jakarta. Mau jadi pengacara, juga tak punya ijazah SH. Lalu apa yang cocok baginya?. “Jadi penipu saja Bleh, mempedayai para janda kaya….,” begitu saran setan kemudian.
Gagasan itu ternyata diterapkan juga. Kebetulan di Solo dia berkenalan dengan janda lumayan cantik bernama Fajar Indahwati. Sesuai namanya yang mirip real estate, Jeng Indah memang indah dipandang mata, dan enak digoyang pula. Dari nguping sana nguping sini, didapat kesimpulan bahwa janda tersebut memang layak menjadi target operasinya. Maka ketika memperkenalkan diri kali pertama, dia sudah mengaku sebagai mahasiswa dan pengusaha.
Saat main ke rumah janda Indah di bilangan Jebres, dia lalu bercerita bahwa sedang mengembangkan usaha yang cukup maju tapi kekurangan modal. Muhadi lalu mengajak janda kempling tersebut untuk menanamkan uangnya, dengan keuntungan lumayan tiap bulan. Tertarik dengan omongan sang pengusaha muda, keluarlah uang si janda Rp 10 juta. Dan memang benar, pada akhir bulan Indah diberi keuntungan Rp 1 juta. Lumayanlah, modal utuh tiap bulan bisa dapat keuntungan Rp 1 juta tanpa memikirkan resiko apa-apa.
Hubungan selanjutnya bukan lagi bisnis, tapi meningkat ke yang inis-inis karena janda Indah juga ditelanjanginya segala. Muhadi yang tahu bahwa janda akan selalu kesepian sepanjang hari, menawarkan juga kehangatan bagi Jeng Indah. Tawaran itu tak juga disia-siakan. Maka di kala rumah sepi, pengusaha muda tersebut diberi kesempatan masuk ke ranjang pribadinya. Di sanalah janda Indah lalu disetubuhi bak istri sendiri. Enak kan, sudah dapat uang dapat pula goyang.
Bulan ketiga perkenalan itu, kembali Muhadi memberikan keuntungan Rp 1 juta. Tapi keuntungan lain sudah begitu banyak didapat sang pengusaha. Sebab asal ada peluang keduanya pun lalu masuk kamar dan berbagi cinta sampai tak terhitung jumlahnya. Bahkan terakhir kalinya, Muhadi dipinjami juga motor bebek baru. Tapi sejak itu dia tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. “Enak kan Bleh, dapat duit Rp 8 juta, dapat motor baru pula…..,” kata si setan memuji Muhadi.
Sementara Ny. Fajar Indahwati ditinggal kabur, di tempat lain kembali Muhadi mencari korban baru. Sasarannya kembali seorang janda. Polanya sama, ditawari kerja sama usaha, lalu “kerja sama” di ranjang, dipinjami motor dan ditinggal minggat. Begitulah selalu modus operandinya, hingga dia menemukan calon korban ketiga. Tapi apes, belum juga dapat uang dan “srabi” si janda yang lebih lezat dari srabi Notosuman itu, sepak terjang Muhadi terendus akibat laporan janda Jeng Indah. Dia pun digiring ke Mapoltabes Surakarta. Dan seperti telah diungkapkan di atas, Muhadi memang bukan mahasiswa dan pengusaha, tapi asli cuma perajin kayu dan bambu.
Dia memang bukan mahasiswa, tapi maha nafsu.
Wednesday, August 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment