Celaka betul Sadrun, 28, jadi orang. Masak baru seminggu jadi pengantin baru sudah selingkuh dengan bini orang? Apa di rumah belum juga glegeken (kenyang) bolehnya “serangan umum”? Tapi gara-gara ulahnya itulah, dia harus membayar mahal. Pas di pegadaian diclurit Jakim, 40, kakak Asminah, 30, wanita selingkuhannya.
Ini kisah lelaki muda yang lagi-lagi menganggap seks sebagai panglima. Dalam benak Sadrun yang tinggal di Kamal, Bangkalan (Madura) ini, hidup di dunia adalah bercinta. Andaikan dia penjelmaan Betara Kamajaya dari kahyangan, maka setiap kaum wanita adalah Dewi Ratih yang harus menjadi pasangannya. Cepat atau lambat, wanita itu haruslah jadi miliknya dan kemudian digaulinya. Bahwa wanita itu ternyata sudah jadi milik orang, itu urusan kedua. Sebagai “penjelmaan” Prabu Dasamuka, Sadrun sah-sah saja menghalalkan segala cara.
Nah, Sadrun yang sedang jadi pemburu cinta, baru seminggu lalu dia menikah dengan Katimah, 24, gadis sekampungnya. Kata orang-orang, dia juga sangat mencintai istrinya tersebut. Buktinya, semenjak jadi pengantin Sadrun jarang keluar malam hari. Sementara orang-orang pada nonton “Piala Eropa” di televisi, dia sedang sibuk “main bola” sendiri bersama istrinya. Cuma bedanya, bila di teve setiap goal selalu disambut dengan gegap gempita, “goal”-nya Sadrun – Katimah berlangsung tanpa publikasi.
Tapi tahukah sesungguhnya bahwa perkawinan Sadrun seminggu lalu adalah perkawinan politik belaka? Masalahnya, ketika dalam status bujangan, lelaki ini diam-diam menjalin cinta dengan Asmonah yang sudah jadi istri orang. Masih muda sudah terkena penyakit senior (senang istri orang), jelas sangat berbahaya. Apa lagi di bumi Madura, nyawa taruhannya. Demi keamanan dan stabilitas nasional Desa Kamal, keluarga Sadrun segera menetralisir keadaan dengan cara mengawinkannya dengan Katimah.
Agaknya kalangan sesepuh berteori, jika Sadrun telah memilik istri sendiri, diharapkan takkan lagi mengganggu bini orang atau menjadi lelaki subita (suka bini tetangga). Apa lagi di mata mereka, Katimah ini juga cantik, bodi seksi dan betis mbunting padi pula. Dijamin Sadrun pasti semrinthil (langsung mau). Buktinya, sejak jadi pengantin baru, anak muda ini betah banget di rumah. “Jangan ganggu mereka, biar kita segera menimang cucu,” kata enyak babe Sadrun.
Memang seperti itu logikanya. Tapi Sadrun aksiomanya kehidupan. Meski di rumah sudah tersedia istri cantik yang halalan dan tayiban untuk bercinta sampai gempor sekalipun, dia belum juga puas. Nafsu memang ada pada Katimah, tapi cintanya hanya milik Asmonah seorang. Dus karena itu, meski sebagai pengantin baru sudah glegeken menikmati cinta, dia masih juga berusaha mendapatkan cintanya yang sejati pada “Dewi Ratih”, apapun resikonya. Buktinya, setiap selesai “ngerit” pada istrinya, diam-diam dia menyambangi Asmonah untuk “ngerit” yang kedua kalinya!
Aksi selingkuh Sadrun – Asmonah memang selalu berlangsung aman. Soalnya, Kadir, 35, suaminya hanya sebulan sekali pulang akibat kesibukannya bekerja di Jakarta. Jadi sementara sopir aslinya absen melulu, dengan senang hati Sadrun menggantikannya sebagai sopir tembak tanpa SIM. Begitu selalu yang terjadi, sampai ketika beberapa hari lalu dia tengah “nyopiri” Asmonah di kamarnya, kepergok Jakim kakak si cewek. Langsung Sadrun membenahi pakainnya buru-buru, dan kabur segera ketika baru masuk gigi pertama!
Meski dia sudah menyelamatkan diri, bukanlah aman seterusnya. Jakim yang diberi amanat Kadir adik iparnya, merasa malu jika tak bisa membela harga diri keluarga. Maka Sadrun harus membayar mahal atas ulahnya. Pas dia baru pergi ke kantor Pegadaian Bangkalan, tahu-tahu dicegat Jakim dengan senjata clurit di tangan. Percuma saja Sadrun kabur, karena kakak pengemban amanat itu terus memburunya. Hanya hitungan detik dia tertangkap dan perutnya pun sobek disabet clurit. Sementara si pengantin baru tewas mandi darah, Jakim menyerahkan diri ke kantor polisi.
Aneh juga Sadrun, pengantin baru kok ke Pegadaian segala.
Wednesday, August 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment