Wednesday, April 16, 2008

Asmara Daur Ulang

Desahan Pembawa Sial



Selingkuh itu enak ngkali, ya? Buktinya Kamisih, 23 tahun, sampai mendesah-desah ketika bergumul dengan Samijo, 27 tahun, kekasih gelapnya. Tapi gara-gara desahan tak terkontrol itulah, praktek mesumnya terendus kakak iparnya sendiri. Baru saja turun dari ranjang mesum pedagang kelontong di Pasar Minggu itu digelandang warga ke kantor polisi Polres Jaksel. Tingggalah Daryun, 30 tahun, suami Kamisih yang geleng-geleng kepala menyaksikan pengkhianatan bini.

Istri wajib setia pada suami, itu bukan sekadar dogma, tapi ajaran agama. Dengan alasan mencari pahala, boleh-boleh saja senyumnya ditebar untuk siapa saja, dari Sabang sampai Merauke juga nggak apa. Tapi khusus bibir selaku sumber senyum itu sendiri, mutlak hanya untuk suami. Orang lain tak boleh berperan serta. Karena kalau itu sudah dilanggar, hukumnya dosa dan kategorinya zina.
Tapi Kamisih yang tinggal di Kompleks AL Rawabambu, Pasar Minggu Jakarta Selatan ini, tak peduli akan semua itu. Senyum memang diberikan kepada siapa saja, tapi bibirnya diberikan juga cuma-cuma pada selingkuhannya, Samijo, yang sesama pedagang kelontong di Pasar Minggu. Jadi kalau bibir Kamisih sampai dower dibuatnya, barangkali karena itulah asal muasalnya.

Istri Daryun memang selama ini berjualan kelontong di Pasar Minggu. Kebetulan kiosnya berdekatan dengan kios milik Samijo. Dasar pedagang kelontong ini mata keranjang, meski sudah punya “kendaraan” sendiri di rumah, melihat kecantikan Kamisih masih ngiler juga. Di sela-sela kesibukannya berdagang, dia selalu berusaha untuk mengadakan pendekatan pada Kamisih.

Awalnya Kamisih tak menyadari akan aspirasi urusan bawah Samijo. Tapi karena lelaki ini nyosor terus, lama-lama dia ngeh juga. Kala itu dia tak mau menanggapi. Selain dia tak mau mengkhianati keluarganya, Samijo sendiri juga bukan manusia bebas merdeka. “Kita sesama pedagang dilarang saling selingkuhlah….,” kata Kamisih mengacu semboyan biskota dulu.

Ternyata Samijo menganggap sepi penolakan tetangga pedagang itu. Dia terus saja nyosor. Semboyannnya, takkan lari gunung dikejar, takkan surut banjir ditunggu. Targetnya, Kamisih harus bisa ditundukkan. Samijo belum puas rasanya bila wanita beranak tiga itu belum bertekuk lutut dan berbuka paha untuk dirinya. Baginya, mendapatkan bini Daryun adalah suatu kebahagiaan tiada tara.

Istri Daryun ini memang cantik luar biasa, setidaknya menurut Samijo. Betapa cantiknya wanita itu, sampai-sampai Kamisih tak diberi kesempatan istirahat. Digeber terus oleh suaminya, sehingga meski baru berusia 22 tahun anaknya sudah tiga biji. Setiap habis melahirkan, 40 hari kemudian Daryun sudah produksi lagi. Pendek kata dia tak mau keduluan setan!

Ketelatenan Samijo mendekati Kamisih membawa hasil. Buktinya belakangan dia mau diajak jalan-jalan, diajak makan-makan dan dibelikan ini itu. Ujung-ujungnya, pedagang kelontong itu juga ingin memanjakan “si entong”. Maksudnya ingin mengajak Kamisih berhubungan intim bak suami istri. Dan entah kena bakaran kemenyan dari mana, tahu-tahu istri Daryun ini melayani. Di sebuah hotel, keduanya memadu kasih berpacu dalaaaaam birahi!

Agaknya kencan terus-terusan di hotel mahal di ongkos, sehingga Kamisih kemudian mengajak kelon di rumah sendiri. Kemungkinan itu ada, karena suami dan anak-anaknya pergi ke rumah familinya. Nah di saat rumah aman secara mantap terkendali itulah, keduanya berbagi cinta sampai mendesah-desah lepas kontrol.

Hari nahas itu pun tiba, ketika Hambali kakak ipar Kamisih, kebetulan hendak bertamu ke situ. Mendengar desah-desah nikmat tersebut, dia urung masuk karena menduga iparnya tengah “melayani” suaminya. Nggak tahunya, begitu keluar kamar, yang ada kok malah orang lain. Hambali segera menghubungi warga dan Samijo yang mau beranjak dari rumah Kamisih langsung dicegat. Kelanjutannya, di kantor Polres Jaksel semuanya terungkap, memang sudah lama dia sering menggauli bini Daryun.

Wednesday, April 9, 2008

Setelah Menemani Tidur


Kelewatan betul si Darmin, 40, dari Sleman (DIY) ini. Anak gadis tetangga disuruh nemani tidur putrinya, tapi pada gilirannya Nanik, 17, yang sekel nan cemekel itu malah ditiduri sendiri. Ketika digelandang ke Polres Sleman, enak saja dia bilang: “Siapa orangnya yang tahan Pak, ditinggal bini jadi TKW sampai bertahun-tahun,” ujar Darmin dengan wajah tak berdosa

Apapapun alasannya, Darmin tak bisa seenaknya mengorbankan gadis tetangga untuk medan penyaluran libidonya. Dia harus mendekam di balik tembok dingin dengan tuduhan perkosaan. Maka para tetangganya di Desa Kalasan Kecamatan Kalasan itu pun geleng-geleng kepala. Pantas saja dia tahan berlama-lama jauh dari istri, karena dia ternate punya perempuan alternatip. Layak, layak (pantesan), kata penduduk.

Nanik memang tetangga dekat dengan Darmin, bahkan dia merupakan teman main putri semata wayangnya, Darsih, 16. Ketika bini masih ada di samping dan bawahnya, tokoh Nanik tak pernah masuk agenda malam Darmin. Soalnya dia masih surplus, setidaknya dalam soal pemenuhan gejolak dan gairah lelaki di kala malam dingin tiba. Istrinya yang setia, akan memenuhi keinginan Darmin kapan saja, di mana saja sambil minum…. Cocacolaaaaa!

Gelombang kehidupan manusia selalu berputar, ekonomi Darmin tak kunjung membaik sejak tahun 2005 lalu. Maka demi stabilitas asap dapur, istrinya terpaksa cari terobosan menjadi TKW di Timur Tengah. Berat sebetulnya baginya, sebab dengan kepergian bini, ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya. “Masak sih, untuk urusan perut, aku harus mengorbankan urusan di bawah perut,” kata batin Darmin.

Enak nggak enak, nyaman atau tidak, demi masa depan Darmin terpaksa mengijinkan istrinya memburu real ke Arab Saudi. Dan nyatanya, sejak bininya jadi TKW, ekonominya mulai membaik. Saban bulan sang istri bisa kirim duit secara ajeg. Darmin dan anaknya bisa lagi makan 3 kali sehari, pakaian utuh dan sawah yang tergadai pun bisa kembali lagi. Darmin tak lagi perlu mengencangkan ikat pinggang.

Namun yang di bawah ikat pinggang bagaimana? Lha ini yang kacau balau. Sejak bininya pergi 6 bulan sebelumnya, Darmin mengalami puso dan peceklik luar binasa. Di kala ada istri, seminggu minimal tiga kali dia masih bisa menjalankan “sunah rosul” secara ajeg dan rutin. Tapi setelahnya, tiap malam dia ngaplo, alias tanpa kegiatan yang signifikan dan relefan. Mendadak suhu udara di Kalasan turun sampai 5 drajat di bawah nol.

Ya kalau laparnya perut sebagaimana jemaah haji Indonesia di Mekah sana, Darmin masih bisa bertahan. Tak ada katering, di Sleman kan banyak warung. Tapi kalau laparnya yang di bawah perut, ya ampuuuuun, bagaimana cara mengantisipasinya? Di kala pusing tujuh keliling ini kemudian Darmin muncul ide gila, setelah mana disponsori oleh setan. “Kan ada tetanggamu yang gadis manis. Gitu aja kok repot….!,” katan setan.

Anak gadis tetangga itu akhirnya masuk agenda pemikiran Darmin. Kok betul juga ya, anaknya cantik, sekel, putih bersih lagi. Dia spontan ingat kedekatannya dengan putrinya, si Darsih. Bagaimana jika anak tetangga yang bernama Nanik tersebut disuruh menamani tidur putrinya saja. Dan ketika wacana itu disampaikan ke putrinya, Darsih mau dan ternyata Nanik pun tak keberatan, asalkan insidentil saja.

Nanik pun mulai suka tidur di rumah Darmin, menemani Darsih. Seminggu dua minggu, situasi mantap terkendali. Tapi pada minggu ketiga, lelaki kesepian itu tak bisa lagi menyimpan gejolak nafsunya. Gadis yang baru tidur itu langsung ditindih dan digerayangi. Awalnya berontak, tapi karena diancam akhirnya Nanik bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Darmin.

Kejadian itu membuat Darmin ketagihan, sehingga lain kali diulang-ulang. Rupanya Nanik sendiri keenakan, sehingga kini dia bisa melayani dengan rileks. Tapi pada beberapa hari lalu, di saat gadis itu “melayani” lelaki tetangganya, kepergok ibunya sendiri. Tentu saja urusan jadi panjang. Darmin dilaporkan ke polisi Polsek Kalasan, dengan tuduhan perkosaan. Padahal kejadiannya sudah berulangkali.

Gantian Jadi "Pasien" Suami


Dulu Ny. Wirda, 32 tahun, merupakan pasien bidan Darwati, 37 tahun, ketika bersalin. Tapi belakangan, suami Bu Bidan yang berprofesi dokter itu malah mengambil-alihnya. Namun bukan di meja persalinan, melainkan di ranjang perselingkuhan. Bu Bidan yang tak tahan dengan ulah dr. Budi, 42 tahun, suaminya, memilih gantung diri, mati dengan membawa segala luka hatinya.

Ini kisah paralelisme profesi yang yang berakhir duka. Dalang kawin dengan pesinden, sangat ideal. Pilot menikahi pramugari, juga sangatlah sip. Begitu pula ketika seorang dokter mengawini bidan, mustinya kehidupan mereka jadi semakin bahagia. Tapi ketika hal ini diaplikasikan pada pasangan bidan Darwati – dr Budi dari Pemalang (Jateng), lha kok malah berakhir maut. Ini semua gara-gara pak dokternya mbagusi (berbuat sok) ketika melihat barang bagus!

Nama bidan Darwati sudah sangat dikenal di Puskesmas Comal. Selain bertugas di Puskesmas tersebut, dia juga praktek menolong persalinan di rumahnya. Dan usaha ini semakin maju, karena suami Darwati juga seorang dokter umum.Jadi bila ketemu pasien yang bermasalah, bidan Darwati bisa minta tolong pada dr. Budi suaminya, dan semuanya jadi beres. Pokoknya, bersama Darwati – Budi, semuanya bisa!

Dinamika rumahtangga Bu Bidan – Pak Dokter indah sekali. Sampai kemudian beberapa minggu lalu datang seorang pasien hendak melahirkan bernama Ny. Wirda, berasal dari sekitar Comal situ juga. Persalinan yang ditangani Darwati berjalan mulus. Dan sebagaimana kelaziman Bu Bidan, beberapa waktu setelah persalinan bersama dr Budi suaminya dia selalu menjenguk bekas pasiennya, menanyakan keadaannya. Bukankah silaturahmi juga memperpanjang usia dan rejeki.

Akan tetap silaturahmi kali ini justru memperpanjang masalah. Soalnya, dr. Budi yang punya bakat mata keranjang, ketika ketemu Ny. Wirda yang cantik itu justru kontak pendulumnya. Maklum, beberapa minggu setelah persalinan kaum ibu biasanya nampak segar dan bercahaya wajahnya. Nah, suami bidan Darwati begitu ketemu Ny. Wirda mendadak mengalami kejang-kejang di bagian tertentu. “Ayo Bleh, sikat saja….,” begitu setan memberi semangat.

Apa lagi ketika dr Budi memperoleh informasi bahwa suami Ny. Wirda tugas di luar kota, hanya sebulan sekali kembali ke Comal, seakan itu merupakan peluang emas yang harus ditindak lanjuti. Maka detik itu pula pak dokter mulai berkhayal, bagaimana bisa mengambil alih bekas pasien istrinya itu. Dia merasa kasihan, kenapa barang mulus begitu kok jarang disentuh. Itu kan sama saja wastra lungset ing sampiran (kain kusut hanya di gantungan).

Tanpa sepengetahuan istrinya tentu saja, lain hari dr Budi merapat ke rumah Ny. Wirda. Tekad pak dokter, sebelum suami wanita itu datang untuk bermalam pertama setelah 40 hari “berpuasa”, dialah yang harus menikmati terlebih dulu. Pokoknya jangan sampai “keduluan setan”-lah. “Tahap pertama kasih saja suntikan satu ampul pak dokter…,” kata setan lagi membujuk dan memberikan pengarahan.

Istri lelaki perantau ini awalnya tak tahu juga akan maksud kunjungan pak dokter suami Bu Bidan. Tapi sebagai wanita dewasa, lama-lama tahu juga. Kali pertama kaget juga akan aspirasi arus bawah dr. Budi, sehingga dia berusaha berkelit dan menepiskannya. Tapi karena sosoran pak dokter makin kenceng, sedangkan Wirda sendiri sudah sekian lama “cuti”, akhirnya dia bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Pak Dokter. Maka berhasilah Pak Dokter menyalip setan, siuttttt….!

Kejadian demi kejadian berjalan begitu lancar. Setiap suami Wirda kembali ke Jakarta, gantian dr. Budi menginjeksinya sekian ampul, jusss! Keduanya sama-sama puas. Dr Budi enjoy, Wirda yang letoy. Maklumlah, sebagai “pasien” baru yang operan dari istrinya, Pak Dokter sangat tekun dan telaten menggarap Wirda. “Geber terus sampai tua…,” kata setan lagi.

Akan tetapi, perbuatan batil takkan pernah langgeng. Lama-lama bidan Darwati tahu juga perselingkuhan suaminya dengan bekas pasiennnya. Ributlah kemudian pasangan suami istri itu. Ketika Bu Bidan menantang, pilih mana antara dirinya dan Ny. Wirda, lha kok dr. Budi menyatakan memilih si bekas pasien. Tentu saja Bu Bidan hancur lebur hatinya bagaikan batu split untuk ngecor beton.

Hanya ada satu pilihan bagi Bu Bidan, daripada hidup menanggung malu, mendingan mati saja. Dan tekad ini dibuktikannya dalam sebuah karya nyata. Beberapa hari lalu dia nekad gantung diri di kamar mandi. Anak-anak Darwati menjerit histeris, sedangkan dr Budi hanya terbengong-bengong. Dia sungguh tidak dhong (faham), gara-gara memanjakan “si entong”, istrinya harus masuk bong (kuburan).

Sunday, April 6, 2008

Galaknya Wanita Hamil


Rasanya suami model Gino, 35 tahun, perlu dikutuk mati kena flu burung saja. Bayangkan, istri hamil tua kok dia malah enak-enakan selingkuh dengan wanita lain.Ironisnya, Ayu, 23 tahun, gendakan suaminya tersebut sudah berjanji nggak mau mengganggu suami orang, ternyata hanya wacana di atas kertas. Tak tahan dengan kisah pornoaksi Gino-Ayu, Ny. Suprih nekad menghajar Ayu hingga babak belur. “Nggak saya kirim ke kuburan Karet juga sudah bagus,” begitu kata istri yang tengah emosi itu.

Ini kisah klasik dalam kemelut rumahtangga. Ketika istri hamil hati Gino campur aduk tidak keruan, antara senang dan kesedihan. Senang karena istri bakal punya anak lagi. Tapi Gino sedih gara-gara kehamilan tersebut istri jadi pelit menjalankan sunah rosul. Dulu ketika kandungan tersebut baru usia 3-4 bulan, Suprih masih bisa melandeni hasrat suami minimal 2 minggu sekali. Tapi setelah usia kandungan menginjak bulan ke 8, dia memberikan pelayanan seminggu sekali juga sudah bagus. Bahkan ketika Suprih hamil 9 bulan, Gino malah dibiarkan bengong total setiap malam.

Namanya lelaki normal macam Gino, diembargo istri untuk urusan begituan, pusing juga jadinya,.
Dia sudah berusaha minta dispensasi, tapi tak diberi juga dengan alasan bisa menganggu posisi janin. Suami ngebet tersebut lalu mengadakan penawaran. Ibarat main bulutangkis, Gino berjanji takkan main lop dan smash, cukup backhand saja. Apa jawab sang istrin? “Nggak, enggak, nanti bolanya malah nyangkut di net....,” kata Suprih serius.

Dasar Gino lelaki punya aji pengeyelan, tak dapat pemenuhan syahwati, ya berusaha mencari pemuasan di luar. Ingin sebetulnya dia kawin lagi seperti politisi dan pejabat, tapi modal hanya tampang doang, mana laku. Apa lagi kalau yang dicarinya yang cantik, putih bersih, cerdas, betis mbunting padi, dan bodi seksi, semakin susah digapai. Dan memang itulah repotnya, jika tak punya ban serep, padahal ban kempes di jalan raya.

Untungnya segera ada wanita muda yang mau dikadali. Memang tak secantik kriteria idealnya, tapi setidaknya bisalah dipakai dalam kondisi gawat darurat. Wanita itu adalah Ayu, gadis dari rumah kos-kosan di Jalan Kartini, Jakarta Pusat. Dia mau saja dijadikan arena pemenuhan biologis, yang penting ada ininya (sambil tangan digesek-gesekkan antara ibu jari dan telunjuk). “Kencing di WC umum saja Rp 1.000,- apa lagi kencing enak,” begitu prinsip Ayu.

Ayu pun lalu suka dibawa-bawa Gino, untuk melayani kebutuhan “sporing balansing” dan amplas platina. Sebetulnya hal ini sudah demikian sangat dirahasiakan, tapi lama-lama Suprih pun tahu. Maka Ayu lalu dilabrak, tapi kala itu suhu kepala istri Gino masih sedingin salju. Jadi meskipun marah tak sampai ngamuk. Untuk formalitas Ayu dipaksa bikin nota tertulis di atas segel, yang isinya pernyataan sikap bahwa takkan lagi mengganggu suami orang. Ketetapan ini ditetapkan di Sawah Besar, tanggal sekian, sekian, srett.

Tapi ketetapan di Sawah Besar ini susah dikompromikan dengan Gino yang bernafsu besar. Bahkan dia melarang gendakakannya menaati perjanjian itu. Katanya, segala omongan Suprih istrinya tak usah digubris, bila terjadi resiko itu adalah tanggungjawab penumpang, maksudnya ya si Gino yang memang selalu menumpangi Ayu. “Pokoknya kita kembali ke laptop.....,” kata Gino yang sok mbagusi macam Tukul Arwana.

Itu artinya Ayu kembali melayani kencan-kencan bersama Gino. Dan lagi-lagi Suprih berhasil mencium perselingkuhan Ayu bersama suaminya. Kali ini habis sudah kesabaran. Kurang ajar betul perempuan gatel satu ini. Bikin perjanjian segala, tapi isinya hanya retorika belaka. Maka dia pun lalu mengancam, bila persekutuan mesum itu tak dihentikan, Ayu tinggal memilih. Tangan kiri masuk RSCM, kalau tangan kanan langsung ke TPU Karet. Pilih mana?

Kenyataannya Ayu memilih opsi yang kedua. Maka ketika suaminya pas tak main ke rumah kos-kosan gendakannya. Suprih segera meluncur ke sana. Tanpa banyak bicara lagi Ayu dihajar sampai babak belur. Meski dalam kondisi hamil, sepak terjang Suprih ternyata masih sangat meyakinkan. Srat sret, was wush, lalu tahu-tahu gedubrak Ayu terjengkang dan pingsan.

Ayu digotong ke rumahsakit, Suprih melenggang mantap pulang ke rumah. Akan tetapi kepuasan batin itu tak berlangsung lama. Sebab beberapa jam kemudian keluarga Ayu melaporkan wanita itu ke polisi, sehingga Suprih langsung digelandang ke Polres Jakarta Pusat. “Orang kok nggak ada syukurnya, cuma dikirim ke rumahsakit kan masih bagus,” kata Suprih nyaris tanpa merasa berdosa.

Hati boleh panas, Mbak. Tapi jangan main hakim sendiri, lah iyayauuwww.

Akibat "Teman Main"


Dendam betul hati Selvi, 34 tahun, sebagai istri. Enam tahun berumah tangga bersama Imron, 40 tahun, selalu diliputi oleh kebohongan dan kebohongan. Ada perempuan sangat akrab dengan suami, ketika diklarifikasi Imron menjawab: ah, itu hanya teman main. Padahal setelah dicermati, main di situ bukan main gundu atau petak umpet, melainkan “main di ranjang” bak suami istri.

Ini kisah rakyat jelata yang sok ikut-ikutan gaya pejabat dan anggota DPR. Istri satu saja tak pernah habis dimakan rayap, Imron mau ikut-ikutan punya WIL (Wanita Idaman Lain). Padahal Selvi sebagai istrinya, sesungguhnya cukup cantik di kelasnya. Orangnya berkulit putih bersih, bodi seksi menggiurkan, berat badan 55 Kg dan tinggi 160 cm. Apa lagi betisnya, wooo….mbunting padi. Pendek kata, Selvi boleh dikata wanita sempurna, yang enak dikeloni dan perlu!

Namun Imron memang lelaki pembosan. Meski istrinya semlohai macam begitu, ibarat makanan dia jenuh dengan menu sayur lodeh melulu. Dia ingin penyegaran dan difersifikasi menu. Karena itulah matanya mulai jelalatan dan liar, dalam rangka menjaring tokoh alternative. Apakah Imron mau kawin lagi? “Nggak, nggak, aku belum kelasnya wakil ketua DPR maupun mubaligh kondang…,” kata Imron sekali waktu.

Di sinilah titik kesalahan lelaki dari Utan Panjang Kecamatan Kemayoran (Jakpus) ini. Poligami tidak berani dengan alasan tidak mampu, tapi urusan selingkuh doyan banget. Buktinya yaitu tadi, Imron melupakan istrinya untuk memacari Asti, 30, yang secara pisik sebetulnya kalah cantik dengan istrinya. Kalau ada nilai tambah, wanita itu paling hanya menang di bodi dan usia saja. Asti memang masih dalam status gadis.

Asti sendiri meski sudah tahu si Imron punya keluarga, masih juga menanggapi. Soalnya ya itu tadi, bersama Imron dia bisa dibelikan apa saja. Memang, dia tak memperolehnya secara gratis, sebab secara priodik dia harus juga melayani kebutuhan “ranjang” si Imron. Malam satu Suro tempo hari misalnya, ketika pusaka kraton di Solo dan di Yogya dijamasi (dicuci), malam itu Asti juga harus njamasi “pusaka” milik Imron! Memang “take and give” itu tak bisa dilepaskan.

Awal-awalnya, perselingkuhan Imron ini sangat aman secara mantap terkendali. Sebab dia masih bisa mengatur menegemen syahwatnya. Artinya, meski dia selalu kencan di luar bersama Asti, tapi jatah rutin untuk istri di rumah tak pernah dilupakan. Mungkin saja frekwensinya yang beda, biasanya seminggu tiga kali, kini tinggal sekali seminggu. “Asal suamiku selalu ada di samping, itu sudah cukup, aku sudah bisa merem…,” kata Selvi penuh kepasrahan wanita.

Tapi ketika Imron mulai jarang mengeloni bini, ditambah duit gaji juga tak pernah diterima utuh, barulah Selvi menaruh kecurigaan pada suaminya. Jangan-jangan ada kebocoran anggaran. Mulailah dia menyelidik. Dan ternyata betul, ada kabar sas-sus bahwa suaminya memiliki WIL. Makin jelas lagi, ketika info itu juga lengkap dengan data nama dan alamatnya segala.

Imron lalu diklarifikasi secara santun. Pertama kali Selvi bertanya apakah kenal dengan Asti yang tinggal di Bendungan Jago? Meski wajah jadi pucat dan ngomongnya mulai pating pecotot, dia mengaku kenal dengan baik. Tapi ketika sang istri mengejar sejauh mana “kenal baik” dengan si Asti, Imron mulai menjawab agak sensitip. “Asti itu kan sekedar teman main saja, ma….!” kata Imron serius dan tegang.

Karena sang suami menjawab grogi, jadi tahulah Selvi bahwa “teman main” di sini maknanya luas sekali. Bukan sekadar main petak umpet atau main gundu kalangan anak-anak, tapi teman main untuk “permainan” orang-orang dewasa. Ya bisa main cinta-cintaan, main mata, sampai main di ranjang bagaikan suami istri. Point terakhir inilah yang sangat diyakini oleh Selvi.

Akhirnya Selvi pun semakin banyak dapat data bahwa “main ranjang” suaminya bersama Asti bukan sekadar wacana, melainkan sudah fakta dan kisah nyata. Ironisnya, ketika kemarin dia menyodorkan data-data perselingkuhan selama ini, Imron marah besar. Bukannya minta maaf, tapi tangan langsung maju. Kepalan mendarat di jidat istrinya, disusul tendangan ke arah punggung, bress!

Habis menghajar istrinya, Imron melarikan diri bersama kekasih gelapnya. Oleh para tetangganya Selvi lalu dilarikan ke RSCM dan menjalani rawat jalan. Selain melapor ke polisi, dia juga sudah menguatkan tekad untuk lapor ke Pengadilan Agama alias cerai dari Imron. “Biarlah dia main sepuasnya dengan “teman main”-nya, tapi langkah hukum dariku, tunggu tanggal mainnya…,” kata Selvi dengan kepala masih diperban.

Karir Kesandung Ranjang















Antartetangga bertolong-tolongan merupakan kewajiban bermasyakat. Tapi kalau pertolongan itu dalam urusan ranjang, urusannya bisa jadi lain. Oknum TNI AU bernama Kusman, 46 tahun, ini kena batunya. “Menolong” bini tetangga yang kesepian, akhirnya dilaporkan oleh suami Ny. Astuti, 39 tahun, yang diselingkuhi. Maka karier kemiliteran Kusman kandas di ranjang tetangga!

Tentara terjebak asmara penuh dosa ini dimulai ketika kehidupan rumahtangga keluarga Astuti-Ibrahim kurang bahagia belakangan ini. Soal materil ibu muda dari Desa Maguwoharjo, Sleman (DIY) ini terjamin. Tapi soal onderdil, lha ini yang payah. Akibat kesibukan kerjanya, Ibrahim, 45 tahun, jarang “mengunjungi” bininya. Tapi bila tugas mulia itu dijalankan, hasilnya mengecewakan karena terkena penyakit DRS Med alias: Dereng Rampung Sampun Medal, (ejakulasi dini).

Istri yang masih muda nan energik macam Astuti, pusing juga menyikapi kondisi suaminya. Telah dicoba minum berbagai obat, tapi tak ada hasilnya. Dia lalu ingat masa-masa mudanya dulu. Dalam urusan satu itu tak pernah kantu (terlambat). Belum sampai minta, Ibrahim sudah memasoknya minimal seminggu tiga kali. Lha sekarang, setiap Astuti minta sudah kehabisan stock.

Ketidakpuasan dalam bidang satu ini, mengakibatkan Astuti suka ngalamun sendiri di teras rumah. Nah, sekali waktu terlihat oleh tetangga dekatnya, Kusman, yang pekerjaan sehari-harinya menjadi TNI-AU dengan pangkat Kopka alias Kopral Kepala. “Ngelamuni apa ta mbak? Soal negara jangan dipikirkan, sudah ada Pak SBY ini……,” goda si tetangga yang TNI AU itu.

Andaikan tak sungkan, ingin sebetulnya Astuti berterus terang. Tapi soal begituan kan tidak etis diceritakan pada pihak ketiga, maka dia memilih diam. Ternyata Kusman terus merayu. Siapa tahu bisa memberikan masukan pada tetangganya itu. Karena ada jaminan “off the record” seumpama pers, akhirnya Astuti cerita juga soal suaminya yang jadi “sarjana tanggung” alias DRS Med itu tadi.

Hati Kusman berbunga-bunga, itu pertanda rejeki nomplok. Kalau hanya problem begituan, dengan suka rela dirinya mau siap jadi dewa penolong. Apa lagi Ny. Astuti tersebut orangnya juga cantik, betis mbunting padi, kulit nemu giring (putih bersih), bodi seksi dan tumit merah jambu. Makanya, kapan saja Astuti mau, Kusman siap nyebrang ke rumah tetangganya itu.

Soal etika, moral dan keyakinan kemudian bertarung dalam sanubari Astuti. Sekian lama tidak memperoleh kehangatan memadai dari suami, dapat tawaran begitu lumayan juga. Apa lagi Kusman juga tampan, dalam pakaian seragam TNI AU, tambah ganteng bagaikan Omar Dhani (KSAU zaman Bung Karno – Red) dulu. “Alangkah gagahnya, miring topinya, kunamakan dia Gatutkaca Indonesia….,” kata Astuti berkhayal sebagaimana lagunya Ismail Marzuki.

Akibat di belakang, tak lagi dipikirkan Astuti. Lain hari dia lalu janjian di Warungboto, Kecamatan Umbulharjo. Di sebuah hotel kelas melati, oknum TNI AU itu melepaskan “tembakan”-nya yang pertama. Sepak terjang Kusman memang luar biasa. Ibarat motor, Kusman jenis Honda yang makin panas tambah kenceng. Sebaliknya si sumi, seperti motor model lama, asal kepanasan mati.

Yang namanya selingkuh memang mengasyikkan. Maka lain hari mereka berpacu lagi di lain tempat. Pendek kata hotel-hotel pinggiran di Kaliurang dan Bantul, sudah pernah dibuat kencan Astuti dengan oknum TNI-AU itu. Asal butuh, Astuti tinggal SMS pada TTM (Tetangga Tapi Mesra)-nya. Kopka Kusman pun lalu meluncur menjemput. Selanjutnya, “Honda” seri Kusman itu berpacu memuaskan si tetangga yang haus asmara.

Akan tetapi, tak selamanya mulus praktek selingkuh mereka. Sekali waktu, pas HP tak di tangan Astuti, SMS Kusman yang berisi ngajak kencan masuk dan kebaca oleh Ibrahim suaminya. Tentu saja suaminya jadi marah. Sayangnya, ketika ditanyai soal hubungan itu Astuti tak mau mengaku. Tak puas dengan jawaban bininya, Ibrahim lalu melapor ke komandan Kopkda Kusman.

Nasib Kusman betul-betul di ujung tanduk. Soalnya lembaga tempat kerja Kusman lalu mengadakan penjebakan. Benar saja, pas Astuti-Kusman kencan di hotel Kaliadem daerah Kaliurang, keduanya digerebek. Kali ini tak bisa mungkir lagi. Dalam pemeriksaan, Kusman mengaku sudah tak kehitung jumlahnya mengencani tetangga sebelah rumah. Dan akibat skandalnya itu, oknum TNI AU yang ganteng dan miring topinya tersebut kariernya kandas di ranjang tetangga.

Kusman memang ganteng, tapi sayang miring ……otaknya.

Siapa Bilang Impoten?


Dituduh mertuanya impotent karena kawin 6 tahun belum punya anak, membuat mantu bernama Kabul, 35 tahun, ini tersinggung berat. Pembalasan dendamnya cukup unik. Untuk membuktikan keperkasaannya, adik iparnya yang sudah gadis 17-an digauli berulangkali sampai hamil. “Nah, siapa bilang aku ini peluh (impotent)….?” tantang lelaki dari Nganjuk (Jatim) ini, meski Kabul akhirnya jadi urusan polisi.

Ini kisah mertua masa kini yang jarang baca koran, apa lagi kolomnya dr. Naek L Tobing. Mbok Katemi, 55 tahun, dari Desa Kendalrejo Kecamatan Bagor ini punya anggapan, setiap kegagalan istri memiliki anak, akibat suaminya tak bisa bicara dalam percaturan ranjang. Dan ketika Dasmi, 28, putrinya sudah lama menikah dengan Kabul tapi hasilnya kringeten thok (keringatan doang), langsung saja “dosa” itu dialamatkan pada mantunya.

Nenek rindu cucu ini sudah cukup lama kesal pada Kabul menantunya. Masak kawin dengan putrinya satu pelita lebih, kok belum juga bunting. Lalu kerjanya Kabul setiap malam selama ini apa saja? Malu dong dengan pasangan lain! Yang lain, di zaman era gombalisasi sekarang ini, belum suami istri sudah pada hamil duluan. Lha ini yang sudah komplit baik STNK, BPKB maupun SIM-nya, kok tidak juga berproduksi.

Dasmi putrinya, dan Kabul menantunya, pernah secara blak-blakan ditanyakan oleh Mbok Katemi tentang kelengkapan syarat-syarat produksi. Mereka menjawab semuanya normal, tak ada yang kurang atau tidak beres. “Rupanya Tuhan belum memberi, jadi simbok sabar saja bila pengin cucu dari saya,” kata Kabul memberi pengertian pada mertuanya tersebut.

Akan tetapi sabar kan ada batasnya. Masak sudah satu pelita kok belum ada bukti otentik Kabul bisa menghamili istrinya. Maka sekali waktu, Mbok Dasmi menuduh mantunya ini memang peluh atau impotent. Katanya lebih lanjut, lelaki yang tidak bisa menghamili istrinya, sama saja ayam sayur. Bisanya hanya berkokok kukuruyuk melulu, tapi jalu atau tajinya tak pernah bisa digunakan. Payah!

Apesnya, sisi buruk mantunya ini diceritakan ke mana-mana. Setiap orang menanyakan kenapa Dasmi belum bathi (punya anak), serta merta tuduhan dialamatkan pada Kabul si menantu. Kata Mbok Katemi, mantunya ternyata hanya bisa ngayani (memberi jaminan hidup) saja, tapi tak bisa ngayeli (menggauli) istrinya. “Kalau terus saja begini, saya minta posisi Kabul sebagai mantu dikocok ulang saja,” kata wanita itu kesal. Maksudnya, Dasmi agar bercerai saja dengan Kabul.

Ternyata ledekan dan ejekan soal impotensi itu terdengar juga oleh Kabul. Malu, marah dan dendam rasanya diublek jadi satu. Tapi bagaimana lagi, memberi pengertian pada mertua yang berpandangan sempit, memang susah. Setiap istri tak kunjung hamil selalu yang disalahkan lelaki. Padahal kan bisa saja wanitanya yang mandul, atau titik temu antara sperma dan ovum (indung telur) wanita tak pas. Yang satu lewat Jombang, yang satunya lewat Kediri, jadi tlisipan terus!

Ide gila Kabul pun muncul untuk memberi pembelajaran sekaligus nyangar (mempermalukan) mbok Katemi. Kebetulan istrinya punya adik perempuan yang kala itu sudah berusia 16 tahunan. Adik iparnya ini juga tak kalah cantik dari kakaknya, maka bila situasinya mantap terkendali, gadis bernama Marsih itu dirayu-rayu agar mau diajak berhubungan intim bak suami istri.

Ketika wacana itu digulirkan pertama kali, Marsih menolak. Tapi lantaran Kabul memang jagoan merayu cewek, lama-lama adik ipar tersebut bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Sejak saat itu, secara berkesinambungan dan tanpa jadwal, Marsih digauli. Dan sebagaimana kata orang Jawa, ipe itu ternyata memang kepanjangan kata: iki ya penak (ini enak juga).

Apa yang menjadi target Kabul tercapai, dalam arti dia berhasil mematahkan “hipotesa” mertuanya. Terbukti, setelah berkali-kali “ditelateni” si kakak ipar, gadis Marsih akhirnya hamil. Mbok Katemi tentu saja kaget, putrinya yang belum punya suami kok tahu-tahu hamil. Siapa pula yang nyetrom? “Sapa ndhuk sing kurang ajar wani ngetengi kowe (siapa yang berani kurang ajar menghamili kamu)?”, kata Mbok Katemi sengit.

Hancur hati sang mertua, begitu Marsih menyebut nama kakak iparnya. Gantian Mbok Ngatemi nglabrak menantunya, kenapa adik ipar segala dihamili. Ternyata jawab Kabul enteng saja, bukannya apa-apa, itu semua sekadar pembuktian bahwa dirinya memang lelaki tulen, buktinya Marsih pun bisa hamil olehnya. Mbok Katemi yang kena “kick balik” tak berkutik, tapi dia langsung melapor ke Polsek Bagor bahwa mantunya telah memperkosa adik iparnya. Fakta memang bisa direkayasa.

Thursday, April 3, 2008

Lho, Diperkosa Kok Nambah


Makanya, jadi janda tidur jangan sembarangan. Kalau lagi ketemu pemabuk yang tidak bertanggungjawab, bagaimana? Gara-gara celana dalam kelihatan saja, Ny. Anik, 42, siang-siang kehilangan kehormatan, diserobot Ujang, 35, pemuda pengangguran tetangganya. Uniknya, katanya diperkosa kok sempat-sempatnya sijanda mau diajak nambah beberapa kali! Lalu di mana perkosaannya?

Anik memang janda STNK di Desa Tambak Kecamatan Kibin Kabupate Serang (Banten). Meski sudah beranak tiga, bodinya masih seksi menggiurkan, sekel nan cemekel (enak dipegang) orang Jawa bilang. Dia memang mahir merawat tubuh, sehingga tetap dalam posisi 55 kg dalam ketinggian 160 cm seperti dirinya, jadi pas nan ideal. Bahkan kalau pinjam istilahnya sebuah mingguan berita, model Ny. Anik ini enak dikeloni dan perlu!

Hari-hari biasa di rumah dia hanya mengenakan daster saja, merk Kencana Ungu. Tapi giliran pakai kebaya di kala menghadiri resepsi, jadi manusia langka di jagad ini. Ibu-ibu lain pakai jilbab dan celana panjang, dia tetap pede dengan kebayanya, lengkap dengan kondenya yang segede roda bemo. Tapi justru di sini Anik nampak keanggunannya. Untung dia sudah menjanda, kalau masih ada suami, pulang kondangan pasti jadi lain urusannya!

Adalah Ujang tetangga satu gang Ny. Anik. Meski dia pengaggur tulen dari abad ke abad, punya juga wacana untuk bisa berbagi cinta bersama si janda yang enak dikeloni dan perlu itu tadi. Cuma ya itu tadi, karena menyadari dirinya yang tak punya modal apa-apa, selama ini ya sebatas wacana dan wacana terus. Bila melihat Ny. Anik lewat depan rumahnya dengan kebaya dan konde gede, dia lalu berkhayal bagaimana asyiknya menggumuli janda beranak tiga tersebut.

Kalau boleh dikatakan sejujurnya, Ujang ini memang penggila pakaian kebaya yang mulai ditelan peradaban. Jika Tuhan mengijinkan dia punya bini, dia akan paksakan si istri pakai kebaya setiap keluar rumah. Kalau di rumah sih pakai daster saja nggak apa, nggak pakai apa-apa juga boleh. Soal masuk angin, nggak masyalah, toh masih ada Basuki yang siap menghewes-hewes sampai bablas angine!

Untungnya, sementara jodoh tak pernah dicapai tangan, Ujang selalu terhibur oleh penampilan Ny. Anik yang janda itu. Manakala dandanan ala putri Solo tersebut melintas depan rumah, jakun dan pendulum Ujang serta merta turun naik. Sampai-sampai setan yang selama ini acuh padanya, mulai timbul empati. “Kasihan deh lu, sedari dulu hanya terpesona akan kemasannya, tapi kapan menikmati isinya,” kata setan meledek.

Reseh memang itu setan. Tapi kalau nggak reseh, ya bukan setan. Maka meski itu hanya ledekan, setidaknya memberi semangat pada Ujang untuk lebih maju, sukur-sukur bisa “maju mundur” bersama janda Anik. Tapi kapan? Modal pengangguran begitu mana sudi Ny. Anik jadi istrinya. Jaman sekarang modal tampang saja tidak laku. Mendingan wajah tidak cakep-cakep amat, tapi cakap mencari duit.

Ingin sebetulnya, dan sangat ingin memang Ujang untuk bisa memiliki janda Anik. Tapi lagi-lagi keterbatasan dirinya membuat janda sebelah rumah tersebut hanya jadi bahan khayalan di kala mabuk bersama teman-teman. Bahkan ternyata, teman-teman yang lain memiliki perasaan yang sama, semua berkhayal tentang asyiknya janda Anik. “Aku pengin punya bini seperti Anik, seperti Maria Eva, seperti Alda, seperti Elfarini,” kata mereka, namanya juga tukang mabuk.

Namun kejadian beberapa hari lalu itu betul-betul bukan mimpi-mimpi kalangan pemabuk. Saat Ujang pulang mabok sekitar pukul 22.00 dia melihat janda Anik ketiduran di sofa ruang tamu. Yang sangat menarik dan selalu diimpikan selama ini, dasternya tersingkap sehingga celdamnya nampak jelas. Langsung spanengnya naik, lalu kata-kata setan bahwa isi itu lebih perlu dari kemasannya, terngiang-ngiang ditelinganya.

Dengan paksa didekapnya wanita tersebut, lalu dilucuti. Ny. Anik mau berontak, tapi terus ditindih dan diancam. Akhirrnya dia pun pasrah daripada kehilangan nyawa. Uniknya, meski tadi merasa seperti diperkosa, ternyata Anik bisa melayani Ujang lebih dari sekali. “Tuh kan, katanya mau panggil Hansip, akhirnya malah bilang sip, sip, sip,” lagi-lagi setan ngegrecokin.

Ujang ternyata tak bisa berlama-lama menikmati “duren jatuhan”. Ada ABG tetangga yang memergoki. Melihat Ny. Anik bugil bersama Ujang tetangganya, dia pun teriak memangggil warga. Penduduk berdatangan, dan demi keselamatan dirinya Ny. Anik tetap mengaku habis diperkosa. Walhasil Ujang rame-rame digebuki penduduk sampai babak belur. Baru diserahkan ke Polres Serang.

Benarkah Istri "Lembur"?


Apes banget nasib Sudi, 40 tahun, sebagai suami. Setelah bininya naik pangkat, dia malah jarang bisa “naik”. Dina, 33, selalu beralasan capek lantaran kesibukan di kantor. Akibat alasan tersebut telah menjadi rutinitas, Sudi pun curiga bahwa kata “lembur” bagi istrinya tak lebih hanyalah “lempengin burung” bersama lelaki lain. Cemburu beratlah kepala rumahtangga dadi Sunter ini, dan rotan kemoceng pun mendarat berulang-ulang ke tibuh Dina.

Tak bisa dipungkiri bahwa karier istri yang melejit, lebih tinggi pangkatnya dari suami, membuat sang suami jadi minder. Itu pula kini yag dialami Sudi. Dia yang hanya pegawai swasta di kantor kecil, pangkatnya tak pernah jelas. Kabag bukan kasie juga tidak. Gajinya pun lumayan kecil, sehingga ketika dia mau menyerahkan amplop gaji pada istri, Dina malah menolak. “Sudah itu buat sampeyan jajan dan beli rokok saja,” kata bininya.

Istrinya sampai ngomong begitu, karena dia merasa sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga, dan Dina pun ingin memanjakan suami tercinta sepanjang kemampuannya. Tapi bagi suami yang punya moral, justru kalimat istrinya tersebut membuat Sudi merasa tak dihargai. Dia merasa tak dibutuhkan sebagai kepala keluarga. Keberadaannya dalam keluarga sekadar buat asesoris atau pemantas saja. “Kalau pilkada, kamu itu sekadar penggembira saja,” begitu kata hati nurani Sudi.

Karena sang istri dari bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun terus “memanjakan”-nya, Sudi menjadi merasa kecil di mata istri. Lebih-lebih ketika Dina naik pangkat di kantornya menjadi kepala bagian (Kabag), Sudi merasa semakin terbanting posisinya dalam rumahtangga. Coba bayangkan, setelah Dina istrinya jadi kepala bagian, dia di rumah nyaris tak “kebagian”.

Akibat kariernya yang melejit, tanggungjawab yang diemban Dina juga menjadi semakin besar. Dia tak bisa lagi datang jam 08.00 dan pulang kantor jam 16.00 tit. Urusan kantor yang tambah melebar, membuat dia suka kerja lembur sampai jam 22.00 malam. Tiba di rumah baru pukul 23 paling cepat. Badan capek dan ngantuk, sehingga begitu sampai langsung tidur. “Celaka, bini naik pangkat malah saya nggak bisa “naik”….,” begitu keluh Sudi.

Harap diketahui, dalam usia 40 tahun kini Sudi ini memang baru mengalami puber kedua. Jadi urusan libido dan persyahwatan, dia lumayan tinggi. Sayangnya, Dina yang semakin sukses, tak bisa memamahami aspirasi arus bawah suami. Jika malam-malam dicolek Sudi, dia beralasan ngantuk dan capek, diminta bersabar sampai besok saja. Tapi pagi harinya, Dina sudah buru-buru mau ke kantor. Jadi durasi untuk bermesraan pun pendek sekali, persis iklan teve.

Gagasan Sudi pernah terlontar, meminta istri berhenti bekerja. Dengan demikian Dina murni menjadi nyonya rumah, yang kegiatannya hanyalah di dapur, tempat tidur, arisan, pengajian malem Jumat, kondangan, bezuk orang sakit, dan belanja ke pasar. Tapi wacana itu tak pernah disampaikan, karena menyadari gajinya sendiri tak mencukupi untuk keluarga. Sudi juga takut dibalikin oleh istri. “Aku disuruh di rumah, amit-amit. Memangnya gaji sampeyan cukup buat keluarga, apa?” begitu kata-kata yang sangat ditakutkan Sudi.

Enak di Dina tapi sangat tak nyaman bagi Sudi, sehingga dia pun mulai bercuriga ria. Jangan-jangan istrinya males melayani di ranjang, karena sudah terpuaskan di luar. Kalau demikian halnya, lembur yang selama ini dijadikan alasan tradisional, sesungguhnya tak lebih kepanjagan kata: lempengin burung. Masalahnya sekarang, burung siapa yang dilempengin Dina istrinya. Ini yang perlu diusut.

Lalu Sudi pun menginterogasi sekaligus menuduh istrinya bahwa selama ini pasti bermain selingkuh. Namun Dina tak pernah mengaku, bahkan menjamin bahwa hanya ada satu lelaki di hatinya, yakni Sudi sendiri. Tapi bagaimana membuktikannya, wong perempuan tak dipasangi speedometer, sehngga ketahuan sampai kilometer berapa dipakai. Sedangkan kalaupun ada, jika niat selingkuh memang ada, dicopot kabelnya juga tak ketahuan. Begitu saja kok repot!

Istri tak mau ngaku, tapi Sudi yakin benar Dina selingkuh. Akhirnya emosi pun naik. Rotan tangkai kemoceng pun dipukulkan berulangkali sehingga tubuh istrinya bilur-bilur. Ini bukan hanya sekalim, langganan. Setiap sang istri pulang telat dengan alasan lembur, pastilah senjata kemocengnya bicara: pletak, pletak, pletakkkk! Dina hanya bisa menangis tanpa bertindak, karena habis memukuli Sudi lalu minta maaf.

Sabar itu memang ada batasnya, sehingga karena pukulan kemoceng sudah menjadi budaya suaminya, Dina tak tahan lagi. Beberapa hari lalu dia nekad melapor ke Polres Jakarta Utara, minta Sudi ditangkap atas pelanggaran KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Lebih dari itu, Dina juga ingin cerai saja, mumpung anak baru satu ini. Bahkan dengan status barunya, siapa tahu banyak orang top yang mau mengambilnya sebagai bini kedua.

Wednesday, April 2, 2008

Studi Banding Ayah Tiri


Orang baru berusia 25 tahun, kok mengawini Harni janda usia 40 tahun, akibatnya Darto menyesal di belakang. Ibarat kendaraan, katanya tak nyaman lagi ditumpaki (dinaiki). Sayangnya, sebagai pelampiasan kecewa Darto bukannya mengambil jalur poligami yang baru ngetren, tapi malah memperkosa Rini, 18 tahun, anak tirinya hingga hamil. Akibatnya, pak ketepuk pak ketepak, dia babak belur dipukuli warga.

Harus diakui memang, meski usia sudah kepala empat kala itu, Harni masih nampak cantik di kelasnya. Orangnya putih bersih, bodi masih singset nan padet. Kalau ada sedikit flek atau gurat-gurat di pipinya, justru menambah daya pesona bagi Harni. Oleh karena itu pulalah, ketika dia dalam status janda, banyak pria yang mengincarnya, dari kalangan duda hingga perjaka muda yang kencing saja belum lempeng.

Adalah Darto, pemuda lholak-lholok (culun) dari Desa Beteng Kecamatan Jatinom, Klaten (Jateng). Dia memang tinggal sekampung dengan janda Harni. Mungkin karena kecantikannya, mungkin pula lantaran falsafah “witing tresna merga kulina”, diam-diam dia ikut berlomba memperebutkan supremasi janda 2004, kala itu. “Masa depan ada di tangan generasi muda,” begitu setiap dia kampanye mendekati janda Harni.

Tapi karena terlalu muda, nama Darto tak pernah direken atau diunggulkan oleh Harni. Kalaupun dicatat, hanya pada posisi nomer sepatu. Lelaki satu ini memang masih mbocahi. Pikir Harni mungkin, kalau jadi suaminya Darto pasti harus banyak ditatar, paling tidak tipe 120 jam. Ya kalau dia sudah biasa baca buku stensilan, atau kolomnya dr. Naek L. Tobing dan Boyke Dian Nogroho. Kalau tidak, kan berabe!

Ini yang tak pernah diperhitungkan Harni. Meski masih mbocahi, ternyata dia serius mencintai dirinya. Betapapun tak digubris, Darto telaten mendekati. Lama-lama Harni iba juga, sehingga akhirnya dia menerima cinta pemuda yang masih culun tersebut. “Memang mungkin Tuhan mengirim dia untuk pendampingku,” kata Harni pasrah.

Keputusan politik janda cantik tersebut tentu saja membuat tersentak banyak kalangan, terutama para peminatnya selama ini. Kenapa memilih bocah kemarin sore, lha wong yang sudah dewasa penuh dan kaya vitalitas masih banyak. Tapi apalah artinya protes, karena sebagaimana TTS, keputusan dewan juri tak bisa diganggu gugat.

Apa yang dikuatirkan Harni, apa yang dicemaskan para pesaing Darto, ternyata tidak terbukti. Ketika keduanya telah menjadi suami istri, di malam pertama sepak terjang Darto sangat luar biasa. Ibarat sepak bola, dia sangat mahir menggiring bola dan tahu saat yang tepat kapan harus memasukkanya. Harni pun di mata Darto begitu juga, Dia janda STNK yang luar biasa. Andaikan ban, daya cengkeramnya luar biasa kayak ban Goodyear.

Hanya saja kekuatan atau stamina masing-masing tidaklah sama. Dua tahun kemudian, ketika Darto berusia 27 dan Harni 42, ibarat kendaraan kata Darto istrinya kini sudah tidak enak ditumpaki. Buat nanjak harus pakai gigi satu, kalau dipaksakan pakai gigi dua, bisa keplorot (merosot). “Apa saya harus kawin lagi saja, ya, kayak para pejabat itu,” begitu kata batinnya.

Kawin lagi harus punya modal banyak, ya materil ya onderdil. Daripada pusing-pusing, Darto lalu ingin studi banding pada anak tirinya saja, yakni si Rini yang kini sudah berusia 18 tahun. Dengan sebuah ancaman, gadis tersebyt digauli berulangkali sehingga akhirnya Rini pun hamil 5 bulan. Maklum, dibanding ibunya, peringkat anak tiri ini jauh lebih tinggi.

Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Kehamilan gadis tanpa suami itu membuat ibunya shock. Makin shock lagi ketika tahu pelakunya Darto suami ya ayah tirinya. Skandal itu dilaporkan ke RT dan bapak celamitan itu diinterogasi. Rupanya warga tak sabaran pada jawaban Darto yang pating pecotot. Maka warga pun lalu memukulinya berulangkali, sehingga babak belur dan pakai peci pun tak muat.

Setelah Menemani Tidur


Kelewatan betul si Darmin, 40, dari Sleman (DIY) ini. Anak gadis tetangga disuruh nemani tidur putrinya, tapi pada gilirannya Nanik, 17, yang sekel nan cemekel itu malah ditiduri sendiri. Ketika digelandang ke Polres Sleman, enak saja dia bilang: “Siapa orangnya yang tahan Pak, ditinggal bini jadi TKW sampai bertahun-tahun,” ujar Darmin dengan wajah tak berdosa.

Apapapun alasannya, Darmin tak bisa seenaknya mengorbankan gadis tetangga untuk medan penyaluran libidonya. Dia harus mendekam di balik tembok dingin dengan tuduhan perkosaan. Maka para tetangganya di Desa Kalasan Kecamatan Kalasan itu pun geleng-geleng kepala. Pantas saja dia tahan berlama-lama jauh dari istri, karena dia ternate punya perempuan alternatip. Layak, layak (pantesan), kata penduduk.

Nanik memang tetangga dekat dengan Darmin, bahkan dia merupakan teman main putri semata wayangnya, Darsih, 16. Ketika bini masih ada di samping dan bawahnya, tokoh Nanik tak pernah masuk agenda malam Darmin. Soalnya dia masih surplus, setidaknya dalam soal pemenuhan gejolak dan gairah lelaki di kala malam dingin tiba. Istrinya yang setia, akan memenuhi keinginan Darmin kapan saja, di mana saja sambil minum…. Cocacolaaaaa!

Gelombang kehidupan manusia selalu berputar, ekonomi Darmin tak kunjung membaik sejak tahun 2005 lalu. Maka demi stabilitas asap dapur, istrinya terpaksa cari terobosan menjadi TKW di Timur Tengah. Berat sebetulnya baginya, sebab dengan kepergian bini, ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya. “Masak sih, untuk urusan perut, aku harus mengorbankan urusan di bawah perut,” kata batin Darmin.

Enak nggak enak, nyaman atau tidak, demi masa depan Darmin terpaksa mengijinkan istrinya memburu real ke Arab Saudi. Dan nyatanya, sejak bininya jadi TKW, ekonominya mulai membaik. Saban bulan sang istri bisa kirim duit secara ajeg. Darmin dan anaknya bisa lagi makan 3 kali sehari, pakaian utuh dan sawah yang tergadai pun bisa kembali lagi. Darmin tak lagi perlu mengencangkan ikat pinggang.

Namun yang di bawah ikat pinggang bagaimana? Lha ini yang kacau balau. Sejak bininya pergi 6 bulan sebelumnya, Darmin mengalami puso dan peceklik luar binasa. Di kala ada istri, seminggu minimal tiga kali dia masih bisa menjalankan “sunah rosul” secara ajeg dan rutin. Tapi setelahnya, tiap malam dia ngaplo, alias tanpa kegiatan yang signifikan dan relefan. Mendadak suhu udara di Kalasan turun sampai 5 drajat di bawah nol.

Ya kalau laparnya perut sebagaimana jemaah haji Indonesia di Mekah sana, Darmin masih bisa bertahan. Tak ada katering, di Sleman kan banyak warung. Tapi kalau laparnya yang di bawah perut, ya ampuuuuun, bagaimana cara mengantisipasinya? Di kala pusing tujuh keliling ini kemudian Darmin muncul ide gila, setelah mana disponsori oleh setan. “Kan ada tetanggamu yang gadis manis. Gitu aja kok repot….!,” katan setan.

Anak gadis tetangga itu akhirnya masuk agenda pemikiran Darmin. Kok betul juga ya, anaknya cantik, sekel, putih bersih lagi. Dia spontan ingat kedekatannya dengan putrinya, si Darsih. Bagaimana jika anak tetangga yang bernama Nanik tersebut disuruh menamani tidur putrinya saja. Dan ketika wacana itu disampaikan ke putrinya, Darsih mau dan ternyata Nanik pun tak keberatan, asalkan insidentil saja.

Nanik pun mulai suka tidur di rumah Darmin, menemani Darsih. Seminggu dua minggu, situasi mantap terkendali. Tapi pada minggu ketiga, lelaki kesepian itu tak bisa lagi menyimpan gejolak nafsunya. Gadis yang baru tidur itu langsung ditindih dan digerayangi. Awalnya berontak, tapi karena diancam akhirnya Nanik bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Darmin.

Kejadian itu membuat Darmin ketagihan, sehingga lain kali diulang-ulang. Rupanya Nanik sendiri keenakan, sehingga kini dia bisa melayani dengan rileks. Tapi pada beberapa hari lalu, di saat gadis itu “melayani” lelaki tetangganya, kepergok ibunya sendiri. Tentu saja urusan jadi panjang. Darmin dilaporkan ke polisi Polsek Kalasan, dengan tuduhan perkosaan. Padahal kejadiannya sudah berulangkali.

Tuesday, April 1, 2008

Yang Jatuh Di Pelukan Tetangga


Andaikan Sarijo, 40 tahun, tak ada main dengan bini tetangga sendiri, niscaya dia bisa bertahan pada posisinya sebagai pamong desa, setidaknya hingga 2009 nanti. Tapi begitulah, lelaki di mana saja sama; tak tahan lihat pantat gede dan dada montok. Baru ketemu Ny. Asih, 34 tahun, tetangganya yang semog (seksi) dan putih macam penyanyi Alda, sudah klepek-klepek lupa kedudukan. Maka ketika perselingkuhan itu terbongkar, dia dipaksa mundur dadi jabatannya.

Tokoh keagamaan dan pemuka masyarakat sering bilang bahwa anak adam bisa lupa daratan karena tiga ta, yakni: harta, tahta dan wanita. Buktinya kini seabrek-abrek. Anggota DPRD sampai gubernur diadili gara-gara korup, politisi main curang dalam pilkada karena haus tahta. Dan terakhir, Yahya Zaini anggota DPR mental dari Senayan dan jatuh dari pohon beringin karena “ndangdutan” di ranjang bersama penyanyi dangdut Maria Eva.

Ini peringatan berharga bagi para pemegang kekuasaan, termasuk penguasa kelas teri sebagaimana pamong desa Sarijo, dari Wonosari, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Melalui teve di rumahnya, dia juga sering menyaksikan kaca benggala kehidupan tersebut. Tapi ketika dirinya tengah jatuh kasmaran pada bini tetangga sendiri, dia mencoba berlagak pilon saja. “Ah itu kan bagi mereka yang kelas tinggi, bagi saya-saya ini, nggak sampai begitu, lah iyauwww,” begitu katanya menghibur diri.

Kalau boleh berterus terang, pamong desa Sawahan Kecamatan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung Kidul ini memang sedang “nyawah” di tetangga sebelah rumah. Jika suami Asih pergi, Sarijo suka “nyangkul” bersama wanita itu. Pacul masih muda, ketemu lahan gembur banyak komposnya, tentu saja cangkulannya dalem-dalem. Di malam yang sepi Sarijo-Asih suka goclak-gaclok “mencangkul” hingga mandi keringat.

Asih memang “sawah” yang enak dicangkul dan perlu. Orangnya cantik, bodi sekel nan cemekel macam penyanyi Alda. Maka sejak kenal pertama beberapa tahun lalu, Sarijo jadi suka ngglibet mengadakan pendekatan. Gila memang, orang wanita berkulit putih bersih itu masih punya suami, kok ditelateni juga. Dicolek pertama kali, Asih berkelit. Ketika Sarijo menegurnya, reaksi bini tetangga itu enteng saja. “Aku tak biasaaaa…..,” kata Asih, sungguh mirip penyanyi Alda yang sudah almarhumah itu.

Hanya saja Sarijo tahu watak wanita pada umumnya, kalau ditelateni terus, yang tadinya ogah-ogah, akan bilang: ah, ah, ahhhhhh! Yang tadinya mau memanggil hansip, bila telah kena pengapesannya, pasti malah bilang: sip, sip, siiiiip! Maka tekad Sarijo pun semakin mantap, biar diludahi, biar dimaki-maki, Asih akan dikejar terus hingga wanita itu bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya.

Ilmu Merayu Wanita sistem 50 jam memang sudah dikuasai benar oleh Sarijo. Ketika keluarga Asih bikin dapur, tahu-tahu dia kirim pasir dan semen satu truk. Meski Asih tak pernah minta, bak Departemen Sosial, pamong desa itu memberikan uang Rp 2 juta. Uang tersebut sesungguhnya bolehnya minjam ke kelurahan lewat kredit PPMK (Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan). Begitulah lelaki, bila ada maunya sok semugih (berlagak kaya). Padahal di rumah, anaknya bayar SPP saja telat melulu.

Disemprot bantuan terus macam lumpur Lapindo, lama-lama Asih melunak juga. Buktinya, dia mulai menerima kunjungan Sarijo di kala misoanya tak di rumah. Dasar ini yang ditunggu-tunggu sipamong desa, begitu situasinya sangat mantap terkendali, Asih pun ditubruk dan lalu digelandang ke kamar. Memang awalnya berontak, tapi lama-lama ya ah, ah, ahhhhhh. Tadinya mau meringis, sekarang malah mrenges. “Dasar lelaki, kalau belum keturutan nguyaaaaak (mengejar) terus,” kata Asih setelah skore 1-0.

Orang-orang di sekitar rumah Sarijo-Asih semula tak tahu adanya skandal itu, begitu pula pasangan mereka. Tapi lantaran pamong desa itu semakin berani jadi lelaki subita (suka bini tetangga), penduduk pun lama-lama jadi tahu bahwa pamong desa Sarijo suka menyelinap ke rumah Asih di kala suaminya pergi. Mereka pun pernah memergoki, betapa laki wanita yang bukan suami istri itu berbagi cinta di ranjang terlarang.

Lembaga desa yang bernama Badan Perwakilan Desa (Baperdes) pun dilapori akan kelakuan bejad pamong Sarijo. Lebih dari itu penduduk menggelar demo ke kantor camat Ponjong, minta agar pamong jago selingkuh tersebut dicopot. Camat pun lalu memanggil Sarijo dan diinterogasi, ternyata mengaku memang suka selingkuh bersama Ny. Asih. Tapi kalau warga tak menghendaki dirinya, dia siap mundur dari jabatan. “Nggak apa saya mundur dari pamong, gara-gara “maju mundur” sama Asih,” kata Sarijo tanpa malu-malu.Atau gini saja, Asih suruh cerai dulu, lalu dimadu, mengikuti jejak Aa Gym.

Peselingkuh Mencla-Mencle


Kurang apa sabarnya Risanto, 35 tahun, sebagai lelaki? Bininya, Tatik, 28 tahun, diselingkuhi teman, dia tak sampai mengamuk, kecuali hanya minta biaya perceraian ditanggung Garjito, 33, pelakunya. Tapi ternyata begitu sampai jatuh tempo perjajian, peselingkuh muda tersebut malah mengelak. Keruan saja Risanto jadi kalap. Lelaki mencla-mencle itu digebuk bongkotan pring (sebatang bambu) hingga tewas.

Emosi Risanto sebenarnya sejak lama dipancing-pancing oleh kelakuan istrinya. Soalnya dia mendengar kabar selentingan bahwa Tatik ada main dengan Garjito, teman sendiri yang tinggal di Desa Durensawit Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Sayangnya, dia tak pernah menyaksikan sendiri perselingkuhan itu. Bagaimana bisa menyaksikan, wong selama ini dia tinggal di Jakarta sebagai pekerja serabutan.

Magelang – Jakarta memang bukan jarak yang pendek, sehingga tak mungkin Risanto nglajo (pulang kembali) setiap hari. Dia menemui keluarganya hanya sebulan sekali. Tentu saja, selain membawa benggol (baca: uang), dia juga dalam rangka setor bonggol. Maklum, sebulan puasa wanita, siapa pun orangnya tentulah takkan tahan. Apalagi meninggalkan istri cantik macam Risanto tersebut. Rasa rindunya sering mengkristal jadi kemenyan!

Akan halnya Tatik sebagai istri, juga sering menderita terlalu lama ditinggal suami. Dulu ketika Risanto masih di Magelang, hampir setiap malam bisa goyang. Tapi kini, hari-hari bisa selalu ngaplo (bengong), tanpa kegiatan penuh makna dan dinamika. Pengin dia menyusul ke Ibukota, tapi Risanto melarang dengan alasan belum memiliki tempat memadai. “Yen aku dhewe, manggon ana leng kodhok paribasane, ya isih pantes (jika aku sendirian, tinggal di lobang kodok pun masih pantas),” kata suaminya kala itu.

Nahan rasa sepi jauh dari suami, memang cobaan tersendiri bagi Tatik. Belakangan dia suka ngulat-ngulet (menggeliat) macam ayam memeti. Punya suami satu yang dimonopoli atas dirinya saja sering kedinginan, bagaimana dengan suami yang dibagi dua macam Aa Gym atau dibagi empat macam Puspo Wardoyo. Lalu bagaimana pula dengan suami yang dibagi sembilan sebagaimana kakek-kakek dari Pemalang itu?

Apesnya, sikap Tatik yang demikian ternyata terpantau oleh Garjito, teman lama Risanto yang tinggal di Borobudur. Sebagai lelaki pakar dalam bidang kewanitaan, dia tahu persis bahwa istri Risanto ini sangat membutuhkan siraman cinta kasih yang merindu. Dan karena Tatik ini sesungguhnya cukup cantik menawan di kelasnya, sudah barang tentu Garjito siap jadi dewa penolong. “Tatik memang enak dikeloni dan perlu,” kata Garjito sambil tenggorokan clegukan saking ngilernya.

Aksi pendekatan pun dimulai. Di kala Risanto di Ibukota, Garjito main ke rumah Tatik di Pakis, Kecamatan Pakis. Malamnya, dengan alasan kehabisan angkutan, dia sengaja mohon menginap di situ. Dan ternyata ini keterusan, katanya hanya menginap semalam, menjadi ngelantur 15 malam alias setengah bulan. Anehnya, Tatik mengizinkan saja, atau memang sudah terjadi simbiosis mutualis (saling memberi dan menerima).

Jago bangkok ngendon berminggu-minggu di rumah babon leghorn, mana mungkin tanpa “berkukuruyuk”? Begitu pula mestinya yang terjadi atas Tatik-Garjito. Pasokan rindu yang biasanya ketemu sebulan sekali, kala itu bisa disuplai sampai glegeken (kenyang). Dan ternyata Garjito menjadi betah sekali lantaran Tatik memang masih legit dan pulen macam wajik Ny. Weeek atau getuk Trio.

Asyik bagi Tatik – Garjito, sudah barang tentu sangat menyesakkan bagi tetangga kanan kiri. Mereka pun kemudian kirim laporan pada pihak terkait alias Risanto. Tapi ketika sang suami hanya mengecek lewat telepon, Tatik pun bisa menangkis segala kecurigaan suami. “Mereka kan orang sirik aja. Pernah memang Garjito mencarimu, tapi setelah itu dia tak pernah datang lagi,” kata Tatik berkibul-ria.

Meski istrinya membantah perselingkuhan itu, hati Risanto menjadi tak tenang. Dia pun lalu meluncur pulang ke Pakis sebelum waktunya. Ternyata betul, Garjito tinggal di rumahnya. Dengan menahan segala emosinya dia memanggil pengurus RT untuk menyidangkan lelaki seniman alias senang istri teman. Hasilnya cukup memuaskan kedua belah pihak, Risanto siap menceraikan Tatik asalkan dibiayai oleh Garjito.

Akan tetapi ternyata Garjito hanya nggah-nggih ra kepanggih (janji tinggal janji).. Sampai hari H pembayaran biaya perceraian, ternyata peselingkuh muda itu tak menepati janji. Ketika didatangi ke rumahnya di Duren Sawit dia malah berkelit. Risanto kali ini betul-betul emosi, lelaki mencla-mencle itu dipukul batang bambu hingga tewas di tempat. Meski kini dia diadili di PN Magelang, tapi sudah terpuaskan pembalasan sakit hatinya.

Canda Membawa Petaka


Sepertinya yang punya bini cantik di Temanggung (Jateng) ini hanya Sukijan, 24 tahun, seorang. Hanya karena bininya dicanda, bukan digoda; dia sudah nyap-nyap tak keruan. Dan nasib apes itu menimpa Giyono, 40 tahun. Usai mengajak bercanda Ny. Taswilah, 22 tahun, di pinggir jalan, langsung dikirimi tusukan pisau oleh Sukijan.Keruan saja pedagang kain bekas keliling itu tewas seketika.

Istri cantik memang menjadi kebanggaan setiap lelaki. Sebab selain enak dipandang, juga asyik digoyang. Ibarat makanan, meski yang namanya nasi di mana saja rasanya sama, tapi bila disajikan di piring kembang, pasti menambah selera. Sebaliknya, biar rasanya rajalele atau Cianjur Istana itu nasi, bila tersaji di cowek gempil (cobek yang rusak) pastilah selera suami jadi ngedrop.

Taswilah bini Sukijan, rupanya begitu juga. Dia cukup cantik dikelasnya. Selain bodinya seksi menggiurkan, masih terhitung pengantin baru pula. Dengan demikian Sukijan sebagai suaminya masih punya semangat 45 yang menderu-deru. Cuma disayangkan, cantik-cantik begitu pekerjaannya hanya penjual keliling manisan buah. “Manis-manis buahnya, tapi lebih manis orangnya,?” begitu canda sejumlah lelaki.

Istri Sukijan sendiri tak pernah merasa janggal dan terbebani jadi penjual manisan buah, sebab kondisinya memang demikian. Idealnya wanita cantik macam dirinya memang hanya mamah dan mlumah, alias hanya makan dan melayani suami di ranjang. Tapi Sukijan kan hanya pekerja serabutan, sehingga penghasilannya tak menentu. Karenanya, demi keselamatan dan kelanggengan rumahtangganya, keduanya harus sama-sama memeras keringat.

Adalah Giyono, lelaki tetangga pasangan pengantin baru dari Desa Kalirejo Kecamatan Kledung ini. Karena sifatnya yang humoris, dia suka mencandai bini Sukijan. Tak sekadar kata-kata jenaka, tapi juga perilakunya agak kekonyol-konyolan. Misalnya, ketika Taswilah melintas dengan gendongan manisan buahnya, dia lalu melebarkan kedua kakinya, sementara tangannya ndaplang (menyilang), maksudnya menghadangi jalan Taswilah. Bila bini Sukijan ini kerepotan mencari celah jalan, Giyono pun terpingkal-pingkal.

Taswilah sendiri tak pernah merasa terganggu oleh canda dan guyonan tetangganya. Tapi bagi Sukijan yang pencemburu berat, itu sudah dianggap sebuah pelecehan seksual. Bagaimana kalau bininya syuting video adegan mesum macam Yahya Zaini-Maria Eva, apa dia tak semakin mencak-mencak. Bisa Sukijan membakar rumah orang, ngkali. Sifat sense of belonging (rasa memiliki) suami Taswilah ini memang kelewat over dosis.

Itu pula canda yang disuguhkan ke mata Sukijan beberapa hari lalu.Kembali Giyono menghadang-hadangi jalan saat Tasmilah hendak pergi jualan. Meski nampaknya dia diam saja, tapi batinnya meletup-letup. Dia sangat tersinggung akan ulah Giyono. Berani amat lelaki ini, bini orang yang begitu cantik kok dicandai kelewatan. “Tak bunuh kamu, baru rasa….,” begitu ancam Sukijan meniru Kadir pelawak Srimulat.

Kalau Kadir di teve hanya ancaman bohongan, tak pernah diwujudkan dalam karya nyata, beda lagi dengan si Sukijan. Dia benar-benar ingin membinasakan penjual kain bekas itu, sampai betul-betul jadi bekas manusia dan dipendem (ditanam) di kuburan. Maka sejak kejadian itu Sukijan merencanakan bagaimana cara terbaik membunuh Giyono. Pakai senjata biasa, apakah “dimunirkan” seperti tokoh HAM itu?

Apesnya Giyono tiba beberapa hari lalu. Baru saja pulang jualan, dia diberi tahu anaknya bahwa diminta datang ke rumah Sukijan. Tanpa curiga sedikitpun,Giyono terus menemui suami Tasmilah. Tak tahunya, begitu masuk ke dalam langsung dirangkul dan dadanya lalu ditusuk pisau jussss! Tentu saja tanpa sambat (merintih) Giyono tewas terkapar di rumah Sukijan. Menyaksikan musuhnya tak bernyawa, suami Tasmilah ini mencoba melarikan diri dengan naik bis jurusan Wonosobo.

Hanya saja warga tak semudah itu dibodohi. Polisi segera dikontak, dan bis jurusan Wonosobo pun digeledah. Maka baru sampai kota Temanggung Sukijan sudah tertangkap dan diaturi mandap (diminta turun) dengan paksa. Dia lalu digelandang ke Polres Temanggung. “Saya cemburu Pak, masak biniku dicanda-candai seperti itu,” kata Sukijan, sepertinya mencari legitimasi tindakannya yang brangasan.

Selingkuh Dijadikan Solusi


Setiap keluarga pastilah pernah mengalami kejenuhan rumahtangga. Tapi sebagai solusinya apakah harus selingkuh macam Bardan, 40 tahun, dari Kemayoran (Jakarta Pusat) ini? Dengan alasan Mimin, 34 tahun, istrinya tak lagi menarik penampilannnya, dia malah kumpul kebo dengan gadis asal sekampungnya di Tegal sana . Tapi untuk kenekadannya tersebut Bardan harus membayar mahal. Dia diarak warga menuju Polsek nyaris hanya pakai kancut doang!

Istri Bardan yang bernama Mimin ini sebetulnya lumayan cantik di kelasnya. Dulu untuk mendapatkannya, Bardan harus jatuh bangun mengejarnya. Modalnya tak hanya membawa segenggam cinta, tapi juga muka badak segala. Akhirnya, karena melihat keseriusan sang perjaka, meski Bardan tak membawa bulan dan lautan ke pangkuan, Mimin pun bertekuk lutut dan berbuka paha untuk si tukang ojek.

Tapi sifat manusia memang pembosan. Segala sesuatu yang telah menjadi miliknya, jadi tak menarik lagi. Apa lagi Mimin setelah menjadi ibu rumahtangga, tak mau lagi bersolek. Badannya mekar lagi, sangat jauh beda dengan Bu Fatimah tetangganya, yang meski sudah beranak 4 tapi tetap langsing dan singset. Sayangnya kalau dinasihati agar mencontoh Bu Fatimah, jawab Mimin ketus. “Kawini saja dia, begitu saja kok repot!”.

Ironisnya pula, sudah gembrot Mimin tak bau wangi lagi, tapi beraroma asep dapur dan bawang merah. Jadi manakala Bardan mendekati bini dalam rangka “sunah rosul”, langsung drop duluan. Tadinya sudah bertegangan 200 volt, mendadak tinggal 110 volt, kelip keliiiip. Bardan sudah mencoba minum berbagai suplemen, tapi hasilnya tetap mendelep, seperti kamera digital kehabisan baterai.

Akibat kejenuhan yang berkepanjangan, Bardan pernah berencana kawin lagi. Tapi mengingat posisinya yang hanya tukang ojek, rasanya sulit membiayai dua istri. Kalau soal onderdil sih jagoan, tapi meteril? Lagi pula Bardan tak mau kehilangan citra. Dia tak mau ibu-ibu di Kepu Timur (Kemayoran) tempat tinggalnya pada menangis, sebagaimana para kaum ibu meratapi Aa Gym yang kawin lagi. “Padahal kami yang beda kan status, tapi soal napsu kaum lelaki sih sama saja…,” kata Bardan.

Tekad batin Bardan untuk mencari solusi kembali membara, ketika dia pulang kampung ke Slawi, Tegal, tempat asalnya. Di desanya sana , dia ketemu Kasmi, 35, tetangganya yang dalam status janda. Begitu ketemu kontan pendulumnya kontak. Sebab di matanya, janda teman main dari kecil itu ternyata demikian anggun. Wajahnya masih cantik, bodi dan kulitnya mirip Bu Fatimah tetangganya di Kepu Timur. Pendek kata, masih enak dikeloni dan perlu!

Ingat status Kasmi yang janda ditinggal mati, Bardan merasa dapat peluang. Orang lain pada buka dompet peduli Yogya, dompet peduli Pangandaran, biarlah si tukang ojek ini peduli “dompet” si janda. Tanpa memikirkan resikonya, Kasmi pun dipacari saja. Ternyata janda itu menanggapi. Maka solusi yang di rumah belum ditemukan, bersama Kasmi semuanya bisa. Sejak itu pula Bardan jadi rajin pulang kampung, sebab target intinya memang dalam rangka sporing balansing itu tadi.

Keseringan mondar-mandir Jakarta-Tegal, memang enak di entong tapi bobol di kantong. Karenanya diam-diam Kasmi lalu dicarikan rumah kontrakan di bilangan Senen. Di sinilah si tukang ojek ini memanjakan syahwatnya dengan sistem kumpul kebo berbasis selingkuh. Asal capek pulang narik seharian, malamnya langsung “narik” Kasmi di rumah kontrakannya. Setelah itu badan kembali bugar dan wajahpun sumringah.

Akan tetapi yang namanya istri punya naluri batin yang tak bisa dibohongi. Menyaksikan Bardan pulang kampung melulu, ditambah lagi tak memenuhi “kewajiban”-nya sebagai suami, Mimin curiga bahwa ada yang tak beres pada suaminya. Maka sekali tempo dibuntutilah ke mana Bardan pergi. Ee, ternyata dia masuk rumah kontrakan di Senen. Begitu diintip, ya ampuuuuun, suaminya sedang tumpang tindih dengan si janda rekanan kumpul kebonya.

Hati siapa yang tak mengkap-mengkap dibuatnya? Mimin pun lalu lapor pengurus RT dan diadakan penggerebegan bersama. Bardan pun tak bisa mungkir akan proyek kumpul kebonya. Dengan pakaian seadanya, nyaris hanya pakai kancut, Bardan dan Kasmi digiring ke Polsek Kemayoran. “Habis saya jenuh dengan biniku yang gembrot dan bau berambang, Pak…..,” kata Bardan di depan polisi.

Salah Perhitungan


Soal teori selingkuh, Hartadi, 25 tahun, lumayan juga. Kata dia menyelingkuhi janda lebih bahaya daripada menyelingkuhi bini orang. Alasannya, bila terjadi “kecelakaan”, janda akan menuntut nikah. Sebaliknya wanita bersuami, akan tenang-tenang saja, sebab sudah ada pemimpin redaksi dan penanggungjawabnya. Tapi ketika diaplikasikan di lapangan, justru Hartadi kena batunya. Sebab meski ada suami, Wiwik, 22 tahun, wanita yang diselingkuhi tetap menuntut tanggungjawab. Soalnya……

Ini gaya selingkuh dari kota gudeg, Yogyakarta. Hartadi yang tinggal di Sumberan Kecamatan Ngestiharjo Kabupaten Bantul, sedang bermain api. Soalnya, begitu banyak cewek cantik di Yogyakarta, justru dia tertarik pada Wiwik, yang statusnya sudah jadi istri orang. Di matanya, bini Atmadi, 30, itu begitu cantik mempesona. Dibawa jalan berdua gak ngisin-isini (bikin malu). Memiliki dia akan bahagia sepanjang masa.

Ternyata Wiwik sendiri sangat merespon gejolak jiwa Hartadi, sehingga ketika diajak ke mana saja oleh lelaki itu, dia tak keberatan. Maka pemuda lajang ini menjadi semakin berani. Salah satunya, ketika dibawa ke hotel Wiwik mau saja diajak hubungan intim sebagaimana layaknya suami istri. Bahkan sepertinya justru Wiwik sendiri yang selalu membuka peluang ke tindakan mesum tersebut.

Istri Atmadi pun diselingkuhi sepanjang ada waktu dan kesempatan. Kenapa Hartadi menjadi semakin berani? Soalnya sebagaimana telah disinggung di atas, katanya menyelingkuhi bini orang itu lebih aman. Logikanya, bila terjadi kehamilan, sudah ada yang mengakuisinya. Ibarat suratkabar begitu, sudah ada pemimpin redaksi dan penanggungjawabnya.

Awalnya mulus-mulus saja jalan serong asmara dua muda-mudi ini. Masuk keluar hotel hanya untuk melepas nafsu, sudah menjadi sebuah rutinitas. Siapa yang membiayai? Ya istri Atmadi sendiri. Lagi-lagi makin terbukti, Wiwik memang lebih membutuhkan praktek mesum yang tak pernah direstui undang-undang negara maupun agama itu. “Selingkuh itu kan selingan indah keluarga utuh,” begitu rumus yang dipakai Wiwik selama ini.

Tak kehitung berapa kali mereka menjalin hubungan intim, tahu-tahu perut Wiwik hamil. Bila merujuk pada teori Hartadi, tak perlu ada yang panik, sebab semua sudah diakomodir oleh Atmadi selaku suaminya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Wiwik terus mengejar Hartadi untuk menikahi dirinya. Dalam sebuah surat yang dikirim pada Hartadi, dia berjanji akan cerai dulu dari suaminya dan kemudin go public bersama Hartadi sebagai suami istri.

Ironisnya, Hartadi menganggap angina lalu permintaan Wiwik, karena dia tetap merujuk pada teorinya selama ini. Buat apa pusing-pusing cerai segala, toh sudah ada suami yang siap menjadi penanggungjawabnya. Wanita hamil ada suaminya kan sebuah keniscayaan, jadi apanya yang harus dikuatirkan? “Kalau sekedar nyepuh (memperkuat janin), ya hayoooo….,” kata Hartadi mau menang sendiri.

Kesal dengan jawaban Hartadi yang hanya seenaknya, Wiwik lalu mengajak bertemu doinya masuk hotel di Jalan Wahid Hasyim, Yogyakata. Karena dipikirnya bini Atmadi tersebut ngajak “nyepuh”, Hartadi pun semrintil (serta merta) memenuhi undangan itu. Dalam benaknya terbayang, kejadiannya ya seperti yang sudah-sudah, menuntaskan nafsu birahi yang bagi Wiwik nampak selalu kehausan.

Akan tetapi perkiraan itu meleset. Di sana tak ada acara “nyepuh-nyepuhan” segala, justru Wiwik mendesak Hartadi untuk segera menikahi. Segala alasan dan teori usang sidoi ditolak mentah-mentah. Mengingat usia kandungan makin gede, harus buru-buru diselesaikan. “Tahu nggak mas, kenapa aku menuntut kamu? Karena mas Atmadi ini lelaki impotent…..,” kata Wiwik buka kartu.

Hartadi bukan melunak, justru makin marah, karena dianggap Wiwik sengaja menjebak dirinya. Maka kekasih gelap itu lalu dihajar hingga tewas dan Hartadi pun ditangkap. Dalam sidang di PN Yogyakarta dia dituntut 6 tahun penjara. Bukti-buktinya cukup kuat bahwa pelakunya memang dia, sebab ditemukan juga konsep surat untuk Hartadi, yang berisi keluhan Wiwik atas kehamilannya.

Dicakar 'Meong' Tua














Sungguh asyik punya bini dua bisa "meong-meongan" kapan saja, berhalangan di sana, pindah kesini. Namun kebahagiaan Saman,40, berbini dua tak berlangsung lama. Ketika bongkar proyek poligaminya, Ny. Jumilah,37, istri pertama berkelakuan macam meong beneran. Suami habis dicakari, bini kedua alias madunya juga dilabrak di rumah kontrakkannya dan lalu di cakari pula. Meong, hrghherggggh!

Ini kisah suami yang poligami tapi tak bisa berlaku adil pada kedua istrinya. Padahal dalam Quran surat Annisa ayat 3 sudah di jelaskan, nikahi perempuan satu hingga empat, tapi kalau mampu. Kalau tidak mampu ya cukup satu saja. Lho, saya insya Allah mampu kok, "kata Saman setahun lalu ketika diberi gambaran oleh keluarga dekatnya tentang manfaat, nikamt dan mudlaratnay berbini lebih dari satu.

Tapi nyatanya, ketika diam-diam berpoligami, Saman tak mampu menjaga kredibilitasnya sebagai suami, Masalahnya itu tadi, kemampuan finansil tidak sejalan dengan kemampuan onderdil. Sejak berbini dua, jatah onderdil saja yang terus berkesinambungan. Tapi yang namanya materil, babak belur. Baiasanya gaji utuh diberikan Ny. Jumilah, kini dibagi pula untuk Heni,28. Padahal unutk ini pun Saman harus merangkai sejuta alasan.

Istri pertamanya tentu saja kelabakan. Gaji utuh saja tidak cukup untuk sebulan, kok sekarang malah di kurangi lagi. Asal diselediki kemana larinya uang tersebut, Saman bilang dikirim keluarganya di kampung. Ini alasan paling gampang dan aman, sebab tak mungkin Jumilah mengeceknya kesana. Nanti salah-salah malah merusak citra istri Saman sendiri. "Pelit banget tuh Jamilah, suami ngirim duit ke kampung saja diusut," pastilah orang-orang di desa.

Akal bulus Saman untuk sementara berhasil. Dia hidup dengan tenang bersama kedua istrinya. Urusan ranjang juga sangat terjamin, istilah kata tak ada hari prei. Bini tua berhalangan misalnya, ddia bisa pindah kebini muda. Sebaliknya bila Heni halangan, dia bisa menjalankan sunah rosul bersama Jamilah. Pendek kata semenjak punya dua bini Saman badannya juga bertambah bersih saja lantaran mandi junub melulu!

Tiga bulan hingga enam bulan, Saman masih bisa belaku adail menurut versinya, Baik istri muda dan istri tua selalu di kunjungi. Hanya saja, bila waktu untuk Jamilah bisa lebih lama lengkap dengan paket nginepnya, untuk Heni waktunya seperlunya saja. Datang sore hari sepulang kerja paling hanya 1-2 jam. habis dikasih minum, lalu nyetrum, langsung pulang ke bini tua sebagai pangkalan utamanya.

Ilmu "Kucing-kucingan"Saman harus di pertahankan terus, karena selama ini dia selalu menyembunyikan status poligaminya. Dan sejak punya dua bini, dia memang menjadi juara bohong tingkat Jakarta Barat. Sebab kalau tidak bohong rahasianya pasti terbongkar. Padahal sekali berbohong Saman akan berbohong selamanya.

Kebohongan dan kepoligamian Saman terungkap ketika tetangga yang memergoki dia jalan dengan Heni. meski tetangga itu tidak menegur dengan alasan menyelamatkan diri dari muka umum, tak urung informasi itu sampai juga ke Jamilah istri pertama. Akibatnya bisa di tebak, ketika tiba di rumah Saman di adili. Uniknya, meski akhirnya mengaku dia tidak menyebut nama dan dimana rumah istri keduanya, "Ini semua demi stabilitas keluarga kita, Ma,"Kata Saman sok gaya pejabat.

Akal perempuan memang banyak, Justru larangan suami itu membuat Jamilahmakin penasaran. Bagai bak dektektif
dia berhasil menemukan nomor HP istri kedua Saman. Mulailah wanita itu diteror lewat SMS, isinya: bila tak minta cerai, akan di bunuh. Lebih-lebih setelah temukan alamatnya di Cengkareng Timur, makin rajinlah Jamilaj meneror Heni. Bahkan pernah pula di labrak tapi tak ketemu.

Heni pun mengadu pada suaminya, dan Saman ganti menegur istrinya. Tapi akibatnya fatal, Jamilah marah dan suaminya di cakar habis. Setelah itu ia pergi mendatangi madunya itu, kembali ia main cakar di sana. Betul-betul istri Samanseperti kucing, main cakar dan menggeram macam kucing rebutan belung. Balungnya Saman, tentunya.

Cintanya Amblas di Kampung


Ati-ati kalau ningggal bini terlalu lama di kampung, bisa digondol lelaki lain, lho! Lihat pengalaman Sujarna, 30 tahun, dari Cirebon ini. Dia sibuk kerja membanting tulang di Ibukota, di kampung istrinya malah banting-bantingan dengan Parta, 26 tahun, pemuda tetangga. Ketika suami pulang untuk klarifikasi, Tasmi malah menantang: aku sudah tak cinta lagi sama kamu, ceraikan saja aku!

Ketika bumi kampung halaman tak lagi menjanjikan untuk memberi hidup, ke mana lagi orang mengais rejeki, jika tak ke Jakarta ibukota Negara? Dan itu pula yang dilakukan Sujarna, warga desa Kesunian Selatan, Cirebon. Dia merantau ke Ibukota, untuk bekerja di sektor informal.Demi meraih masa depan, dia harus rela meninggalkan bininya yang cantik itu secara priodik.

Untuk kembali ketemu istri, Sujarna hanya ada waktu 3 bulan sekali.Bayangkan betapa rindu dan kangennya lelaki ini. Lelaki yang lain tak ketemu istri seminggu saja sudah pusing, dia harus gencatan senjata 12 minggu rata-rata. Apa nggak jadi kemenyan? Untung Sujarna punya kiat untuk mengantisipasi rasa kangennya itu.Bantal bulukan yang selama ini dibuat tidur berdua, selalu menemaninya di perantauan.

Masa-masa muda memang masa yang indah, begitu kata penyanyi Koesplus. Tapi Tasmi yang notabene masih pengantin baru, tak bias menikmati secara wajar. Ibarat tanaman yang hanya disiram tiga bulan sekali, lama-lama pasti juga gersang. Ini pula yang dialami bini Sujarna. Ketemu suami hanya tiga bulan sekali, sungguh membuat dia kesepian dan kesepian.

Untuk ukuran secara umum, Tasmi ini memang wanita yang cukup cantik di kelasnya. Kulitnya yang putih bersih, betisnya yang mbunting padi, menambah gairah lelaki normal untuk menatapnya. Orang yang belum kenal siapa dia, suka bertanya-tanya takjub. Bini siapa tuh, gila, cakep amat. Berbahagialah yang jadi suaminya, begitu kata orang sambil jakunnnya turun naik.

Di antara lelaki yang terkagum-kagum tersebut adalah Parta pemuda lain RT. Dia memang suka memperhatikan ketika Tasmi melenggang di pagi hari habis belanja di tukang sayur. Meski hanya pakai daster dan sedikit berkerudung, tapi penampilannya sungguh memukau. Ingin dia sebetulnya mendekati, tapi kata sumber yang layak dipercaya, Tasmi sudah punya suami, meki hanya 3 bulan sekali dia baru disambangi.

Ini info yang sangat menarik. Sebab menurut teori ilmu asmara karya Don Yuan, wanita jauh suami berpeluang emas untuk didekati. Tinggal bagaimana mengatur menegement pendekatan berbasis selingkuh itu. Kalau sukses, dia pasti akan lengket seperti perangko, begitu kata teori dalam bukunya Don Yuan dengan kata pengantar jin Iprit tersebut.

Kesempatan emas ini benar-benar dimanfaatkan Parta. Mau berangkat atau pulang belanja dia suka menggodai Tasmi. Dan ternyata benar, bini Sujarna ini membuka hati untuknya. Bahkan ketika ketemu dalam sebuah angkot, Tasmi mau dibelokkan dari tujuan sebenarnya. Tadinya mau ke Pasar Gunungsari, malah mau diajak jalan-jalan tanpa tujuan bersama Parta. Padahal selama di angkot, nyaris luluh lantak jari-jemari Tasmi diremas-remasnya.

Yang namanya wanita, kalau sudah mau diajak jalan bareng pasti mudah untuk ke sononya. Begitu pula dengan Tasmi, lain hari dia berhasil diajak jalan lagi oleh Parta dan kemudian di bawa ke sebuah hotel. Di sinilah semuanya terjadi. Jatah menu yang biasanya diberikan untuk Sujarna tiga bulan sekali, hari itu diborong habis oleh Parta. Ternyata Tasmi memang sangat menikmati. Mari kita smack down terus sampai tua. kata Tasmi, ada sejuta kepuasan di matanya.

Akibat gulat-gulat asmara tersebut, keduanya menjadi ketagihan. Asal ada peluang keduanya lalu berbagi cinta di hotel. Sampai lama-lama hal itu menjadi rahasia umum di tetangga kanan kiri. Warga yang masih menyayangi dan menghormati keluarga Sujarna, buru-buru kirim kabar ke Jakarta agar suami Tasmi pulang untuk menertibkan kelakuan bininya tersebut.

Namun Tasmi sudah kadung jadi peselingkuh berdarah dingin. Ketika Sujarna kembali ke desa dan klarifikasi kabar pengkhianatan cinta tersebut, Tasmi mengakui saja terus terang. Bahkan katanya, sudah lama jalinan asmara di bawah tanah itu bersemi. Aku sudah tidak cinta sama kamu, ceraikan aku sekarang juga, kata Tasmi. Sujarna yang kebingungan hanya bisa membawa persoalan ini ke polisi. Bersama rekanan selingkuhnya Tasmi diperiksa di Polresta Cirebon.

Kawinin saja, kawinin.! Eh, tapi ceraian dulu dong!